5. RATU DRAMA

Firda duduk malu-malu di kursi makan, Umi dan Abah hanya tersenyum tipis melihat menantunya yang salah tingkah.

Karena tadi di minta bantuin di dapur untuk membuat sarapan malah tidur, untungnya Umi mengerti kalau Firda masih belum siap untuk jadi seorang istri.

Beda dengan Bujang, dia akan menatap galak kalau Firda melihat ke arahnya.

Habisnya, sudah jadi menantu orang lain tapi kelakuannya masih absurd. Disuruh sholat malah tidur.

"Hari ini kuliah, Nak?" tanya Umi lembut.

Menantunya itu jauh lebih muda dari kedua orang putrinya yang sudah menikah, jadi harus di perlakukan seperti anak bungsu.

"Hari ini nggak ada kelas, Umi." jawabnya lembut, sampai Bujang tersedak nasi goreng mendengar suara mendayu-dayu milik Firda.

Dasar ratu drama.

"Bisa masak?" tanya Umi lagi.

Firda mengangguk kalem.

Kepentok apa kepala nih bocah.

"Masak apa saja itu? Umi jadi pengen mencoba masakan menantu Umi, pasti suamimu jika pengen rasa juga. Iyakan, Mish?" Umi beralih pada Bujang yang cuma bisa tersenyum.

Palingan juga cuma bisa masak air.

"Cuma bisa masak air sama telur ceplok, Umi."

Tuh kan, apa aku bilang.

Umi dan Abah hanya tersenyum, Bujang pura-pura tidak peduli. Anak gadis sekarang kan bisanya cuma nongkrong, ketawa-ketiwi, dan rebahan di dalam kamar sambil hanyut dalam dunia medsos.

"Nanti belajar sama, Umi? Mau?"

Terpaksa Firda mengangguk.

"Atau mau ikut Hamish ke cafe? Bantu-bantu, sekalian Hamish akan memperkenalkan kamu dengan karyawannya."

"Nggak dulu, Umi, Firda di rumah saja sama Umi belajar masak," jawab Firda cepat.

Apa kata dunia jika tahu Firda sudah menikah, tidak, tidak ada yang boleh tahu. Bahkan Sisil dan Gita saja tidak tahu jika dirinya malam tadi sudah menikah, bisa tertawa senang Gita mendengar musibah yang menimpa dirinya. Secara kan dia yang paling keberatan untuk patungan membeli ponsel.

Bujang sendiri juga belum ada niat untuk memperkenalkan Firda sebagai istrinya, biarlah kabar yang beredar meredam terlebih dahulu baru Bujang akan membawa Firda ke permukaan.

Bujang juga harus mempersiapkan mentalnya terlebih dahulu, karena menikahi seorang gadis remaja tidak terpikirkan oleh Bujang sama sekali.

Setelah sarapan, Bujang pergi cafe. Dia harus mengklarifikasi pada semua karyawannya tentang pembatalan pernikahan dengan Mawar.

Untungnya dia masih bisa berpikir jernih kemarin dan segera membuat pengumuman di grup wa karyawan cafenya, begitu juga dengan grup wa teman SD, SMP, SMA, dikampus dulu dan teman-teman sekalian.

Bisa rugi berat Bujang kalau semua undangan dari pihak teman-temannya datang ke pestanya Mawar. Biaya pesta dari Bujang, yang dapat amplop justru Mawar dan suaminya.

Beuh...Maaf maaf saja ya, Bujang tidak sepemurah itu.

Banyak reaksi yang Bujang terima, dari ejekan, ingin tahu kenapa, ada apa, mengapa dan banyak juga yang prihatin dengan nasib Bujang.

"Ganteng-ganteng tapi nasibmu gak semujur wajahmu, Jang."

Nah itulah salah satu contoh ucapan prihatin dari seorang temannya.

"Gadis tak dapat, janda pun tak dapat, mungkin jodohmu nenek-nenek, Jang. Atau belum lahir."

Sadis kan? Bukan ucapan yang menghibur hati Bujang, justru membuat Bujang ingin membelah kepala temannya itu.

