Piring sudah selesai dicuci semua, meja makan juga sudah rapi. Firda malu-malu mau masuk ke dalam kamar.
Bukannya apa-apa, takut ketahuan kalau dia mengharap di jadikan santapan nyamuk kembali.
Ish, tau enak gitu nyesel tidur kaya' mayat. Apalagi posisi di sun-nya sangat strategis.
Dengan sedikit emosi, Firda membuka pintu kamar.
"Bang, si bahenol itu sudah Abang apain aja? Pasti udah Abang buat banyak tanda-tanda seperti itu di badannya, iya kan?"
Firda mendadak merasa cemburu membayangkan Bujang dan Mawar pernah melakukan itu, dia nggak rela.
Bujang yang dari tadi menunggu kedatangan Firda yang sedang mencuci piring mengerutkan dahinya.
"Kamu cemburu? Sudah cinta ya sama Abang? Kemarin katanya menikah dengan aki-aki?" Bujang menowel-nowel dagu Firda, sama persis seperti yang pernah Raka buat waktu Firda jujur kalau semua yang dia lakukan pada Bujang hanya karena sebuah tantangan dari Sisil dan Gita.
"Mana ada aku mengatakan gitu." Firda ngeles.
Bujang mencebik.
"Abang belum pikun, Fir. Abang masih mengingat jelas apa yang kamu gerundelkan setelah selesai akad nikah."
"Abang jawab aja! Aku nggak mau Abang sentuh-sentuh lagi, bibir Abang sudah nggak orisinil. Abang curang, Abang sudah nggak perjaka lagi."
Firda merajuk, Bujang tergelak.
"Duduk dekat Abang, sini!"
Bujang menepuk tempat di sebelahnya, Firda tidak mau. Dia lebih memilih berdiri, Bujang langsung menarik tangannya. Membuat Firda duduk sangat mepet ke paha Bujang, darah Firda langsung berdesir.
Jantungnya juga jadi deg-degan, rasa yang membuat tidak nyaman tetapi Firda suka rasa itu. Dia justru enggan untuk bergeser, rasa pengen ngelendot seperti kucing.
"Tidak perlu membahas tentang yang sudah lewat, itu akan membuat kamu sakit hati. Yang penting kan kedepannya. Lagipula, usia Abang dengan kamu kan...." Bujang mengangkat kedua bahunya.
"Banyak cerita dan banyak kisah yang sudah terlewati, jadi tidak bisa disamakan dengan kamu yang baru lahir kemarin sore. Tapi...." Bujang menyentuh ujung dagu Firda, wajahnya menatap wajah Firda yang berada dekat di depan wajahnya sendiri.
"Abang belum pernah melakukannya, Firda. Abang memang bukan seperti malaikat yang tidak memiliki nafsu syahwat, tapi Abang tidak mau melakukan zina yang hmm...Kamu tahu maksud Abang?"
Bujang semakin mendekatkan wajahnya, Firda hanya bisa mengamati bola mata Bujang. Tapi lebih banyak ke bibir Bujang yang bergerak-gerak sih, warnanya merah tua. Terlihat segar karena Bujang tidak merokok.
Tubuh yang saling mepet, padahal kasur sangat luas. Wajah yang juga berjarak sangat dekat, membuat otak Firda tidak bisa mencerna dengan baik kata demi kata yang keluar dari mulut Bujang. Dia hanya membayangkan bagaimana rasanya jika bibir itu menyentuh bibirnya sendiri, otak Firda sudah traveling ke mana-mana.
"Bang."
"Hmm."
"Kita kalau kayak gini seperti adegan film Bollywood ya? Berjarak dekat, terus pandangan lama-lama."
Bujang terkekeh, dia langsung melepaskan tangannya yang tadi ada di dagu Firda. Perkataan Firda membuat suasana jadi gagal romantis, Firda melongo.
Cuma gitu aja? Terus...Sun-sunannya nggak jadi? Ya ... Penonton kecewa.
"Kamu pahamkan tadi Abang momong apa?"
"Nggak."
"Astagfirullah... Terus, apa yang kamu pikirkan tadi?" Bujang gemes sendiri, sudah dirangkainya kata demi kata agar Firda jangan menuduh dirinya sudah melakukan zina. Eee...Firda-nya nggak paham.
"Aku hanya memikirkan, pada saat Abang membuat merah-merah diperut dan di dadaku, aku kok bisa tidak tahu? Berarti Abang sudah ahli dong?"
Bujang tidak tahu bagaimana cara menjelaskan pada Firda.
"Gini aja, mau Abang buatkan lagi?" Bujang sudah memeluk pinggang Firda, Firda jadi gelagapan kalau badan sudah saling menempel gitu. Untungnya masih pakai baju, kalau enggak...Gimana ya?
Masak sih dia akan pasrah diapa-apain oleh Bujang? Bukannya nggak mau, mau kali malah tapi malu.
"Dimana?"
Duh, kok mulut sama hati bisa sinkron gini sih? Padahal otak sudah ingin nolak, biar sedikit tahan harga. Jangan kelihatan kalau lagi nafsu, malu-maluin, Fir.
