Levi berbaring dengan wajah yang sangat masam. Dia begitu kesal pada Reinhard yang tidak mau menepati ucapannya. Padahal Levi sudah begitu menanti-nantikan kesempatan ini sejak mereka berdansa tadi. Tapi sayang, kekasihnya ini ternyata adalah seorang pengkhianat.
"Sayang, sudahlah. Tidak usah merajuk seperti itu, ini sudah malam," ujar Reinhard sembari berbaring miring menghadap kekasihnya yang sejak tadi terus diam.
"Jangan bicara denganku. Anggap aku adalah makhluk astral yang tak terlihat," sahut Levi cetus. Emosinya sedang tidak bisa di tawar sekarang.
"Bagaimana mungkin aku menganggapmu makhluk astral kalau kecantikanmu saja membuat mataku silau."
Reinhard mengulum senyum. Rasanya seperti mendapat penghiburan tersendiri memiliki kekasih yang mudah merajuk karena hal-hal kecil. Mungkin jika pria lain yang mengalami, mereka pasti akan pusing menghadapi wanita sejenis Levi. Tapi bagi Reinhard, ini merupakan tantangan untuknya dalam mencari cara gara wanita ini bisa kembali tersenyum.
"Aku tidak akan terbujuk dengan rayuanmu, Rein. Aku sudah kebal mendengarnya," sahut Levi mencoba bertahan agar tidak terpengaruh dengan bualan calon suaminya.
"Benarkah? Apa sesering itu aku melakukannya sampai-sampai kau merasa terbiasa? Hmmm, tidak kusangka."
Kening Levi mengerut. Apanya yang tidak di sangka? Kenapa ucapan Reinhard jadi menggantung begini ya?
"Sayang, apa kau begitu ingin melihat abs di perutku?" tanya Reinhard.
"Tadinya sih iya, tapi sekarang sudah tidak selera lagi. Aku rasa abs di perutmu sama bentuknya dengan milik para perenang yang tadi. Atau bahkan lebih jelek dan tidak berbentuk, makanya kau berkhianat pada ucapanmu sendiri. Iya kan?"
Setelah berkata seperti itu Levi bangkit dari tidurnya. Dia kemudian melangkah keluar dari dalam kamar. Meninggalkan Reinhard yang sedang tersenyum-senyum tidak jelas.
"Dasar tidak peka. Ingin rasanya aku membuangmu ke lautan supaya kau dimakan putri duyung yang tinggal di sini, Rein. Dasar menyebalkan!" gerutu Levi sambil berjalan sendirian di dalam kapal.
Kekesalan Levi kian bertambah karena ternyata Reinhard tidak menyusulnya. Sambil menghentak-hentakkan kaki, Levi mencari tempat untuk melamun. Dia butuh memikirkan beberapa hal yang bisa membuat mood-nya kembali membaik. Saat Levi hendak menuju daerah samping kapal, secara tidak sengaja matanya melihat sekelebat bayangan putih. Dia terhenyak, tapi sedetik kemudian satu seringai muncul di bibirnya.
"Kebetulan aku sedang kesal dan butuh pelampiasan sekarang. Entah kau itu setan atau jin penunggu laut, aku akan segera menangkapmu. Beraninya kau berkeliaran di dalam kapal ketika semua orang sedang istirahat. Kau mau mati dua kali atau bagaimana hah,"
Sambil berjingkat-jingkat, Levi menyusul jejak si bayangan tersebut yang mengarah ke bagian atas kapal. Niat jahat terus muncul memenuhi benak Levi ketika kakinya mulai memijaki anak tangga.
"Kau setan sialan, apa yang sedang kau ....
Rahang Levi hampir terjatuh ke lantai begitu dia sampai di bagian atas kapal. Untuk beberapa detik tubuhnya seperti kaku. Dia tidak percaya dengan apa yang dia lihat.
"R-Reinhard, kenapa kau bisa ada di sini? Bukankah tadi kau berada di kamar ya?" ucap Levi bingung dan juga kaget.
Di hadapan Levi sekarang, ada Reinhard yang sedang berdiri sambil memegang segelas minuman di tangannya. Sementara sekelebat bayangan putih yang tadi di ikuti oleh Levi sekarang tengah memainkan biola di samping Reinhard. Levi kemudian menyadarkan diri dari kekagetannya dengan cara mencubit lengannya dengan sangat kuat.
"Awwww, sakit sekali. Ternyata ini bukan mimpi, aku bukan sedang terjebak di dalam halusinasi," gumam Levi sambil mengusap-usap lengannya yang memerah.
"Will you marry me?"
Tidak ada jawaban. Levi pura-pura tidak mendengar apa yang di ucapkan oleh Reinhard.
"Levita Foster, will you marry me?" ulang Reinhard seraya menatap penuh cinta ke arah wanita yang terus mengacuhkannya. Lucu.
"Kau kesurupan jin apa Rein sampai-sampai mengajakku menikah di tengah malam begini?" tanya Levi yang hampir tidak mampu bertahan. Hatinya sudah meronta-ronta mendengar ajakan yang sangat menggiurkan tersebut.
Sambil tersenyum, Reinhard berjalan menghampiri Levi yang masih berdiri di dekat tangga. Begitu sampai, dia langsung merengkuh pinggangnya. Membiarkan kening mereka berdua saling menempel.
"Maaf tidak menepati ucapanku yang ingin menunjukkan abs padamu. Maaf jika tadi aku bersikap tidak peka padamu, dan maaf karena aku ... aku,"....
"Aku apa?"
