Setelah acara makan malam di rumah Gabrielle selesai, Reinhard pun segera mengantarkan Levi pulang ke rumah orangtuanya. Dia berniat menyampaikan keseriusannya yang ingin segera meresmikan hubungan mereka.
"Kau kenapa lagi, sayang. Bukannya kau sudah menerima berlian sogokan dari Elea. Kenapa wajahmu masih murung begitu sih," tanya Reinhard saat mereka sampai di halaman rumah calon mertuanya.
"Rein, kira-kira jika aku meracuni kuda itu Gabrielle akan mengamuk tidak ya? Rasa-rasanya aku kurang nyaman melihat tatapan matanya. Binatang itu seolah mengejekku karena berhasil memenangkan perhatian Elea tadi," ucap Levi mengeluarkan unek-uneknya.
"Maksudmu Cuwee?"
Levi mengangguk. Jujur saja, dia ingin sekali memotong kepala kuda itu kemudian merebus hingga berjam-jam lamanya. Levi benar-benar sangat kesal karena tadi Elea sibuk membahas semua tentang binatang itu. Bahkan Elea juga berniat membuatkannya rumah di halaman belakang. Hal ini membuat jiwa pelakor Levi memberontak. Dia yang sudah lama bersama Elea saja belum mendapatkan rumah, sementara Cuwee yang baru saja muncul langsung mendapat perlakuan istimewa. Pelakor mana yang tidak akan cemburu jika mendapat perlakuan tidak adil begini. Jadi wajarlah jika Levi memiliki keinginan untuk melenyapkan binatang menyebalkan itu. Benar tidak?
"Jangan bilang kau cemburu dengan kuda itu, sayang," ujar Reinhard sambil menatap tak percaya ke arah kekasihnya.
"Aku tidak cemburu, Rein. Aku hanya merasa tidak terima saja kalau Elea membagi perhatiannya dengan binatang itu," kilah Levi tak mengakui.
"Itu sama saja, Levita. Cemburu dan tidak terima itu hanya berbeda tulisan, tapi memiliki arti yang sama!" omel Reinhard tak habis pikir. "Sudahlah, jangan memikirkan yang tidak-tidak. Lebih baik sekarang kita masuk dan biarkan aku menemui Ayah dan Ibu untuk membicarakan tentang pernikahan kita. Bisa?"
Levi langsung mengerlingkan mata ke arah Reinhard saat mendengar tujuannya. Dia tidak menyangka kalau Reinhard akan langsung menemui orangtuanya malam ini juga.
"Hei, ada apa dengan ekpresi di wajahmu, hm?" tanya Reinhard gemas. Dia lalu keluar dari dalam mobil, berlari memutar kemudian membukakan pintu untuk calon istrinya.
"Tengkiyu pangeran!" seloroh Levi kemudian mencium pipi kekasihnya.
"Jangan menggodaku. Tunggu setelah kita menikah dan rasakan pembalasanku."
"Uuhhh, aku sangat tidak sabar menanti saat itu tiba, pangeran."
Setelah berkata seperti itu Levi dan Reinhard sama-sama terkikik pelan. Mereka berdua kemudian melangkah masuk ke dalam rumah sambil bergandengan tangan.
"Selamat malam Nona Levita, Tuan Reinhard!" sapa pelayan setelah membukakan pintu.
"Malam, Bi. Apa Ayah dan Ibu sudah tidur?" tanya Levi.
"Belum, Nona. Tuan dan Nyonya masih berada di ruang tengah."
"Oh, ya sudah. Terima kasih ya."
Levi dan Reinhard bergegas pergi ke ruang tengah untuk menemui orangtua mereka.
"Ayah, Ibu, aku pulang!" teriak Levi mengejutkan kedua orangtuanya yang sedang fokus menonton film.
Lolita dengan cepat menghampiri putrinya kemudian memeluknya dengan penuh sayang. Semenjak menjadi CEO, Lolita sedikit kesulitan untuk bisa bertemu dengan putrinya ini. Hal itu membuatnya harus menahan kerinduan yang semakin menggunung.
