"Nah, kita sudah sampai!" ucap Jackson setelah memarkir mobilnya di depan gerbang universitas.
"Terima kasih banyak, dokter Jackson!" ucap Lusi dan Elea berbarengan.
Jackson mengangguk. Dia kemudian menoleh ke arah belakang untuk memastikan penampilan adiknya. Jackson tersenyum, dia senang karena Elea memakai pakaian yang tertutup.
"Dokter, kenapa kau tersenyum seperti itu? Apa aku dan Kak Lusi terlihat aneh?" tanya Elea heran.
"Tidak. Aku tersenyum karena senang kau dan Lusi tidak menggunakan pakaian yang terbuka. Kau sudah menikah, Elea. Jadi sudah sewajarnya untuk tidak mengumbar bagian tubuhmu di hadapan pria lain. Juga untuk menjauhkanmu dari kejahatan para predator yang ada di luaran sana," jawab Jackson dengan tatapan yang sedikit menyendu.
Seperti aku, batin Jackson.
Elea yang menyadari maksud dari perkataan dokter Jackson tampak tersenyum kecil. Dia kemudian maju ke depan untuk menepuk bahu pria yang pernah menjadi kakaknya di masa lalu.
"Yang lalu biarkan berlalu, dokter. Jangan di ingat-ingat lagi karena itu hanya akan membuka luka lama. Kita kan sudah berbaikan, aku juga sudah melupakan semua itu. Dan untuk nasehat tadi ... terima kasih banyak sudah mengingatkan. Itu adalah wejangan yang sangat berharga dari seorang kakak!" ucap Elea bijak.
Lusi tersenyum melihat keakraban kedua orang ini. Sungguh, dia merasa sangat beruntung bisa mengenal orang sebaik dan setulus Elea. Meski Elea memiliki masalalu yang sangat menyakitkan, nyatanya hal itu tidak membuatnya menjadi seorang pendendam. Malah semua akar masalah bisa Elea selesaikan hingga pada akhirnya semua orang hidup rukun dan bahagia.
"Elea, bisa tidak kau memanggilku kakak?" tanya Jackson penuh harap.
"Baik, Kak."
Senyum bahagia langsung muncul di bibir Jackson begitu Elea memanggilnya kakak tanpa banyak bertanya. Dia merasa amat sangat terharu, bahkan hampir meneteskan arimata jika tidak ingat kalau Lusi masih ada di dalam mobil.
"Ya sudah, kau dan Lusi segeralah masuk ke kelas. Jika ada apa-apa, jangan lupa untuk menghubungi Kakak ya. Kakak pasti akan langsung datang kemari!" ucap Jackson sambil mengusap puncak kepala adiknya dengan sayang.
Lusi dan Elea kompak mengangguk. Setelah itu mereka segera keluar dari dalam mobil.
"Elea!"
Langkah Elea terhenti. Dia kemudian berbalik menghadap ke arah sang kakak yang tengah berlari kecil ke arahnya.
"Ada apa, Kak?" tanya Elea.
"Kau tadi sudah sarapan belum?" tanya Jackson sambil membuka dompet. "Nah, pakai ini untuk membeli makanan. Habiskan! Jika perlu traktir semua teman-teman sekelasmu."
Mulut Elea terbuka lebar melihat setumpuk uang pemberian dari sang kakak. Dengan penuh semangat Elea langsung memeluk kakaknya sambil mengibas-ngibaskan uang ke wajahnya.
"Angin hari ini terasa sangat sejuk ya, Kak. Baunya juga harum."
Jackson tertawa mendengar celotehan adiknya. Dia mencium puncak kepalanya sebelum melepaskan pelukan.
"Hati-hati ya. Jangan berdekatan dengan orang-orang yang membawa pengaruh buruk untukmu. Paham?"
"Siap bos!"
Setelah itu Elea kembali ke sisi Lusi. Tak lupa dia melambaikan tangan ke arah sang kakak yang masih berdiri di tempat yang tadi.
