Bab 9

Saat ia ingin melangkah, tiba-tiba ada yg menepuk bahunya. Tubuh Amel seketika kaku.Pelan-pelan ia membalikkan badannya.

Sedetik kemudian ia bisa bernafas lega. Ternyata orang yg menepuk bahunya adalah Rangga. Hampir saja jantungnya copot. "Bisa mati aku kalau sampai ketahuan pria sombong itu"gumamnya dalam hati.

Rangga yg melihat sikap Amel sedikit heran. Ia pun langsung menanyakan kepada Amel.

"Loe, kenapa Mel? Apa ada yg sakit? Kenapa kamu sampai berkeringat seperti ini?" tanya Rangga berturut-turut karna melihat keringat bercucuran di kening Amel.

"Tidak, kak. Saya baik-baik saja. Tadi saya habis menelpon kakek makanya saya terkejut." kilah Amel agar Rangga tidak curiga.

"Ooo, seperti itu. Kamu sudah makan Mel? Kalau belum mari makan bareng saya! Tenang saja saya yg traktir" bujuk Rangga sambil mengandeng tangan Amel. Amel yg mendapat perlakuan seperti itu terkejut, ia langsung melepas gengaman tangan Rangga.

"Maaf, kak. Saya sudah makan. Sekarang saya harus kembali berkerja. Takut dicariin Ratna" kilah Amel.

"Baiklah. Kali ini kamu boleh menolaknya, tapi lain kali kamu harus mau. Dan tidak ada penolakan. Ya, sudah sana. Kamu hati-hati" ujar Rangga dengan senyum Manis. Amel pun hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum manis. Setelah itu ia berjalan melewati Rangga.

Tanpa Mereka berdua sadari ternyata ada seseorang yg memperhatikan mereka. Tatapan matanya adalah tatapan kebencian. Sorot matanya memancarkan kegelapan. Ia sangat tidak menyukai melihat kedekatan Rangga dengan pegawai baru itu. Hatinya bagai tertancap seribu jarum. Ia pun mengepalkan kedua tangannya sambil berucap "lihat lah. Ini awal kehancuranmu" ucapnya lirih sambil tersenyum licik dan berlalu pergi.

Tanpa terasa Akhirnya waktu menjelang sore. Ini lah yg Amel tunggu-tunggu. Ia langsung mengemasi barang-barangnya dan bersiap untuk pulang. Sesampai nya di kost, ia langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur. Badannya terasa remuk. Tampan tersadar ia pun terlelap ke alam mimpi.

Pagi hari.

Kali ini ia bangun lebih awal,ini semua ia lakukan agar saat membersihkan lantai tidak ada yg memijak atau berlalu-lalang. Ia berharap sebelum para karyawan datang ia harus sudah membereskan pekerjaannya. Dan benar saja saat pukul 7:30 ia sudah menyelesaikan sebahian tugasnya. Saat ia ingin membersihkan kaca, terdengar seseorang memanggilnya. Amel pun langsung mencari sumber suara tersebut. Ternyata orang tersebut pak Yudi atasannya. Amel pun segera menghampirinya.

"Amel" teriak pak Yudi dari kejauhan

"Iya, pak. Ada apa? Apa saya membuat kesalahan!" Ujarnya panik.

"Tidak, bukan itu. Saya mencari kamu, meminta kamu segera membersihkan ruangan CEO kita. Ratna tidak berangkat,Ia sakit. Jadi saya minta kamu menggantikannya" jelas pak Yudi dengan nafas tersengal-sengal.

"Baik lah pak. Dimna ruangannya? " tanya Amel memastikan.

"Mari saya antar. Ingat Mel CEO kita sangat teliti. Jika Ada sedikit debu ia akan mengetahuinya. jadi jangan membuat kesalahan" jelas pak Yudi sambil berjalan menuju ruangan tersebut.

Setelah sampai di depan pintu. Pak Yudi meminta Amel masuk. Sementara pak Yudi meninggalkannya. Mata Amel mulai menyusuri setiap sudut ruangan. Terlihat ruangan yg lumayan besar. Ruangan itu sangat rapi dan bersih. matanya kembali menyusuri foto-foto yg terpajang di sana. Pandanganya pun terhenti di sebuah foto yg lumayan besar dan berada di atas meja. Sejenak ia melihat Siapa CEO itu sebenarnya. Apakah sudah tua, dan perutnya pasti buncit. Itulah gambaran yg ada di pikiran ya saat ini. Saat ia melihat foto itu dengan jelas. Sontak ia terkejut. ia takut, ia seperti melihat hantu yg sangat menyeramkan.

"Ah, sial. Ternyata dia CEO itu. Bagai mana ini? Apa yg harus saya lakukan? Kalau dia melihat aku, pasti dia akan memecat ku." Sejenak ia berpikir bagai mana cara agar ia tidak bertemu dengan CEO sombong itu. Namun sayang, otaknya buntu, ia tidak dapat berpikir. Akhirnya ia memilih mengerjakan tugasnya secepat mungkin agar tak bertemu dengan CEO kejam itu.

