Bab 16

Yg mana Aldo berada di atas Amel, dan mengunci pergerakan Amel. Amel yg terkejut pun langsung memukul-mukul dada Aldo agar menjauh darinya. Aldo yg belum siap pun.langsung menggenggam tangan Amel lalu membisikkan sesuatu di telinganya. Sontak mata Amel pun melotot. Tubuhnya terasa kaku. Ia pun tak berani bergerak sama sekali.

Sementara Aldo, dalam hati ia tersenyum. Ia berhasil mengerjai gadis mungil itu. Mereka pun terhanyut dalam pikiran masing-masing hingga bunyi bel, menyadarkan mereka.

Ting, tong....

Ting, tong....

Aldo yg mulai tersadar, ia pun langsung berdiri, dan merapikan pakaiannya. Demikian dengan Amel. Ia pun segera merapikan pakaiannya, setelah itu, ia langsung membuka pintu, dan melihat siapa yg datang pagi-pagi.

Ceklek

Terlihat seorang pria yg sedang membelakanginya.

"Maaf, mau cari siapa?" tanya Amel.

"Tuan, ada nona?" tanya Dika sambil memuntahkan badan ya.

"Ada,didalam. Silahkan masuk. " ujar Amel sambil melangkah mendahului Dika.

Belum sempat Amel memanggil bos jutek nya itu, sang empu sudah muncul. "panjang umur,tu bos jutek, belum di panggil aja sudah muncul"gumamnya dalam hati. Amel pun langsung bergegas pergi. ia tak mau mendengar urusan mereka. Amel pun memutuskan melanjutkan sarapannya tadi yg sempat tertunda.

Di ruang tamu.

Dika langsung mengutarakan maksud tujuannya

"Begini tua, saya mengantarkan berkas-berkas yg tuan minta. Jadwal tuan hari ini, tuan ada meeting dengan klien pukul 9 pagi. Setelah itu tuan harus berangkat ke Bandung, untuk menghadiri acara ulang tahun pernikahan pak Wisnu " jelas Dika sambil menyerahkan beberapa map.

"Baiklah. Segera kamu persiapkan semuanya. Kamu tidak usah mengatakan saya. Saya akan bawa mobil sendiri" jelas Aldo sambil tangannya meraih berkas tersebut.

"Baik, pak. Kalau begitu saya permisi dulu" pamit Dika dan hanya di anggukan Oleh Aldo. Setelah melihat punggung Dika yg mulai menjauh, Aldo pun segera membersihkan diri. Beberapa menit kemudian, ia sudah siap dengan penampilannya. ia mengunakan kemeja biru muda, kemudian mengunakan jas hitam dan dasi garis-garis warna dongker. Yg sangat cocok di tubuhnya. setelah di rasa cukup, segera ia bergegas pergi kekantor. Namun sebelum itu, ia menyempatkan terlebih dahulu menemui Amel. Setelah mengetahui keberadaan amel, ia segera menghampirinya.

"Saya, mau berangkat dulu. Ingat kamu jangan kemana-mana, tanpa seijin saya. Jam 10 nanti kita berangkat ke Bandung, bersiap-siap lah." ujarnya dengan nada datar. Amel pun hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Aldo segera berlalu meninggalkan Amel. Saat punggung Aldo mulai menjauh, Amel membuang nafasnya dengan kasar.

"Akhirnya, aku bisa bernafas lega. Kenapa, sikap bos jutek itu labil ya? Terkadang baik, terkadang jutek. Dasar gak jelas. Bodoh amat , ah. Saya gak mau mikirin. Yg terpenting sekarang aku aman dari si renternir tua bangka itu." Ucapnya lirih. tiba-tiba ia merasa kangen dengan kakek dan neneknya. Ia berniat menghubungi mereka. Namun ia kembali kesal.

"Ah, dasar bos kutup, nyebelin, gak punya hati. Kenapa coba dia ambil hp aku. Apa dia kurang kayak gitu sampai-sampai harus ngerapas hpku. Dasar bos pelit" teriaknya kencang. Kini ia semakin benci dengan Aldo." Baru sehari saja ia bersamanya, lelaki itu sudah semena-mena. Apalagi satu bulan. Bisa mati berdiri aku di buatnya" sambil mengacak-acak rambutnya.

Dengan perasaan yg dongkol, Amel pun segera membersihkan diri, berharap emosinya sedikit mereda.

Di kantor.

Meeting pun telah selesai. Semua berjalan lancar. Aldo pun langsung meminta Dika ke ruangannya. Dika langsung menganggukkan kepalanya tanda mengerti. setibanya di ruangan Aldo langsung to the poin, maksudnya kepada Dika.

"Bagaimana tugas yg saya berikan? Apa kamu sudah menemukan titik terang?" Tanya Aldo memastikan.

"Baru sebagian tuan." jelas Dika.

