SELAMAT MEMBACA SEMUANYA...
TAPI SEBELUM MEMBACA, AKU MINTA KALIAN UNTUK LIKE DAN VOTE DULU YA...
KASIH AUTHOR BINTANG LIMA, BAGI YANG BELUM.
SUPAYA AUTHOR-NYA BERSEMANGAT DAN RAJIN UPLOAD.
...o0o...
Putri berjalan memasuki rumah sakit itu dengan melemparkan senyum manisnya dengan beberapa orang yang berada di rumah sakit itu, termasuk dengan rekan medis.
Namun setelah itu, ia kembali memasang raut wajah yang sama seperti suasana hatinya.
Wajah Putri tampak begitu muram berjalan menuju kamar ruang inap milik ibunya. Tak ada lagi senyuman yang menghiasi wajah cantiknya itu.
Ia berjalan sembari menundukkan kepalanya, ia tak ingin seseorang melihat wajahnya yang muram ini.
Iya takut akan memberikan prasangka negatif bagi orang yang melihatnya.
Karena sudah cukup lama Ibu Putri berada di ruangan itu, membuat otaknya cukup mampu mengingat arah jalan menuju ruangan milik Ibunya.
Sembari berjalan dengan langkah kecil yang memang sengaja ia buat begitu, ia kembali memikirkan tentang keberangkatan besok.
Sesuai yang diucapkannya oleh Madam kemarin melalui telfon, ia akan berangkat dengan seorang Pria dari Las Vegas yang ingin melihatnya.
Dan Putri langsung mengetahui itu. Toh memang siapa dirinya hingga tak mau mengikuti perintah madam ?
Ia mengehentikan jalannya dan melihat jam yang berada di pergelangan tangan kirinya lalu ia hitung.
"Sekarang pukul 7 malam berarti..." ucapnya mengganggu di udara.
Tangan kanannya yang lentik dengan pelan menunjuk-nunjuk jam tangan itu. "Satu, dua, tiga,......., sembilan, sepuluh, sebelas, dua belas, tiga belas," hitungnya pada jam itu.
"Astaga kurang tiga belas jam lagi aku kan berangkat ke Las Vegas..." cicitnya sedih.
Itu artinya sebentar lagi ia tidak akan melihat adik dan ibunya lagi. Itu artinya iya akan segera kehilangan kehormatan.
"ARGHHH...." Putri berteriak dalam hati. "Kenapa begini sekali kehidupan ku, Tuhan!" gumamnya pelan.
Tanpa disadari olehnya, ada seorang pria yang melihat semua tingkahnya itu dari kejauhan sembari menahan tawanya.
"Untuk apa dia berhenti di situ ? Bukannya dia ingin menjenguk ibunya ?" batin Pria itu.
Mata pria itu tak lepas sedetik pun dari Putri, meskipun banyak orang yang lalu lalang di matanya, namun kembali lagi, hanya wanita satu itu yang terlihat di matanya.
"Apa aku harus melakukan itu ? Apa aku harus menjalani pekerjaan terlarang itu ?" tanyanya berbisik sembari melanjutkan langkah kecilnya.
Putri menggaruk kepalanya yang tak gatal. Sungguh ia frustasi, tak ada seorang pun yang bisa diajak untuk bercerita.
"Bisa saja, besok aku tak perlu datang ke Bandara dan melanjutkan pekerjaanku sebagai pelayan cafe," ucapnya lagi berbisik.
Lagi-lagi wanita itu berhenti dari jalannya dan menjentikkan tangannya di udara. "Ide yang sangat luar biasa!" batinnya tersenyum manis.
Namun seketika senyumannya itu luntur saat wajah tersenyum adiknya muncul sekelebat dalam ingatannya.
"Dinda...." gumamnya sedih.
Ia kembali menundukkan kepalanya dan berjalan kecil.
Kenapa ia jadi begitu egois seperti ini ? Sejak dulu selalu dirinya yang di beri kenikmatan oleh sang Ayah saat masih menjabat sebagi direktur utama. Apalagi saat remaja dulu, waktu umurnya sama dengan Dinda.
Putri adalah seorang wanita pertama yang membawa mobil saat masuk sekolah, saat teman-temannya yang lain membawa motor matic biasa.
Sedangkan Dinda ?
Adik kecilnya itu kemana-mana harus memakai angkutan umum, atau ojek online saja.
Jika Putri dulu adalah seorang wanita populer yang memiliki banyak teman dan seorang pacar yang sangat tampan dan juga kaya.
Maka Dinda bersebrangan dengan Putri, adik kecilnya itu adalah korban bully yang tidak memiliki teman dan di cap sebagai murid paling miskin di sekolah.
Lalu yang terakhir, Putri adalah seorang gadis yang cukup aktif dalam berbagai kegiatan seperti di OSIS, Pramuka, dan lain-lain. Sehingga saat remaja dulu dia banyak mendapatkan penghargaan akademik maupun non akademik.
Berbeda dengan Dinda yang lebih suka menyendiri, dan sangat tidak terbuka dengan orang lain.
