SELAMAT MEMBACA SEMUANYA...
TAPI SEBELUM MEMBACA, AKU MINTA KALIAN UNTUK LIKE DAN VOTE DULU YA...
KASIH AUTHOR BINTANG LIMA, BAGI YANG BELUM.
SUPAYA AUTHOR-NYA BERSEMANGAT DAN RAJIN UPLOAD.
...o0o...
Cuaca hari ini sungguh sangat cerah. Matahari bersinar dengan sangat terik, angin yang berhembus sepoi-sepoi membuat udara menjadi segar. Dan jangan lupakan burung yang berkicau dengan sangat merdunya.
Namun berbeda dengan cuaca yang tampak bersahabat, sepasang kakak beradik itu tampak begitu pucat dengan pakaian serba hitam yang mereka kenakan.
Mata mereka mengalirkan air mata yang tak ada hentinya hingga tubuh mereka bergetar hebat sampai kakinya tak mampu menahan berat tubuhnya.
Tangan mereka saling bertautan untuk menguatkan satu sama lain. Dengan genggaman tangan itu mengatakan seolah-seolah “kita akan baik-baik saja setelah ini” padahal tidak.
Waktu terus berjalan, orang-orang berpakaian hitam itu satu demi satu telah pergi meninggalkan area pemakaman itu. Tak ada satu orangpun yang Putri kenal di sini, entah dimana sanak saudara, teman, dan rekan kerja Ayahnya.
Putri tersenyum tipis dengan tatapan kosongnya. Sungguh sangat menyedihkan sekali hidupnya. Tak punya apapun selain adik dan ibu yang sudah kehilangan kewarasannya.
Pandangannya masih setia menatap gundukan tanah yang ditaburi oleh kelopak mawar merah diatasnya. Kini otaknya berputar mengingat kejadian beberapa jam yang lalu.
Jasad Ayahnya tidak dapat dikuburkan karena ia belum membayar biaya rumah sakit Ayahnya. Ia ingat sekali jumlah uang yang ada di rekeningnya. Hanya tersisa 53 juta saat itu, rencananya uang itu akan ia gunakan untuk membayar cicilan rentenir. Namun Tuhan berkata lain, ia harus membayar biaya rumah sakit kedua orang tuanya.
Sungguh sangat plot twist sekali.
Sudah 15 juta ia habiskan untuk membayar biaya rumah sakit Ayahnya dan juga membayar biaya pemakaman. Beribu-ribu ia ucapakan kata maaf pada makam sang Ayah karena hanya bisa membelikan rumah baru yang sederhana dan di daerah perkampungan. Berbeda dengan saudara-saudaranya yang berada di pemakaman mahal. Padahal dulu Ayahnya mengatakan jika ia meninggal ingin dimakamkan di sebelah ibu kandungnya.
Namun sekali lagi, ia tidak memiliki cukup uang untuk membelikan rumah baru yang berada di kawasan yang elit itu.
“Hiks….hiks…hiks… Da−daddy kenapa tinggalin Dinda,” isak Dinda hebat.
Dada Putri serasa ditusuk oleh pisau yang sangat tajam mendengar ucapan sang adik. Masa muda adiknya berbeda dengan dirinya dulu, jika dulu masa remaja Putri sangat bahagia, karena Ayahnya masih bekerja sebagai Direktur Utama.
“Hustt… sudah jangan menangis lagi, nanti Daddy juga ikut sedih,” ucap Putri seraya mengelus punggung sang adik.
Bukannya mereda, tangisan sang adik malah semakin pecah. “Kenapa jadi seperti ini kak ? Aku sendirian, aku takut…” katanya parau.
“Din, kakak akan selalu ada bersama mu. Selamanya!” jawab Putri tegas.
Ia merengkuh tubuh adiknya dan membawanya kedalam pelukannya. “Sudah, ayo kita pulang. Aku yakin Daddy pasti sudah berada di surga, dia sudah bahagia di sana. Sekarang ayo kembali ke rumah sakit. Mommy membutuhkan kita!”
Dinda menganggukkan kepalanya singkat, lalu berjalan keluar dari area pemakaman itu bersama dengan sang kakak.
“Tuhan, beginikah nasibku sekarang ?” batinnya pedih.
...o0o...
Setelah hampir 1 jam berkendara dengan taxi online-nya, akhirnya kakak beradik itu kembali ke rumah sakit. Dengan lesu mereka berdua berjalan menyusuri lorong rumah sakit untuk ke kamar sang Ibu.
Tapi ia mendapatkan pesan dari rumah sakit jika Ibunya sudah dipindahkan ke ruang inap. Yang artinya kondisi fisik Ibunya sudah hampir membaik, sehingga tak perlu berada di ruang ICU.
“Mom, sudah tidak berada di ruangan itu kak ?” tanya Dinda.
Putri menggeleng dan tersenyum singkat kearah sang adik. “Mommy sudah jauh lebih baik, maka dari itu kamu harus semangat terus biar bisa jaga Mommy,” jawab Putri cepat.