"Bagaimana kalau kau bertapa atau mandi air tujuh muara dulu untuk menghilangkan kesialan nasibmu, Jang?"

Ya Allah, andai membunuh itu nggak dosa, ingin sekali Bujang memberikan espresso rasa sianida pada mulut yang asal nyablak itu.

Saat itu Bujang tidak sempat membalas satu demi satu obrolan di grup wa. Dia, Abah, Umi, kedua adik dan iparnya sedang fokus mempersiapkan serangan balasan untuk Firda.

Segala hantaran dan pernak- pernik langsung di beli saat itu juga. Termasuk meminta kesediaan ustadz Syukur untuk menikahkan dirinya dengan Firda.

Akhirnya seperti yang terjadi tadi malam, Firda tidak bisa mengelak. Gadis nakal itu harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Firda bersama Umi Sri berada di dapur, Abah Surya cuma bisa menatap menantunya dengan senyum lucu.

Apalagi ketika melihat Firda yang meneteskan air mata dan terus mengucek-ucek kedua matanya yang perih karena di suruh Umi mengupas bawang.

"Fir, kamu nggak pernah di suruh ibumu ke dapur ya?" tanya Umi pelan melihat Firda yang memejamkan matanya menahan perih.

"Ada Umi, Firda paling di suruh cuci piring atau nyuci sayur."

"Begini, jangan terlalu dekat jarak antara bawang dengan wajahmu! Biar nggak perih."

Firda mengikuti instruksi yang diberikan oleh ibu mertuanya.

Ponsel mahalnya terdengar menjerit-jerit di atas meja makan, tapi Firda tidak berani untuk melihat dan menjawabnya.

"Angkatlah, Nak! Mungkin ada yang penting, atau suamimu yang menelepon." saran Umi Sri. Wanita berusia hampir kepala enam itu tahu jika Firda terus melirik kearah ponselnya, cuma sepertinya dia segan untuk mengangkatnya.

Suami? Mana Firda tahu berapa nomor ponsel Bujang, nama Bujang siapa saja baru tahu kalau ngobrol sama Abah dan Uminya.

Firda melihat nama Sisil yang memanggil dirinya.

[Fir, yuk ketemu di D'Nongkrongs! Kita cari tahu apa pria itu masih hidup atau sudah bunuh diri, secara kan kau sudah minta pertanggungjawaban atas kehamilan palsumu.]

Firda menjauhkan ponselnya dari telinga, dia lupa kalau ponselnya di buat dengan mode speaker menyala.

Firda menatap ayah mertuanya yang pura-pura mendengarkan berita di televisi, lalu beralih pada Umi yang untungnya sedang menggoreng ikan. Sudah bisa dipastikan kalau Umi tidak akan mendengar, tapi kalau Abah...Firda cepat-cepat menekan lambang speaker.

[ Lain kali saja, aku sedang sibuk.]

[Sibuk apaan? Memang kau sudah beranak? Aku dan Gita meluncur ke TKP ya! Kami tunggu kau disana.]

Belum sempat Firda menjawab, Sisil sudah memutuskan sambungan telepon seenak jidatnya.

"Bah, Firda boleh keluar nggak?" Firda bertanya takut-takut.

"Kemana?"

"Pulang, mau mengambil mukena."

Alasan yang tepat, tadi pagi kan dia dipinjamkan mukena oleh Umi pas sholat subuh.

"Nanti sore saja, biar bisa sekalian dengan suamimu. Bukankah Hamish tadi sudah berjanji dengan ayahmu untuk datang nanti sore?" Abah Surya tersenyum kecil, dia cukup mendengar apa yang di bicarakan oleh temannya Firda tadi di telepon.

"Iya, baiklah, Bah." Firda kembali lagi ke dapur membantu Umi, tapi cuma ngeliatin doang.

Menjelang tengah hari Bujang sudah kembali, dia hanya melirik ke arah Firda tanpa berniat untuk menegurnya.

"Bagaimana? Sudah selesai urusan di cafe?"

