Bujang berharap setelah memeluk Firda dia akan bisa tidur nyenyak, tapi justru sebaliknya. Dia makin tersiksa, muna kalau Bujang nggak kepengen.
Lebih dari tiga puluh tahun tidur sendirian, pria dewasa yang sehat dan normal, sekarang ada gadis belia yang sangat menggoda kelelakiannya tidur di sebelahnya.
Mereka suami istri, ngapain saja boleh, dapat pahala lagi, masak Bujang nggak kepengen? Bohooong.
Dia ingin lebih dari sekedar membuat mahakarya di bagian tubuh Firda yang tertutup, tapi Firda-nya malah semakin nyenyak tidur di pelukannya.
Apa Firda di buat pingsan aja ya? Eh, tapi mana seru, kaya' nidurin mayat dong. Ih sereem.
" Fir, bangun dong! Abang...." Bujang nggak sanggup meneruskan kata-katanya, dia malu.
Ini baru malam ketiga dia jadi suami Firda, masa' langsung minta jatah. Kelihatan sekali kalau sudah kepengennya, jaim Bang, jaim! Ntar kalau sudah un boxing baru, walaupun Firda tidur ya hajar saja! Haish, tau sendiri lah.
Bujang yang gelisah, dan Firda yang tidur dengan nyenyak tanpa sengaja menendang sesuatu yang membuat Bujang meringis ngilu.
"Ya Allah...Firdaaa...Kamu ini mimpi apa sih? Itu untuk di elus, bukan di tendang. Fir, bangun!" Bujang mengguncang bahu Firda pelan sambil mengerang menahan sakit.
"Sudah pagi ya, Bang? Perasaan baru tidur, apa paginya nggak bisa dilamakan lagi?" Firda bangun sambil menguap, Bujang segera menarik tangannya.
"Masih malam, Fir. Abang membangunkan kamu karena kamu sudah menendang punya Abang, sakit tau nggak?" Bujang masih memegangi sesuatu diantara dua pahanya.
"Hah? Aku tendang? coba lihat! Bengkak nggak?"
Bujang jadi speechless, apa dia salah membangunkan Firda ya? Seluruh nyawanya pasti belum terkumpul, masak dia mau melihat punya Bujang.
"Bang, coba sini aku lihat! Jangan di tutupi gitu!" Firda sudah meraih tangan Bujang agar jangan terus memegangi miliknya.
Rasa ngilu bercampur sakit karena tendangan lutut dari Firda sudah tidak terasa lagi karena ucapan ambigu Firda.
"Kamu yakin mau lihat?"
"Iya."
"Kamu nggak takut?"
"Nggak lah, kenapa musti takut. Kepengen malah, sebesar apa sih bengkaknya."
Bujang semakin melongo, memangnya Firda sudah pernah lihat? Punya siapa? Wah, gawat nih. Jangan-jangan Firda sering nonton film orang yang tidak pakai baju, bisa bahaya nih kalau nanti dibanding-bandingkan punya dia dengan milik orang lain yang ditontonnya.
Kalau beda ukuran bagaimana?
Secara kalau yang di jadikan pelakon film pastinya kan dia punya ukuran jumbo, sementara punya Bujang ukuran kebanyakan. Standar, eh.
Memang pernah di ukur, Bang.
"Fir, jangan! Belum waktunya, nanti kamu terkejut lho."
"Ish, jadi kapan waktunya? Nunggu kempes? Buat apa? Aku justru ingin lihat sebesar apa bengkaknya, mau di obati nggak?"
Duh, Bujang jadi bingung, sebenarnya Firda ini ngerti nggak sih yang dibicarakan itu apa? Masak dia nggak ada malu-malunya mau lihat punya Bujang, padahal sebagian perempuan yang baru menikah kan masih malu lihat yang begituan. Beda dengan yang sudah berumah tangga beberapa tahun, kalau nggak pegang dulu nggak bakalan bisa tidur.
Hiaaaa.... Itu kan celotehan nakal emak-emak kalau lagi ngerumpi menjelang senja di teras rumah tetangga.
"Pokoknya besar."
"Dari tadi bilangnya bengkak, besar tapi mana buktinya?" bibir Firda mulai tersenyum kecil, sepertinya nyawanya sudah terkumpul semua. Apalagi melihat tangan Bujang masih berada di posisi yang sangat strategis, pikiran Firda sudah traveling kemana-mana.
Bujang langsung menjentik jidatnya.