Kau sangat manis, Elea. Ah, kenapa aku jadi merindukan Kayo. Gadis galak itu sedang apa ya sekarang?
Di dalam universitas, kedatangan Lusi dan Elea menarik perhatian banyak orang. Terutama mata para mahasiswa. Andai saja bisa di gambarkan, reaksi mereka seperti anjing kelaparan yang meneteskan air liur karena melihat gumpalan daging segar.
"Elea, tolong jangan jauh-jauh dariku ya," bisik Lusi yang merasa risih saat semua mata memperlihatkan tatapan sinis, penasaran, dan juga penuh n*fsu.
"Iya Kak,"
Mata Elea terus melihat ke sekeliling kampus. Dia tak peduli meski semua orang memperlihatkan tatapan aneh. Karena yang di pedulikan oleh Elea hanya kebahagiaan yang sedang menyelimuti hatinya. Ya, Elea merasa sangat bahagia karena penantian panjangnya terbayar sudah. Hari ini akhirnya dia bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang mahasiswi dari salah satu universitas ternama yang ada di negara ini.
"Nona Elea, Nona Lusi!"
Lusi dan Elea berhenti melangkah saat di hadapan mereka muncul Safira, mantan guru les yang sempat menyerah untuk mengajari istri dari pewaris Group Ma.
"Waahhh Kak Safira. Apa kabar?" tanya Elea kegirangan.
"Kabar saya baik, Nona Elea. Bagaimana kabar anda sendiri?" jawab Safira sopan kemudian balik bertanya.
"Aku sangat baik, Kak. Lihat, tubuhku sangat gemuk seperti kerbau pemalas sekarang."
Safira menelan ludah. Sebelum menemui kedua mahasiswi ini dia sudah memberi peringatan pada beberapa guru yang lain agar menjaga kesehatan jantung masing-masing. Karena yang akan menjadi mahasiswi baru di Universitas ini adalah seorang ahli yang mampu membuat orang lain mati suri dalam sekali kejut.
"O-oh, begitu ya. Dan Nona Lusi, bagaimana kabar anda?" tanya Safira sedikit tergagap.
"Kabar saya juga sangat baik. Terima kasih," sahut Lusi maklum dengan kegugupan calon gurunya ini.
Safira kemudian memanggil salah satu guru yang akan menjadi pendampingnya dalam mengajar kedua wanita ini. Dia lalu mengenalkannya pada Lusi dan juga Elea.
"Nona Elea, Nona Lusi, perkenalan, ini adalah Kak Ning. Dia adalah salah satu desainer kondang yang di pilih khusus oleh pihak universitas untuk menjadi guru kalian. Kak Ning, ini adalah dua mahasiswi yang aku ceritakan padamu."
Hih, hanya dua gadis ingusan yang masih polos ternyata. Aku pikir mereka adalah nona-nona dari keluarga kaya raya. Membuang waktuku saja.
Dengan sinis Kak Ning mengangguk ke arah calon murid didiknya. Akan tetapi, sikapnya yang tidak ramah telah membuat seseorang menjadi tidak senang. Elea, entah kenapa dia merasa kalau wanita bermake-up tebal ini tidak terlalu menyukai dia dan Lusi. Elea kemudian memikirkan cara untuk memberi siksa batin padanya.
"Selamat pagi, Kak Ning. Aku Elea."
"Selamat pagi, Kak Ning. Aku Lusi," ucap Lusi ikut memperkenalkan diri.
"Pagi juga," sahut Kak Ning malas-malas.
"Ngomong-ngomong, pakaian Kak Ning bagus juga ya. Siapa nama designernya?" tanya Elea sembari memasang tampang polos mode on.
"Oh, ini. Ah, mau aku beritahupun kau tidak akan mungkin mengenal orang tersebut," jawab Kak Ning dengan sombongnya.
"Benarkah? Apakah orang tersebut memiliki nama yang sangat besar?"