"Sudah, Bah. Seperti yang kita duga bersama, berita aku menghamili anak ingusan sudah menyebar luas." lirih suara Bujang karena Firda duduk tidak jauh dari keduanya mengobrol.

"Terus?"

"Aku bisa apa, Bah? Tidak mungkin aku mengatakan kalau aku di fitnah, dia sudah jadi istriku. Aku harus melindungi nama baiknya."

Abah Surya menepuk pundak putra sulungnya pelan.

"Abah bangga padamu, Mish. Memang harus seperti itu seorang suami, kecuali dia tidak kamu nikahi. Maka kita bisa melaporkan dirinya atas pencemaran nama baik, tapi dia cantik, Mish. Relakan Mawar! Kau mendapat gantinya yang masih gresh, ini namanya fitnah membawa berkah."

Abah Surya terkekeh, Hamish hanya bisa tersenyum tipis.

"Bang, kita bisa pulang ke rumah Ayah? Kan tadi pagi ayah sudah nyuruh."

Bujang mendelik, gaya ngomong Firda yang di lembut-lembutin itu membuat Bujang ingin menjitak kepalanya, tapi Abahnya justru tertawa.

Bujang bingung, sebaiknya anak nakal itu diapain ya? Apa dikarungin aja?

Pulang siang dari cafe itu harusnya disediakan makan siang, bukan diajak pulang.

Ya Allah....Bujang hanya bisa mengadu pada Tuhannya.

...****************...

Terpopuler

Comments

Mbak Latif

Mbak Latif

mesti banyakin setok kesabaran bang hamist

2023-11-23

1

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Astaga Firda mmg cari mati jadeehh😜😜

2023-04-03

0

Fahri S Wali

Fahri S Wali

kak.... aq plng suka karya kk yg ini dan project memikat hati suami😍

2023-02-06

0

lihat semua
Episodes
1 1.TANTANGAN
2 2. Senjata Makan Tuan
3 3. Menuai Badai
4 4. Bagaikan Mimpi
5 5. RATU DRAMA
6 6. Dunia Mereka yang Punya
7 7. Do'a Terbaik
8 8. Pertanyaan yang Sulit di Jawab
9 9. Bertemu Mawar dan Suaminya
10 10. Lain Di Mulut, Lain yang dirasakan
11 11. Mencuri milik Sendiri
12 12. Lupa Alamat Pulang
13 13. Terungkapnya Kebenaran yang disembunyikan.
14 14. Membangunkan, tapi Tidak Bertanggung jawab
15 15. Menginap di Istana negara
16 16. Berterus Terang
17 17. Apakah itu Mimpi?
18 18. Gangguan dari Abah
19 19. Cuma Di Gigit Nyamuk
20 20. Gagal Romantis
21 21. Praktek Ilmu
22 22. Mal Praktek
23 23. Permintaan Mawar
24 24. Sudah Masuk lagi.
25 25. Ikan Sapu-sapu
26 26. Gangguan
27 27. Menjual Mimpi Manis
28 28. Mendadak Jadi Kucing Rumah.
29 29. Ayam Kampus
30 30. Fitnah
31 31. Satu Rumah Dua Cinta
32 32. Penjelasan Yang Tersirat
33 33. Cuma Cinta Semu
34 34. Teman Makan Kawan
35 35. Senam Bibir
36 36. Menantang
37 37. Kalem-kalem Buaya
38 38. Bersembunyi
39 39. Pagar Bambu
40 40. Cukup sekali
41 41. Bang Napi
42 42. Pesan Ayah.
43 43. Nggak jelas
44 Bab. 44
45 44. Terlalu Sempurna
46 45. Tidak Mau Dimadu
47 46. Tidak Percaya Diri
48 47. Konsultasi Cinta
49 48. Pahit
50 49. Kejutan
51 50. Merajuk
52 51. Rayuan
53 52. Kebingungan.
54 53. Saran dari Bagas
55 54. Gombalan Jadul
56 55. Pengharapan
57 56. Ingin Mengulang kisah
58 57. Sudut pandang
59 58. Cuma ada kamu.
60 59. Keisengan Firda
61 60. Besok saja!
62 61. Tidak mau Kalah
63 62. Kucing, dong!
64 63. Noah galau
65 64. Menginginkan Sate kerang
66 65. Imajinasi
67 66. Latah
68 67. Lebih Manis
69 68. Gara-gara Firda
70 69. Syakila pingsan
71 70. Pura-pura Pingsan
72 71. Terlanjur sayang
73 72. Menolak
74 73. Tawaran Abah
75 74. Kelahiran Ali.
76 75. Kangen
77 76. Tidak Jadi
78 77. Ditelan bulat-bulat
79 78. Calon Besan
80 79. Ngambek
81 80. Season 2 ( Kedatangan Sophia )
82 Bab. 82 ( Season 2 )
83 Bab. 83 ( Season, 2 )
84 Bab, 84 [ Season 2 ]
Episodes