"Kamu maunya dimana?"
Eh, suaranya kok sudah mulai serak-serak becek kaya' Raka yang sedang masa puber. Jangan-jangan bang Bujang bukan manusia biasa nih.
Firda masih berpikir sebaiknya dimana membuat tanda merah.
"Jangan di dada atau di perut ya? Itu nanti setelah sholat Isya, sekarang tanggung."
Ish, kok bang Bujang pakai nawar, sebenarnya yang mau ini siapa sih?
"Disini aja!" Firda mengerucutkan bibirnya dengan tidak tahu malu
Habisnya dia penasaran, rasa bibir yang saling beradu itu seperti apa.
Kemarin waktu dia melihat Drakor yang ada seperti saling menjilat es krim, dirinya, Gita dan Sisil sampai ngeces ngelihatnya. Pengen banget ngerasain tapi semua masih pada jomblo, nggak ada lawan.
Sering nongkrong di cafe D'Nongkrongs milik Bujang, nggak ada cowok yang nyangkut. Mana yang di tonton drama romantis terus, kan pasti ada tuh adegan saling bersilat bibir. Untung tuh bibir nggak lepas dari tempatnya.
Ucapan spontan Firda tanpa rasa malu sukses membuat hasrat Bujang yang sudah meninggi turun kembali, tapi dia bersyukur. Di mesjid sudah terdengar suara mengaji, pertanda sebentar lagi adzan isya, sudah seperti bulan ramadhan ya? Pak Takmir-nya kayaknya sudah rindu bulan puasa.
Tapi Bujang tidak mungkin membuat Firda malu atau kecewa jika tidak dituruti apa maunya.
Bujang segera mengecup sekilas bibir Firda, Firda melongo. Rasanya... Sulit di ucapkan dengan kata-kata karena cuma sekilas.
"Lagi, Bang! Agak lama gitu kaya' di film-film, ups." Firda segera menutup mulutnya karena keceplosan, Bujang tergelak.
"Kamu ini, sudah nakal, mesum lagi. Memang sudah cocok kamu dinikahkan segera," Bujang menggelengkan kepalanya.
Tapi Bujang memberikan juga apa yang Firda mau, kembali mendekatkan wajahnya ke wajah Firda. Menyatukan bibir miliknya dengan bibir Firda, kedua mata Firda yang melihat ke arahnya segera di tutup oleh Bujang.
Merasa dadanya ada yang mendorong-dorong, Bujang melepaskan penyatuan bibir mereka.
"A-akuh nggak bi-sa na-pas, Bang." Firda ngos-ngosan.
Ujung jari tangan Bujang menyeka sisa saliva yang ada di sudut bibir Firda.
"Bernapasnya kan dari hidung, nggak dari mulut. Oke, nanti Abang ajari lagi ya!" Bujang bangun dari duduknya langsung berjalan masuk ke dalam kamar mandi untuk berwudhu, setelah itu melangkah keluar untuk ke mesjid. Ternyata Abah sudah menunggu di teras rumah.
Sambil mendengarkan cerita serta konsep Abah dan ayah Deni untuk resepsi dirinya dengan Firda, pikiran Bujang terus tertuju pada Firda.
Gadis muda yang nakal dan tidak tahu malu, tetapi sungguh menggemaskan bagi dirinya.
Saat ini Bujang justru bersyukur, karena kelakuan Firda yang sudah memporak-porandakan acara pernikahannya dengan Mawar membuat dirinya sekarang justru sangat bahagia.
Ya, hatinya benar-benar bahagia. Baru tadi dia mencoba bermesraan dengan Firda, bukan suasana romantis atau syahdu seperti pasangan lainnya, yang ada justru lucu.
"Mish, kau mendengar ucapan, Abah?"
"Hah?" Bujang tersentak kaget ketika Abah menyenggol lengannya.
"Kau melamun rupanya? Kenapa? Berat meninggalkan Firda? Palingan juga setengah jam, Mish. Setelah itu puas-puasin! Abah nggak akan ganggu, Abah kan pernah muda juga."
ucap Abah terkekeh, Bujang semakin malu.
Ini semua gara-gara Firda, coba dia tadi tidak meminta untuk di cium di tempat yang, ah ...
Bujang rasa ingin berlari pulang, menerjang pintu kamar dan kembali mengajari Firda untuk saling bersilat lidah dan bibir, setelahnya... Tahu sendiri lah.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Afternoon Honey
Abah memang yg terbaik penuh perhatian dan paham banget ⭐👍
2023-12-24
0
Lina ciello
abah emang terbaik😁
2023-04-04
1
Sulaiman Efendy
SI BUJANG YG SELALU JAGA DIRI, DN SI BUNGA YG BRU MEKAR JUGA BLM PRNH RASAKN CINTA2AN, BERTEMU DI IKATAN PERNIKAHN AKIBAT SUATU KESALAHAN YG MNGGAGALKN SATU PERNIKAHAN.. 😂😂😂😂😂😂
2022-10-17
0