"Tentu saja. Orang-orang berbakat sepertiku sangat tidak mungkin memakai karya milik desainer rendahan. Kulit tubuhku bisa gatal-gatal nanti."
Wajah Safira pucat pasi mendengar percakapan antara Kak Ning dengan Elea. Bagaimana tidak! Safira tahu dengan jelas latar belakang Elea yang sebenarnya. Dan dia sangat menyesalkan sikap Kak Ning yang berani menyombongkan diri di hadapan cucu tunggal dari pembuat pakaian yang sedang dia kenakan.
Gemas melihat cara Kak Ning merendahkan orang lain, Elea segera mengeluarkan ponsel miliknya. Untung saja semalam dia berhasil menemukan ponsel ini di sela-sela ranjang. Jika tidak, Elea pasti tidak bisa memberi pelajaran pada wanita sombong ini.
"Apakah desainer besar tersebut adalah orang ini?"
Dengan malas Kak Ning melirik ke arah ponsel yang di arahkan padanya. Sedetik kemudian matanya membelalak lebar begitu melihat foto Elea yang sedang di cium oleh Nyonya Wu, desainer kondang yang sangat dia puja.
"B-bagaimana bisa kau berfoto dengan Nyonya Wu, Elea?" tanya Kak Ning syok.
"Tentu saja bisa, Kak Ning. Karena Nyonya Wu ini adalah Grandma-ku," jawab Elea dengan raut wajah yang datar. "Aku adalah cucu tunggal Grandma Clarissa Wu, dan juga anak bungsu dari Ayah Bryan Young dan Ibu Han-Yura Foster. Apa sampai sini Kak Ning paham?"
Satu kenyataan ini membuat Kak Ning membeku di tempat. Tapi ini belum seberapa. Andai saja Kak Ning tahu kalau Elea adalah istrinya Gabrielle Shaquille Ma dan menantu kesayangan Nyonya Liona Serra Zhu, mungkin dia akan langsung muntah darah saat ini juga. Dia benar-benar telah melakukan tindakan bodoh dengan memandang rendah mahasiswi yang ternyata memiliki latar belakang yang sangat mengerikan.
"Kak Ning, aku tahu kalau Kakak sudah sangat berpengalaman dalam dunia mode. Tapi tidak seharusnya kau bersikap arogan begini hanya karena aku dan Kak Lusi adalah anak bau kencur yang baru ingin mempelajari dunia desainer. Tolong ingat pesanku baik-baik, Kak Ning. Jangan pernah memandang seseorang hanya dari tampilan luarnya saja. Karena apa? Karena tampilan fisik bisa menipu. Dari kejadian ini aku harap Kak Ning bisa belajar untuk menghargai orang lain seperti apapun mereka. Dan jika Kak Ning merasa tersinggung, aku tidak akan pernah meminta maaf. Karena ini adalah pelajaran penting untuk seorang guru yang akan menjadi panutan dari para murid didiknya."
Setelah memberi teguran, raut wajah Elea langsung berubah polos seperti biasanya. Dia kemudian mengajak Safira untuk menunjukkan kelasnya. Sedangkan Lusi, dia menatap datar ke arah Kak Ning yang terlihat begitu syok setelah mendapat tamparan kata-kata dari Elea.
Sebaiknya kau jangan mencari masalah lagi dengan Elea, Kak Ning. Karena di kampus ini ada banyak mata yang bekerja untuk Kak Gabrielle. Kariermu bisa langsung tamat jika sampai membuatnya marah. Semoga saja kali ini kau jera.
🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀
...🍀Jangan lupa vote, like, dan comment...
...ya gengss...
...🍀Ig: rifani_nini...
...🍀Fb: Rifani...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 351 Episodes
Comments
Land19
woooowwww.
sekali mengucapkan lgsg kenak mental kan...
makanya jangan menyombongkan diri
2024-12-04
0
Lina maulina
👍👍👍👍👍👏👏👏👏 good job elea
2023-11-08
0
Lina maulina
skat mat kicep kan loe kak ning
2023-11-08
0