Updated 84 Episodes

1
1.TANTANGAN
2
2. Senjata Makan Tuan
3
3. Menuai Badai
4
4. Bagaikan Mimpi
5
5. RATU DRAMA
6
6. Dunia Mereka yang Punya
7
7. Do'a Terbaik
8
8. Pertanyaan yang Sulit di Jawab
9
9. Bertemu Mawar dan Suaminya
10
10. Lain Di Mulut, Lain yang dirasakan
11
11. Mencuri milik Sendiri
12
12. Lupa Alamat Pulang
13
13. Terungkapnya Kebenaran yang disembunyikan.
14
14. Membangunkan, tapi Tidak Bertanggung jawab
15
15. Menginap di Istana negara
16
16. Berterus Terang
17
17. Apakah itu Mimpi?
18
18. Gangguan dari Abah
19
19. Cuma Di Gigit Nyamuk
20
20. Gagal Romantis
21
21. Praktek Ilmu
22
22. Mal Praktek
23
23. Permintaan Mawar
24
24. Sudah Masuk lagi.
25
25. Ikan Sapu-sapu
26
26. Gangguan
27
27. Menjual Mimpi Manis
28
28. Mendadak Jadi Kucing Rumah.
29
29. Ayam Kampus
30
30. Fitnah
31
31. Satu Rumah Dua Cinta
32
32. Penjelasan Yang Tersirat
33
33. Cuma Cinta Semu
34
34. Teman Makan Kawan
35
35. Senam Bibir
36
36. Menantang
37
37. Kalem-kalem Buaya
38
38. Bersembunyi
39
39. Pagar Bambu
40
40. Cukup sekali
41
41. Bang Napi
42
42. Pesan Ayah.
43
43. Nggak jelas
44
Bab. 44
45
44. Terlalu Sempurna
46
45. Tidak Mau Dimadu
47
46. Tidak Percaya Diri
48
47. Konsultasi Cinta
49
48. Pahit
50
49. Kejutan
51
50. Merajuk
52
51. Rayuan
53
52. Kebingungan.
54
53. Saran dari Bagas
55
54. Gombalan Jadul
56
55. Pengharapan
57
56. Ingin Mengulang kisah
58
57. Sudut pandang
59
58. Cuma ada kamu.
60
59. Keisengan Firda
61
60. Besok saja!
62
61. Tidak mau Kalah
63
62. Kucing, dong!
64
63. Noah galau
65
64. Menginginkan Sate kerang
66
65. Imajinasi
67
66. Latah
68
67. Lebih Manis
69
68. Gara-gara Firda
70
69. Syakila pingsan
71
70. Pura-pura Pingsan
72
71. Terlanjur sayang
73
72. Menolak
74
73. Tawaran Abah
75
74. Kelahiran Ali.
76
75. Kangen
77
76. Tidak Jadi
78
77. Ditelan bulat-bulat
79
78. Calon Besan
80
79. Ngambek
81
80. Season 2 ( Kedatangan Sophia )
82
Bab. 82 ( Season 2 )
83
Bab. 83 ( Season, 2 )
84
Bab, 84 [ Season 2 ]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!