Tok tok
Jackson yang tengah berbalas pesan dengan Kayo langsung menoleh ke arah samping saat pintu mobilnya diketuk. Segera dia keluar dari begitu tahu siapa yang sedang berdiri di sana.
"Apa Kakak sudah lama menunggu kami? Jamuran tidak?" tanya Elea seraya tersenyum tanpa dosa.
"Halo dokter Jackson!" sapa Lusi dengan sopan.
"Panggil kakak saja seperti Elea," sahut Jackson sedikit ramah pada istrinya Gleen.
"Baik, Kak."
Tatapan Jackson kemudian beralih ke arah adiknya. Dia lalu mengacak rambutnya hingga sedikit berantakan. Pertanyaan adiknya tadi sempat membuat otaknya blank sebentar.
"Bagaimana hari pertama di kelas? Apa ada yang menganggu kalian?"
"Hari pertama kuliah benar-benar terasa sangat menyenangkan, Kak. Orang-orangnya juga sangat baik dan ramah," jawab Elea. "Tapi tadi sempat ada yang ingin memeras aku dan Kak Lusi di kantin."
Jackson yang tadinya begitu antusias mendengar cerita Elea langsung menggeretakkan gigi saat tahu ada yang coba-coba menindas adik kesayangannya. Namun dia menutupi emosi tersebut dengan berpura-pura tenang sambil terus mengusap puncak kepala Elea.
"Apa mereka melukaimu?" cecar Jackson curiga sambil berusaha untuk tersenyum. Dia tidak mau Elea melihat sisi buruknya setelah apa yang terjadi dulu.
"Ketua geng rambut api itu tadinya ingin menamparku, tapi di tepis oleh Kak Lusi. Aku sungguh heran kenapa di kampus sebesar ini masih ada tindakan bullying yang menyasar pada mahasiswa-mahasiswa lemah dan tidak mampu. Mereka kan juga memiliki hak untuk belajar dengan tenang di kampus ini. Iya kan Kak?" ucap Elea meluapkan keresahan hatinya.
"Jangan pedulikan mereka, Elea. Itu bukan urusanmu," sahut Jackson.
"Mana bisa seperti itu, Kak. Mataku tidak buta dan telingaku bisa mendengar kalau mahasiswa yang menjadi korban bully itu merasa sangat tertekan. Dan pihak kampus sepertinya sengaja menutup mata dan telinga setiap kali ada mahasiswa yang melapor. Rasa-rasanya aku jadi ingin memanggil Kak Levi kemari. Dia kan sangat ahli memecahkan pembuluh darah seseorang yang suka bertindak tidak adil!"
Lusi yang mendengar perkataan Elea nampak tersenyum kecil. Mungkin temannya ini lupa kalau sendirinya dan Levi adalah orang yang sama-sama bisa membunuh orang dalam waktu singkat. Jika Levi membunuh dengan cara yang bar-bar, maka Elea akan membunuh dengan cara yang halus tapi sangat menyakitkan.
"Ya sudah, masalah bullying ini kita bahas dalam perjalanan pulang saja. Telingaku sudah hampir pecah mendengar dering panggilan dari suamimu yang terus menelpon hingga ratusan kali hanya untuk menanyakan apakah kau sudah pulang atau belum!" ajak Jackson sembari mereject panggilan Gabrielle.
"Eh, Kak Iel menelpon Kakak? Kenapa dia tidak langsung menelponku saja. Aneh sekali," ucap Elea kemudian mengambil ponsel dari dalam tas.
Jackson dan Lusi sama-sama menarik nafas panjang saat Elea memperlihatkan ponselnya yang mati karena kehabisan daya. Belum sempat mereka bicara, perempuan mungil ini sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil dengan terburu-buru.
"Kak Lusi, Kak Jackson, ayo cepat pulang. Nanti kita di hukum oleh Kak Iel!"
"Dia yang ceroboh kenapa kita harus ikut menjadi korban ya, Lus? Apa menurutmu ini adil?" tanya Jackson seraya menggelengkan kepala.
"Karena itu keluar dari mulut Elea, maka menurutku itu adil-adil saja, Kak," sahut Lusi kemudian masuk ke dalam mobil.
"Hmm, ternyata mustahil untuk bisa menang dari Elea. Bagaimana bisa semua orang berada di pihaknya," gumam Jackson kemudian segera menyusul masuk ke dalam mobil.
Dalam perjalanan menuju kantornya Gabrielle, Jackson dibuat terbengang-bengang oleh cerita Elea saat berada di kampus. Dia tidak menyangka kalau adiknya memiliki sisi savage yang di balut dengan sedikit kesombongan ala-ala Sultan.
"Padahal ya Kak, tadi itu aku sudah mengeluarkan semua uang yang aku bawa. Tapi Lolly dan teman-temannya malah tidak ada yang mau mengambil uangnya. Apa karena aku kaya jadi mereka tidak berani mengambil uangku ya? Aku benar-benar sangat bingung, Kak. Mereka itu sebenarnya bodoh atau bagaimana sih. Padahal uangku itu bukan uang hasil korupsi!" ucap Elea sembari mengerutkan kening.
Untung saja mobil sudah lebih dulu sampai di depan Group Ma. Jika tidak, mungkin Jackson sudah menabrak kendaraan lain saat mendengar omongan Elea. Tak ingin terjebak oleh lidah beracun adiknya, Jackson buru-buru keluar dari dalam mobil untuk membukakan pintu. Namun dia kalah cepat dengan Gabrielle yang ternyata telah menunggu kedatangan Elea di depan pintu masuk perusahaan.
"Sayang?" panggil Gabrielle setelah Elea berada dalam pelukannya. "Aku sangat merindukanmu. Dokter ini tidak melakukan hal yang buruk padamu kan?"