"Selamat malam Bu, selamat malam, Ayah," sapa Reinhard sopan.
"Malam, Reinhard. Kemarilah, temani Ayah menonton," sahut Samuel sambil menepuk sofa di sebelahnya.
"Baik, Ayah."
Samuel kemudian melirik ke arah anak dan istrinya yang masih berpelukan. Terbayang di matanya bagaimana dulu dia menelantarkan anaknya hanya gara-gara tidak mau mengikuti aturan yang ada di rumah ini. Andai dia tidak segera mengetahui jika putrinya menderita, mungkin sekarang Samuel dan Lolita akan menjadi orangtua yang kesepian. Untung saja Tuhan masih berbaik hati dengan membuka hatinya. Jika tidak, Levita pasti tidak akan pernah mau pulang ke rumah ini lagi. Dia akan kehilangan anak satu-satunya hanya karena keegoisan akan harta.
"Ayah, ada apa?" tanya Reinhard sambil mengernyitkan kening melihat mata mertuanya berkaca-kaca.
"Oh, Ayah tidak apa-apa, Rein. Hanya sedang mengenang keburukan yang pernah Ayah lakukan pada Levita. Rasanya begitu mengharukan bisa melihatnya bahagia seperti ini."
Reinhard kemudian menatap ke arah calon istrinya. Dia lalu tersenyum.
"Jangan selalu melihat ke belakang, Ayah. Biarlah waktu yang menyakitkan menjadi kenangan untuk di jadikan pelajaran agar ke depannya jangan sampai terulang. Hubungan kalian sekarang sudah baik-baik saja, dan aku harap kehangatan ini tidak akan terpecah lagi."
"Terima kasih sudah mau mencintai Levita, Rein. Ayah beruntung bisa memiliki calon menantu sepertimu. Rupanya memang benar apa yang di ucapkan oleh Levita kalau kebahagiaan itu datangnya bukan dari kasta yang sama. Tapi kebahagiaan itu datangnya dari rasa nyaman!" ucap Samuel sembari menepuk bahu calon menantunya.
"Em Ayah, sebenarnya aku datang kemari ingin membicarakan hal yang penting. Ini tentang kelanjutan hubunganku dengan Levi."
Lolita yang sudah merasa puas memeluk putri kesayangannya segera mengajaknya duduk begitu mendengar ucapan Reinhard. Dia ingin tahu hal penting apa yang ingin di bahas oleh dokter tampan ini.
"Ayah, Ibu, aku dan Levita sudah sama-sama dewasa sekarang. Sudah bukan waktunya untuk kami menjalani hubungan seperti para remaja. Jika kalian mengizinkan, aku ingin sesegera mungkin mengajak Levita melangkah ke jenjang yang lebih serius lagi. Aku ingin menikahinya!" ucap Reinhard meminta restu.
"Kenapa mendadak begini, Rein? Bukannya Ibu tidak setuju, tapi waktu itu kan kalian yang bilang sendiri tidak ingin terburu-buru menikah. Ini tidak ada sesuatu yang terjadi bukan?" tanya Lolita curiga.
"Aku sudah hamil duluan, Bu," celetuk Levi tanpa berpikir dua kali.
"Apa???!"
Reinhard, Lolita, dan Samuel sama-sama memekik kaget mendengar ucapan Levi. Sementara pelakunya tampak biasa-biasa saja sambil mengacungkan dua jarinya ke depan.
"Dua bulan!"
"D-dua bulan?" teriak Samuel tak percaya.
"Iya, dua bulan. Reinhard benar-benar sangat perkasa, Ayah. Hanya dalam sekali tusuk dia langsung membuat perutku membuncit," tambah Levi semakin memanaskan keadaan.
"Yaakkk, bajingan kau Reinhard!"