Di tempat lain.

Hari ini Aldo memilih pergi ke kantor lebih pagi. Ibu dan Ayahnya selalu menanyakan kapan ia menikah. Padahal usianya masih sangat muda. Ia baru berusia 27 tahun. masih sangat muda bukan. Namun entah mengapa. Ibunya selalu mendesaknya agar segera menikah. Kalau tidak, ibunya akan menjodohkanya. Itu lah yg selalu menjadi beban pikiran nya. Kini ia sudah berada di depan ruangannya. Saat ia membuka pintu, ia terkejut, saat melihat ada seorang wanita berada di ruangannya.

"Siapa kamu? Kenapa berani-beraninya masuk ke ruangan saya? Siapa yg memberikan kamu izin" teriak Aldo dengan sorot mata tajam. Seketika Amel terkejut. Tubuhnya terasa kaku. Pelan-pelan ia memutar tubuhnya. Namun ia tidak berani mendongakkan wajahnya. Ia takut jika CEO kejam itu akan mengingatnya.

"Kenapa kamu diam? Apa kamu tidak mempunyai telinga?" ujarnya dengan penuh penekanan.

"Ma..Maaf, pak. Saya di tugaskan oleh pak Yudi membersihkan ruangan bapak" jelas Amel terbata-bata.

"Tidak sopan. Kenapa kamu nunduk seperti itu? Apa lantai itu lebih indah ketimbang wajah saya?" tanya Aldo yg mulai berapi-api.

"Maaf, pak. Saya tidak bermaksud" sambil mengumpulkan keberaniannya. Akhirnya ia pun mengangkat wajahnya.

"Kamu. Siapa yg menyuruh mu berkerja disini? Apa kamu memang sengaja mengikuti saya? Atau...." Ucapnya terhenti

"Atau apa, pak?" tanya Amel yg ikut terbawa suasana.

"Atau, kamu memang sengaja ingin menggoda saya?" sambil mendorong Amel hingga menatap tembok. kemudian, Aldo mengunci pergerakannya. Amel pun terkejut. Pandangan mereka saling beradu. Detak jantungnya saling bersautan satu sama lain. Yg membuat Amel semakin panik, jarak antara Amel dan CEO songong itu hanya tinggal beberapa senti. Bahkan bau min dari hembusan nafasnya pun dapat tercium di hidung Amel. Tubuh amel terasa kaku. ia pun menahan nafasnya agar tidak bergerak.

Saat tatapan mereka saling beradu,Deg. Tiba-tiba Aldo teringat Mesi. "Mata itu?" namun secepat kilat ia menepis pikirannya jauh-jauh. Ia pun segera menggelengkan kepalanya.

Amel merasakan ada yg aneh dengan sikap CEO itu. Ia pun segera mendorong Aldo menjauh darinya.

"Dengar, Ya.Bapak CEO yg terhormat. Saya memang miskin. Tapi saya bukan perempuan pengoda. Saya juga tidak tahu kalau ini kantor bapak. Karna saya menginginkan pekerjaan makanya saya berkerja. Untuk selebihnya saya tidak mengetahuinya. Jika bapak tidak berkenan saya berkerja di sini, bapak bisa pecat saya sekarang. Kalau begitu saya permisi pak. Tugas saya sudah selesai" Amel pun langsung berlalu tanpa menunggu persetujuan Aldo. Ia sudah tidak perduli. Jika CEO itu memang memecatnya ia hanya bisa pasrah.

Sementara Aldo sangat kesal. Baru saja ia ingin menenangkan diri, ini malah menambah masalah. Dan ini lagi. Otaknya mulai penuh dengan pertanyaan tentang gadis itu. Sekilas memang gadis itu mirip dengan kekasihnya. Namun yg membuatnya bimbang, penampilan ya sungguh jauh berbeda. Dan satu lagi. Jika memang benar itu kekasihnya, mengapa ia tidak mengenali nya? Ia pun semakin frustasi dan mengacak-acak rambutnya.

Terimakasih yg sudah sabar menunggu

Jangan lupa like komennya ya biar author semangat 😁😁😁😁

Apa lagi kalau beri vote dan hadiah tambah semangat up nya😋😋😋😋

Terimakasih yg sudah mampir semoga menghibur🙏🙏🙏

Terpopuler

Comments

Kinan Rosa

Kinan Rosa

hai Aldo kamu kan CEO ya kok bodoh sih
seharusnya kamu itu menyuruh orang untuk menyelidiki siapa karyawan mu itu 🤦

2023-05-29

0

Surady Psr

Surady Psr

lanjut up thoor😊😊😊

2021-10-04

1

Santai Dyah

Santai Dyah

Wah, keren dah up lagi , lnjut thor di tunggu bab selanjutnya

2021-10-02

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!