Dalam pelukan suaminya Elea menggelengkan kepala. Dia kemudian melirik ke arah sang kakak yang terlihat kesal mendengar tuduhan yang di lontarkan oleh suaminya.
"Kak Jackson menjagaku dengan sangat baik, Kak. Dia bahkan memberiku uang saku yang sangat banyak."
"Kak Jackson?"
Srriinnggg
Gabrielle langsung menatap tajam ke arah Jackson yang tiba-tiba saja mendapat panggilan baru dari istrinya. Dia cemburu. Ares yang menyadari kecemburuan di diri Tuan Muda-nya nampak menghela nafas panjang. Drama gila sepertinya akan segera di mulai.
"Kenapa? Tidak boleh jika Elea memanggilku kakak?" tanya Jackson datar.
"Tidaklah!" jawab Gabrielle dengan cepat.
"Sayangnya Elea tak butuh keputusanmu untuk memanggilku kakak. Iya kan sayang?"
"Sayang???"
Haiihhh, Ares kembali menarik nafas dalam-dalam melihat dokter Jackson yang sepertinya memang sengaja memprovokasi kemarahan Tuan Muda-nya. Tak ingin terjadi kegaduhan di depan kantor, Ares pun segera mengusir dokter Jackson agar segera pergi dari sana. Dan untungnya mantan pembunuh bayaran itu tidak bebal. Ares baru bisa bernafas lega setelah mobil dokter Jackson bergerak pergi.
"Elea, Kak Gabrielle, kalau begitu aku pamit pulang dulu ya!" pamit Lusi canggung.
"Pulang kemana, Kak Lusi?" tanya Elea keheranan.
"Ke apartemen kami, Elea. Aku ada acara nanti malam jadi harus secepatnya kembali ke rumah agar bisa bersiap dengan benar," jawab Lusi menyembunyikan rencana kejutan malam nanti.
Lusi menelan ludah saat mendapati senyum aneh di bibir Elea. Tiba-tiba saja perasaannya menjadi tidak enak. Biasanya jika Elea sudah seperti ini akan ada kata-kata nyeleneh yang di ucapkan olehnya. Lusi menjadi sangat was-was sekarang.
"Kak Lusi pasti bukan ingin pulang ke apartemen kan? Kakak pasti ingin menemui pria yang tadi mengajak kakak kenalan saat di kampus kan?" cecar Elea sambil tersenyum tengil.
Gabrielle menaikkan satu alisnya ke atas sambil menatap seksama ke arah Lusi. Dia jadi sama was-wasnya seperti Lusi. Karena jika Lusi saja ada yang mengajak kenalan, lalu apa kabar dengan istrinya yang mempunyai wajah cantik nan menggemaskan? Sungguh, kepemilikan Gabrielle sedang terancam sekarang.
"Elea, aku sama sekali tidak mengenal kakak kelas itu. Dia-dia....
Suara Lusi menjadi gagap saat ingin memberi penjelasan. Dia sangat khawatir kalau ucapan Elea di dengar oleh salah satu penjaga yang di kirim oleh suaminya. Gleen bisa menggila nanti.
"Aiihh, tidak usah malu, Kak. Aku bisa memakluminya kok karena aku juga akan melakukan hal yang sama jika ada pria tampan yang mengajakku berkenalan!" ucap Elea dengan santainya bicara. Dia seakan lupa kalau di sampingnya ada banteng pencemburu yang kini telah mengeluarkan tanduknya.
"Res, selidiki semua pria yang mendekati gadis nakal ini saat di kampus tadi. Setelah itu beri mereka pelajaran agar tidak berani lagi mendekati mahasiswi yang bernama Eleanor Young!" geram Gabrielle sambil menggeretakkan gigi.
Cuppp
"Suamiku sungguh manis jika sedang cemburu begini. Tenang saja, di kampus tadi sama sekali tidak ada pria yang mendekatiku karena aku bilang kalau aku ini bukan penyuka mentimun, tapi penyuka sesama jeruk!"
Antara ingin menangis dan juga tertawa saat Gabrielle dan Ares mendengar ucapan Elea. Mereka berdua hanya bisa memandangi punggung kedua wanita yang kini tengah berjalan memasuki gedung perusahaan.
"Res, apa jantungmu baik-baik saja?" tanya Gabrielle setengah frustasi.
"Tidak, Tuan Muda. Barusan jantung saya tergelincir ke dalam perut. Rasanya aneh, seperti ada yang bergejolak di dalam sana," jawab Ares sembari menyeka keringat di keningnya.
"Haihh, aku benar-benar dibuat gila oleh gadis itu. Untung saja dirimu, jadi aku tidak harus menderita batin sendirian. Ayo masuk. Kematian kedua kita sudah menunggu di dalam!"
Cira, tolonglah suamimu ini. Suamimu benar-benar sudah sangat tidak berdaya menghadapi pasutri ini. Rasanya sungguh lelah karena harus mati berulang kali. Tolong aku, sayang. Bawa aku pulang, batin Ares prihatin.
🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀
...🍀Jangan lupa vote, like, dan comment...
...ya gengss...
...🍀Ig: rifani_nini...
...🍀Fb: Rifani...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 351 Episodes
Comments
Fiqih Ramadhan
kalo ada org seperti elea didekat saya,mungkin saya akan segera masuk rumah sakit jiwa 🤣🤣🤣🤣
2024-10-08
1
Chesta Haydar
sungguh luar biasa kata2 ellea bikin org hatus stok jantumg
2023-07-22
0
Chesta Haydar
sakit kepsla tingkat atas.
2023-07-22
0