"Hah...." Putri menghela nafas panjang. "Aku harus kuat! Dinda harus merasakan remaja seperti apa yang aku rasakan!" tekadnya.
"Lagi pula siapa yang akan membayar semua hutang ini jika bukan aku ?" tanyanya pada dirinya sendiri. "Mau tidak mau, suka tidak suka , aku akan tetap melakukan pekerjaan haram ini," tekadnya.
"Jangan sampai para rentenir itu menculik Dinda dan menjual organ-organ penting milik sang adik." Membayangkan itu membuat Putri menjadi ngeri sendiri.
Meskipun mungkin, Ayahnya akan sangat marah melihat dia mencari uang dengan hal jorok seperti ini, tapi dia yakin Ayahnya nantinya akan bangga karena dia bisa membuat keluarganya terbebas dari segala kutukan sial ini.
"Ayo aku pasti bisa!" gumamnya. "Aku tadi naik taxi online begitu bersemangat."
"Kenapa aku jadi cemas dan juga takut ?" tanyanya sembari menggelengkan kepalanya heran.
Wanita itu terus berjalan dengan langkah kecilnya, dengan kepalanya yang masih menunduk. Ia terus bergumam mengatakan pada dirinya sendiri bahwa ini akan baik-baik saja.
Dan apa yang dilakukan Putri itu masih terus di tatap oleh pria itu. Melihat Putri yang sudah mendekat kearahnya, membuatnya dengan sengaja menghalangi jalan Putri.
Dengan cara menjadikan tubuhnya sebagai penghalang jalan Putri. Ia berdiri tepat di hadapan wanita yang akhir-akhir ini menganggu pikirannya.
Dug....
"Aww...shhh....." ringis Putri saat merasakan kepalanya terbentur oleh sesuatu yang keras. "Si*l! Kenapa ada tembok yang menghalangi jalanku sih!" umpatnya kesal.
Putri melangkah kakinya lebar, membawa tubuhnya untuk berjalan di sisi sebelah kanan, berharap tembok itu tak ada di depannya.
Dug....
Pria itu malah mengikuti langkah kaki Putri dengan sengaja mengganggu wanita itu.
"Astaga...." ucapnya lagi dengan kesal. Ia memegangi kepalanya yang berdenyut sakit.
Namun ia masih memilih untuk menundukkan kepalanya. Tak berniat untuk menatap ke depan. Ia kini membawa tubuhnya untuk berjalan di sisi kiri, dan berharap tembok itu sudah tidak ada tapi.
Dug....
"AHHHH SAKIT!!!" teriaknya kesal, wanita itu mengangkat kepalanya dengan mata yang melotot-menakutkan. "SIAPA SIH YANG TARUH TEMBOK DI SI–"
Ucapannya menggantung saat melihat dokter Abraham tengah tertawa keras melihat wajah kesal.
"Dokter!!!!" jerit Putri keras
"Jahil banget sih dok!" ucapnya lagi dengan kesal.
Dokter Abraham mencoba menghentikan tawanya dengan cepat, dan menghapus air matanya di sudut matanya. "Lagian kamu sendiri, ngapain jalan sambil merem begitu ?" tanyanya dengan mata terpejam.
Bibir Putri maju beberapa centi karena kesal dengan pertanyaan dokter Abraham. Bersamaan itu pula mata dokter Abraham terbuka.
Deg....
"Ya kan suka-suka saya dok mau ke..........."
Dokter Abraham sama sekali tak fokus dengan apa yang Putri ucapkan. Namun berulangkali ia memuji nama Tuhan karena menciptakan makhluk secantik wanita yang ada di hadapannya ini.
Tunggu sebentar, seperti ada yang berubah dari penampilan Putri saat ini. Dokter Abraham berusaha mencari perubahan itu. Ia mengelilingi tubuh Putri dan melihat tubuh Putri dari bawah hingga atas.
Saat ini Putri tengah menggunakan dress sebatas lutut yang memperlihatkan kaki jenjangnya yang tampak putih dan bercahaya.
Lalu mata dokter itu meneliti naik keatas menuju pinggang ramping Putri yang tampak sangat seksi itu.
Ingin sekali rasanya ia memegang pinggang itu sembari berjalan bersebelahan, mengatakan kepada semua orang jika wanita cantik yang ada di sebelahnya ini adalah miliknya.
Lalu matanya menuju dada Putri yang terasa sangat pas di tangannya. Ukuran dada Putri besar, namun tidak berlebihan. Benar-benar kesukaannya.
Tanpa sadar libido dari dokter itu telah naik, kini mata dokter Abraham tengah naik menuju wajah sempurna milik Putri.
Benar-benar sangat amat cantik, bisakah ia menikmati tubuh wanita cantik di hadapannya ini hanya untuk satu malam ?
"Dok...?" panggilnya untuk yang ke tujuh kali. "DOKTER!!!!" teriaknya kesal karena tak di respon oleh dokter itu.
Mendengar teriakan Putri membuat libido dokter Abraham turun seketika. Ia menatap Putri dengan wajah memerah miliknya.
"H–hah, a–apa ?" tanyanya gugup dan mengalihkan pandangannya kearah lain karena malu.