Dinda menganggukkan kepala semangat. “Sekarang orang tua Dinda cuma Mommy saja, tidak mungkin Dinda mengecewakan Mommy dan juga kakak!” jawabnya cepat.
Ia tertawa kecil mendengarkan guyonan sang adik, lalu mengacak rambut adiknya itu sayang. “Kalau itu wajib!”
Mereka terus mengobrol sampai tak terasa sudah sampai pada kamar inap sang Ibu. “Nah iya benar, yang ini kamar Mommy!”
Mereka berdua saling pandang tepat di pintu ruangan itu. “Kak…” ucap sang adik. “Jangan bilang dulu sama Mommy kalau Daddy sudah tiada.”
“Hah…” Putri menghela nafas panjang.
Tak mau menunggu lama, is segera membuka ruang inap sang Ibunda.
Ceklek….
“Hiks….hiks….hiks….”
Terdengar suara tangis yang sangat menyakitkan bagi siapapun yang mendengar. Putri mengira pasti Ibunya tahu tentang kabar kematian sang Ayah dari para perawat, itulah sebabnya ibunya menangis.
Dinda menepuk bahu sang kakak pelan yang berada di depannya “Kak, kenapa Mommy menangis ? Apa dia sudah tahu ?” bisik Dinda perlahan.
Putri mengabaikan adiknya itu, ia berjalan perlahan menuju ranjang sang Ibu. Tangannya terangkat untuk menyentuh pundak Ibunya.
“Mom…” panggilnya lembut.
“ARGHHHH!!!” teriak Ibu Putri kencang yang membuat Putri memundurkan tubuhnya karena terkejut begitupun dengan Dinda.
“Mo−mom, ini Putri dan ini Din−“
“KELUAR !! KELUAR!!! TOLONG!!! TOLONG!!!” teriaknya lagi lebih kencang dari sebelumnya.
Putri dan adiknya mencoba menenangkan sang Ibu tapi usahanya sia-sia sang Ibu semakin memberontak.
“TOLONG!!! TOLONG!!!”
“KALIAN INGIN MEMPERK*SA KU LAGI HAH ?!?!?”
Tak berselang lama, banyak orang yang datang mendekat kearah ruang inap ibunya itu dengan wajah penasaran mereka. Karena memang Ibu Putri berteriak kencang sekali.
“Heh, ada apa ini ?”
“Kenapa sampai berteriak begitu di rumah sakit ?”
“Siapa mereka berdua ini ?”
Ucap beberapa orang itu.
Hingga ada seorang dokter muda yang datang menerobos masuk kedalam ruangan itu.
“Permisi, saya dokter, bisa saya periksa ibunya ?” ucap seseorang dari belakang.
Putri dan adiknya sontak membalikkan tubuhnya ke sumber suara. Di sana ada dokter yang tersenyum kearah Putri dengan tulus. “Saya dokter, boleh saya cek keadaan pasien ?” tanyanya.
Tanpa menjawab mereka menyingkir untuk memberi ruang pada sanga dokter. Bisa ia lihat dokter muda itu dengan cekatan memenangkan ibu mereka.
“TOLONG!!!!”
“MEREKA ADALAH ORANG JAHAT!!”
Dokter muda itu mendekat dan memegang kedua tangan ibu Putri erat. "Iya, sekarang sudah ada saya di sini. Nanti mereka berdua saya masukkan kedalam penjara.”
“USIR MEREKA!! KELUARKAN MEREKA DARI SINI!!” teriaknya lagi
“Ibu tenang saja, saya yang akan memukul mereka. Tapi jika mereka saya keluarkan dari sini, mungkin saja mereka kabur dan tidak bisa saya masukan ke penjara,” jelas sang dokter itu lagi.
Sang dokter terus saja membujuk ibu Putri itu dengan ucapan manisnya. Merayu, memenangkan, dan juga memeluk tubuh renta itu dengan lembut.
Setelah dirasa sudah tenang, ia memencet tombol yang berada di sebelah ranjang. Tak berselang lama 2 perawat datang, dan dengan cepat sang dokter menyuntikkan obat penenang.
Selesai menyuntikkan obat itu, sang dokter tak ikut pergi bersama dengan dua orang perawat itu. Ia terus mengelus lembut puncak kepala pasien itu dengan sayang. Hingga ibu Putri itu tertidur.
...o0o...
GIMANA ? SERU GAK CHAPTER HARI INI ?
YUK LANGSUNG NEXT KE CHAPTER SELANJUTNYA....
TAPI SEBELUMNYA JANGAN LUPA MASUKKAN CERITA INI KE FAVORIT YA...
BANTU AUTHOR VOTE+KOMEN+LIKE.
SUPAYA AKU LEBIH SEMANGAT NULISNYA 🥰
TERIMA KASIH SEMUANYA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
asri handaya
seru seru...
2023-12-30
0
izu hasyim
lanjut ya kk authorrr...
2021-10-06
1
Triiyyaazz Ajuach
kasian ibunya smp trauma
2021-10-05
1