"Apa yg sudah kamu ketahui." tanya Aldo antusias.

"Non Amel, tinggal di sebuah desa terpencil di kota xx, ia tinggal dengan kakek dan neneknya. Ia pergi ke Jakarta karena kakeknya terlilit hutang. Jika ia tidak bisa melunasi dalam waktu satu bulan, maka non Amel harus menikah dengan rentenir tua itu. Dan di jadikan istri ke empat" jelas Dika panjang lebar. Aldo pun langsung mengepalkan tangannya.

"Apa...!!! Kurang ajar. Kamu cari informasi selanjutnya. Saya mau setelah saya pulang dari Bandung, kamu harus sudah mendapatkan nya" pintanya dengan raut wajah yg memerah karena menahan emosi.

"Baiklah, tuan. Tenanglah. Tuan bisa mengandalkan saya." Jawab Dika percaya diri.

"Baguslah. Kalau begitu saya pergi dulu. Tolong kamu handle pekerjaan kantor selagi saya pergi" ujarnya sambil berlalu meninggalkan Dika.

Dika pun hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Setelah kepergian Aldo, ia kembali ke ruangannya.

Jam 10:30. Aldo baru sampai di apartemen. Amel yg sudah bersiap dari pukul 9:30 tadi, ia sangat kesal. Lagi-lagi bosnya itu mengerjainya. Namun apa lah daya, ia tak punya hak untuk marah kepada bosnya itu. Alhasil, ia memilih diam tanpa sepatah kata pun.

Aldo yg mengetahui jika Amel sedang kesal kepadanya,ia memilih diam. Aldo milih acuh dan tidak menghiraukannya. Ia pun segera mengganti pakaiannya dengan yg lebih santai, Baru setelah itu ia mengajak Amel berangkat.

Sepanjang perjalanan Amel hanya diam. Sesekali matanya melirik ke arah Aldo yg sedang menyetir. Aldo yg mengetahui jika Amel marah kepadanya, ia tidak menghiraukannya. Melihat amel yg sedang kesal, membuat hiburan tersendiri baginya. Hingga pukul 12:30, terdengar suara dari perut Amel.

kruk, kruk

Seketika wajah Amel berubah merah. Ia sangat malu. "Dasar perut gak bisa di ajak kompromi. Bisa-bisanya bunyi diwaktu yg tidak tepat" gerutunya dalam hati.

Aldo yg mendengar suara perut Amel, ia tersenyum. Pas banget, mereka tidak terlalu jauh dari penjual makanan yg terkenal kelezatannya. Walau penjualan kaki lima, namun masakkannya tidak kalah dengan restoran bintang lima. Ia pun segera menepikan mobilnya. Di sinilah mereka sekarang. Disebuah di kedai pak Ali. Aldo langsung memesan Ayam bakar yg paling terkenal enak di sana. Amel, masih tidak percaya. Bagaimana seorang CEO mau makan di tempat lesehan seperti ini. ia cukup bangga. Ternyata dibalik sikapnya yg angkuh itu ia masih rendah hati. Setelah menunggu beberapa saat akhirnya makanan yg ia pesan datang.

Mereka pun makan dengan nikmat. Sangking lahapnya Amel makan, ia sampai tidak menyadari jika makanannya, belepotan kemana-mana. Aldo yg melihatnya pun tersenyum. Ia segera mengambil tisu dan membersikan bibir Amel.

Amel yg mendapat perlakuan seperti itu, ia terkejut. Tatapan mereka saling beradu. Detak jantung Amel pun berdetak tak karuan. Sedetik kemudian ia pun mengambil Alih tisu tersebut. Dan setelah itu, ia jadi salah tingkah.

"Makan, pelan-pelan. Jangan seperti anak kecil " ujar Aldo Mengejek.

"Is, nyebelin" gerutu Amel.

Sementara Aldo puas, sudah membuat Amel kesal. Entah mengapa, lama-kelamaan menjadi hobi tersendiri baginya. Sementara Amel sangat kesal. Baru saja ia di buat terbang oleh bos kutupnya itu. Namun sedetik kemudian ia menjatuhkannya lagi.

"Benar-benar.menyebalkan" gerutunya dalam hati.

Terimakasih yg sudah sabar menunggu

Jangan lupa like komennya ya biar author semangat 😁😁😁😁

Apa lagi kalau beri vote dan hadiah tambah semangat up nya😋😋😋😋

Terimakasih yg sudah mampir semoga menghibur🙏🙏🙏

Terpopuler

Comments

Ade Setyoko

Ade Setyoko

dikit2 bgt ya ceritanya

2021-11-04

1

Santai Dyah

Santai Dyah

smoga marahnya amel cepet redah kasian aldo

lnjut thor

2021-10-09

0

Surady Ady

Surady Ady

di tunggu up selanjutnya ☺️☺️☺️

2021-10-09

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!