Reinhard menarik nafas dalam-dalam saat menerima umpatan dari sang ayah mertua. Kesal dengan kegilaan Levi, dia kemudian berjalan menghampirinya. Reinhard lalu menarik telinga Levi hingga hingga membuatnya berdiri.
"Bisa tidak kau jangan mengacaukan suasana, Levi? Aku ini sedang meminangmu, kenapa kau malah merusak semuanya hah!" omel Reinhard.
"Aww sakit, Rein. Cepat lepaskan tanganmu sebelum telingaku putus!" sahut Levi sambil meringis menahan panas di telinganya. Sekarang dia menyesal sudah mengerjai orang-orang ini.
"Bagus malah kalau telingamu putus. Biar kau tahu rasa!"
Samuel dan Lolita hanya terbengang heran melihat kelakuan Levi dan Reinhard. Mereka bahkan sampai lupa dengan insiden dua bulan yang hampir merenggut nyawa mereka.
"Cepat jelaskan pada Ayah dan Ibu kalau apa yang kau katakan barusan tidak benar!" kesal Reinhard setelah melepaskan tangannya. "Kau ini benar-benar, Levi. Memangnya aku pernah menyentuhmu sampai sejauh itu apa? Yang benar saja kau mengaku hamil dua bulan. Kalau tadi Ayah dan Ibu terkena serangan jantung bagaimana? Mau kau bertanggung jawab?"
"Iya-iya Rein, maaf. Aku kan hanya ingin bercanda saja tadi," jawab Levi.
"Bercandamu tidak lucu, Levi."
"Jadi yang dua bulan tadi tidak benar ya?" tanya Lolita memastikan.
"Tidak, Bu. Aku hanya ingin mengerjai kalian saja," jawab Levi sebal. Dia lalu menatap sinis ke arah Reinhard yang masih berdiri di sampingnya. "Belum menikah saja kau sudah melakukan kdrt. Apa jadinya nanti kalau kau sudah menguasai tubuhku?"
"Jangan gila kau. Aku mencintaimu, jadi mana mungkin aku tega menyakitimu. Dasar bodoh!" sahut Reinhard cetus.
"Jadi kau mencintaiku ya?" ledek Levi sambil menusuk-nusuk deretan roti sobek yang tersembunyi di balik kemeja Reinhard.
"Tangan... tangan... kondisikan!" jawab Reinhard sambil menahan tawa.
"Hehehe," ....
"Hmmm, jadi sebenarnya kalian ini ingin meminta restu atau ingin menebar kebucinan sih?" tegur Samuel sambil memperhatikan putrinya yang begitu manja pada Reinhard.
Dan setelah di tegur seperti itu Reinhard dan Levi langsung memasang wajah serius. Mereka berdua pun segera mengungkapkan keinginan hati yang ingin secepatnya menikah. Jika alasan Reinhard menikah karena tak ingin bermain-main dengan perasaan, lain halnya dengan alasan yang di katakan oleh Levi. Dia dengan santainya mengucapkan kata yang membuat mata kedua orangtuanya membelalak lebar.
"Aku ingin segera merasakan seperti apa ganasnya Reinhard saat di atas ranjang. Roti sobeknya benar-benar membuatku penasaran!"
🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀
...🍀Jangan lupa vote, like, dan comment...
...ya gengss...
...🍀Ig: rifani_nini...
...🍀Fb: Rifani...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 351 Episodes
Comments
Chesta Haydar
klu aku semua harus ada part nya krn mereka sahabat2 ellea n gabriel jdi sellu trhibur.
2023-07-24
1
Lilisdayanti
astoooggeeee levita dimana harga dirimu???? heeeeeemmmm tapi pelakor mana ada harga diri 😇🤣🤣🤣🤣🤣🤣😇😇😇🤪🤪🤪🤪🤪🤪🤪🤪
2022-10-31
0
☠⏤͟͟͞R🎯™𝐀𝖙𝖎𝖓 𝐖❦︎ᵍᵇ𝐙⃝🦜
ya salaaaM levi levi😀😀😀
2022-07-20
0