Levi begitu tidak sabar menunggu kelanjutan kata yang ingin Reinhard sampaikan. Suara alunan biola yang begitu klasik entah kenapa membuat malam ini terasa begitu indah meski sudah hampir menjelang dini hari. Tak sabar melihat Reinhard yang malah asik memandanginya, dengan gemas Levi mencubit pinggangnya.
"Jangan nakal. Kau bisa mendapat bahaya nanti," bisik Reinhard.
"Aku bukan nakal, tapi sedang memberimu pelajaran."
Sebenarnya Reinhard tadi sengaja memancing kekesalan Levi agar wanita ini keluar dari dalam kamar. Dia melakukan ini semua karena ada tujuan tersendiri. Reinhard tak ingin lagi menjadikan Levita sebagai kekasihnya, dia ingin lebih dari itu.
"Sayang," ....
"Hem,"
"Aku menginginkanmu."
Glukkkk
Levi langsung menelan ludah saat mendengar ucapan Reinhard. Tidak di ragukan lagi, kekasihnya benar-benar sedang kerasukan. Yang Levi tahu Reinhard tidak akan pernah mengatakan sesuatu yang menjurus pada adegan panas. Tapi sekarang, dokter ini bahkan berani berkata terus terang kalau sedang menginginkan dirinya.
"Rein, kau jangan membuatku takut ya. Kita sekarang sedang berada di atas kapal, aku bisa mendorongmu jatuh ke laut kalau kau masih bicara melantur!" ancam Levi serius.
"Sayang, siapa yang melantur. Aku sungguh-sungguh dengan ucapanku barusan. Aku sangat menginginkanmu," sahut Reinhard gemas.
"Menginginkanku kepalamu. Bukankah kau yang bilang sendiri kalau kau itu tidak akan mau menyentuhku sebelum kita resmi menikah. Lalu yang barusan itu apa hah?"
Dan begitu Levi selesai mengomel, sebuah benda berkilau muncul tepat di depan wajahnya. Dia terbengang, bingung harus bereaksi seperti apa.
"Aku menginginkanmu menjadi wanita satu-satunya yang aku lihat di setiap membuka mata. Aku menginginkanmu menjadi seseorang yang akan selalu mengomel setiap kali aku membuat salah. Dan aku menginginkanmu menjadi ibu yang akan melahirkan anak-anakku kelak!" ucap Reinhard sambil berjongkok di hadapan Levi. "Sayang, mungkin ini sangat tidak romantis. Aku bukan Gabrielle yang bisa memberikan kejutan yang luar biasa. Tapi aku akan belajar dari Gabrielle bagaimana cara memperlakukan wanita dengan penuh cinta. Kau sangat berharga untukku, dan kau adalah duniaku. Aku mencintaimu setiap detik hingga seratus tahun ke depan."
Mata Levi memanas saat mendengar kata-kata yang di ucapkan oleh Reinhard. Dia bisa melihat dengan jelas ketulusan dari pria yang sedang berjongkok seraya mengacungkan cincin kepadanya.
"Levita Foster, will you marry me?"
"Hiksss, kau tidak sedang bercanda kan? Akan kubuat kepalamu botak kalau kau berani mempermainkan aku," tanya Levi sambil terisak.
Tanpa menunggu jawaban Levi, Reinhard langsung memasangkan cincin tersebut ke jari manisnya. Dia tahu kalau wanita ini salah tingkah karena lamarannya yang cukup mendadak. Setelah cincin terpasang, Reinhard berdiri kemudian mencium tangan Levi dengan penuh sayang.
"Maaf ya kalau lamarannya tidak berkesan sama sekali. Tadinya aku ingin melamar setelah kita pulang dari sini. Tapi setelah kita berdansa, aku berubah pikiran. Aku baru sadar kalau ternyata aku tidak bisa berada jauh darimu, aku ingin kita selalu dekat. Tolong maafkan pria yang tidak romantis ini ya, sayang?"
"Hikss, berhenti bicara Rein. Nanti aku tersedak ingusku sendiri."
Hancur sudah suasana hangat yang coba di bangun oleh Reinhard setelah Levi bicara tanpa di pikir dulu. Bisa-bisanya wanita ini malah membahas tentang ingus di saat lamaran seperti ini.
"Mau berdansa?"
"Dengan keadaan kacau seperti ini?" kaget Levi. "Para lelembut pasti akan menertawakan aku dari alam ghaib sana, Rein."
"Kau cantik, apapun keadaanmu. Aku lebih suka kau yang seperti ini," sahut Reinhard kemudian meminta pemain biola memainkan musik romantis.
Meski tak percaya diri dengan penampilannya yang hanya memakai piyama tidur tanpa make-up, Levi akhirnya memenuhi ajakan Reinhard yang ingin berdansa. Di bawah langit malam, dua anak manusia terbuai dalam alunan musik yang di mainkan dengan begitu apik. Levi sama sekali tidak menyangka kalau perkara roti sobek berakhir dengan begitu indah setelah Reinhard melamarnya. Ini benar-benar kejutan yang sangat aneh, tapi juga membahagiakan.
Aku padamu, Reinhard 💜
🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀
...🍀Jangan lupa vote, like, dan comment...
...ya gengss...
...🍀Ig: rifani_nini...
...🍀Fb: Rifani...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 351 Episodes
Comments
Land19
maju 1 langkah
tinggal selangkah lagi untuk mengarungi kehidupan yang lebih bahagia
2024-12-04
0
Chesta Haydar
akhirnya Rey melamar levi juga kita tunggu berikutnya lg.
2023-07-23
0
Nana
hua..... bahagianya Levita Foster. si pelakor bersertifikat halal
2023-01-18
0