Mata Putri memancing menatap dokter Abraham bingung. Perasaan tadi dokter itu menatapnya sampai memutari tubuhnya, lalu ia juga menatap tubuh Putri dari bawah sampai atas.
Tapi kenapa sekarang ia malah mengalihkan pandangannya ke arah lain dan tak mau menatap dirinya lagi.
Putri melihat penampilannya sendiri dari atas sampai bawah. "Tak ada yang salah, kan?" batinnya bingung.
"Kenapa jadi gugup begitu sih, dok ? tadi memperhatikan saya terus, sampai berkeliling untuk melihat saya, lalu juga melihat tubuh saya dari bawah sampai atas, kenapa? Apa saya jelek begitu berpenampilan seperti ini ?" tanya Putri kesal.
Dokter Abraham menggelengkan kepalanya cepat dan membulatkan matanya kaget, mendengar pertanyaan Putri. "Bukan seperti itu, hanya kagum dengan penampilan kamu. Kamu benar-benar terlihat sangat cantik hari ini."
Pipi Putri memerah karena malu dipuji oleh dokter Abraham, iya menahan senyumnya susah payah dan mempertahankan raut wajahnya agar tetap seperti orang yang tengah marah.
"Oh jadi saya cantik hanya hari ini saja, kemarin-kemarin saya jelek gitu ? " tanya Putri berpura-pura sedih.
Namun dokter itu menggelengkan kepalanya cepat. "Kemarin cantik tapi sekarang lebih cantik, apalagi dengan make up tipis itu benar-benar sangat cocok untukmu. Dan juga hari ini kita mengobrol dengan jarak yang sangat dekat saya bisa melihat jelas kecantikan kamu."
Putri melakukan kepercayaan mengertinya, lalu ia tersenyum jahil tanpa disadari dokter itu. "Jadi kalau dilihat dari dekat itu semakin cantik, ya? tanya dengan mata bulatnya yang tampak begitu menggemaskan.
Dengan segera dokter Abraham menganggukkan kepalanya cepat. "Iya benar."
Putri memajukan wajahnya sembari berjinjit ke wajah dokter Abraham. "Seperti ini, dok?" tanyanya.
Posisi mereka benar-benar seperti seseorang yang hendak berciuman, namun dengan segera dokter Abraham menghindar, dan berlari untuk menjauhi Putri.
"Astaga, Putri!!!" teriaknya kesal sehingga terdengar di lobby rumah sakit.
Namun bukannya takut Putri malah semakin kencang mengejar dokter Abraham. "Katanya seharusnya melihat dari dekat, dok!" balasnya sembari berteriak.
Kedua pasang manusia itu terus berlari dan saling mengejar. Hingga sadar atau tidak sadar mereka sudah menjadi pusat perhatian oleh orang yang berada di lobby rumah sakit itu.
Siapapun yang melihat adegan mesra mereka seperti, pasti akan mengira jika mereka adalah sepasang kekasih.
Namun faktanya mereka hanya rekan, iya rekan. Rekan untuk menyembuhkan kembali mental ibu Putri yang sedikit bermasalah.
Sebenarnya Putri sudah mengetahui jika dokter Abraham memiliki perasaan lebih kepadanya, namun Putri cukup sadar diri untuk tidak mengharapkan sesuatu yang bukan miliknya.
Dokter Abraham adalah seorang yang terpandang dan juga kaya berbeda dengan dirinya yang miskin dan terlilit banyak hutang.
Adiknya pun sudah mengatakan beberapa kali mengatakan pada Putri bahwa dokter Abraham menyukainya. Bahkan bukan hanya Dinda yang mengatakan itu beberapa kali teman kerja dokter Abraham di rumah sakit ini juga menggodanya dan mengatakan bahwa dokter Abraham menyukainya.
Namun apa yang bisa ia lakukan ? Seandainya nanti dokter Abraham menyatakan perasaannya pada Putri tentu akan Putri tolak.
Bukan karena apa ? Tapi karena status ekonomi mereka yang berbeda. Apalagi sebentar lagi Putri akan memiliki cap baru. Yaitu adalah "wanita malam" .
Lebih pantas jika dokter Abraham mendapatkan pasangan yang lebih baik daripada wanita sepertinya.
...o0o...
GIMANA ? SERU GAK CHAPTER HARI INI ?
YUK LANGSUNG NEXT KE CHAPTER SELANJUTNYA....
TAPI SEBELUMNYA JANGAN LUPA MASUKKAN CERITA INI KE FAVORIT YA...
BANTU AUTHOR VOTE+KOMEN+LIKE.
SUPAYA AKU LEBIH SEMANGAT NULISNYA 🥰
TERIMA KASIH SEMUANYA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
susi_berlianaqu
payah ah Pak Dikter bukannya langsung nyatakan cinta nya sm Putri🤭🤭🤭
2022-05-10
0
IR
tinggal dunia malam nya putri,,,, memantaskan diri,,,,
2022-02-02
0
Nuraidabilla
udah terima aj put..drpada jdi kupu2 mlm
2021-11-07
0