"Malu Abang yang besar, anak nakal. Masih bocah sudah mesum. Ayolah tidur! Nanti kalau Abang beneran minta hak Abang, kamu nolak dengan alasan masih takut, klise!" omel Bujang kembali membaringkan tubuhnya.
Tendangan Firda tadi sukses membuat titik didih yang sudah meninggi kembali ke angka normal.
"Ish, memang aku masih takut kok Bang, takut nggak jadi. " ujarnya terkikik menarik selimut menutupi seluruh badannya.
...******...
Bagas mengeluarkan sepeda motornya dari dalam garasi, kedua matanya sedikit terkejut melihat dua gadis nakal sudah senyum-senyum nggak jelas di halaman rumah orang tuanya.
"Ngapain pagi-pagi sudah bertandang ke rumah orang? Mau numpang sarapan?" tanyanya galak
Sebenarnya Bagas itu nggak galak. Orangnya baik malah.
Tuh buktinya sama Bujang! Sudah ketahuan kalau Firda nggak hamil, bisa saja kan dia mengatakan pernikahan di batalkan? Ini nggak. Secara adiknya kan masih kinyis-kinyis, nah Bujang...Tapi Bagas nggak melakukan itu, justru dia yang menyarankan agar diadakan pernikahan ulang sekaligus resepsi biar semua orang tahu.
Tapi entah kenapa, kepada Gita dan Sisil dia sedikit garang. Itu karena kalau sudah ketiganya berkumpul, pikiran mereka menjadi dangkal dan menganggap semua hanya untuk bersenang-senang dan keisengan semata. Sungguh membuat kesal, rasa ingin mengirim ke tiganya ke planet Pluto.
Apalagi kalau sudah ngobrol, seperti pasar malam saking ramainya.
"Jangan galak-galak, Bang! Ntar jatuh cinta pada kami berdua, Abang bingung milih yang mana. Secara kami berdua nggak mau tuh berbagi hati, apalagi berbagi raga. Berbagi udara saja sebenarnya juga berat sih, seperti kata Dylan...Rindu itu berat." ucap Sisil terkekeh, Gita sampai menepuk jidatnya. Bagas cuma bisa berdecih.
Bagaiman Firda nggak salah pergaulan? Lah temannya aneh, pagi-pagi bukannya sarapan nasi goreng atau lauk dingin sisa kemarin. Ini malah nelen sendok nih bocah.
Bagas acuh, jika dilayani kedua gadis absurd itu dia bisa telat sampai ke kantor.
"Bang, mau kemana?" Gita menahan stang sepeda motor milik Bagas.
"Mau ngojek, kenapa? Mau numpang?"
Bagas masih dalam mode galak
"Ngojek di hatiku aja, Bang! Ntar aku bayar dengan sejuta cinta dan kasih sayang."
Ckckck...Gita sama Sisil nggak ada malunya.
Bagas tidak menggubris rayuan receh kedua gadis itu, apalagi ketika ekor mata sudah melihat Raka yang berjalan cepat ke arahnya agar bisa berangkat bareng. Bagas langsung memutar kunci kontak motor miliknya.
Merasa mendapatkan reaksi yang dingin dari Bagas, kedua gadis itu beralih kepada Raka.
"Ka, kak Firda masih di dalam kan?"
Raka melirik ke arah Bagas lewat kaca spion motor, terlihat Bagas menggeleng pelan agar jangan mengatakan apa-apa.
Malam tadi Firda mengatakan kalau kedua temannya belum tahu jika dia sudah menikah, jadi biarkan saja Firda yang akan mengatakan pada keduanya.
"Kak Firda nggak ada di rumah, Kak."
"Kemana?" tanya Gita dan Sisil kompak.
"Dia menginap di istana negara," jawab Raka asal, Bagas sampai tersenyum sambil buang muka mendengar jawaban adik bungsunya.
Duh, manis bener senyumnya Bagas. Untungnya tadi belum sempat minum teh manis, kalau enggak bisa di semutin.
Belum sempat Gita dan Sisil bertanya lebih lanjut, Bagas sudah melajukan sepeda motornya meninggalkan halaman rumah.
Kedua gadis itu masih saling berhadapan dengan wajah yang bingung.
"Menginap di istana negara? Memangnya kalau mau diangkat jadi menteri, harus nginap ya, Sil?"
"Mungkin, biar nggak telat waktu pelantikan. Eh, memang Firda mau diangkat jadi menteri apa?" Sisil mendadak Oneng.
"Mana ku tahu, kita tanya ke dalam yuk!" Sisil sudah menarik tangan Gita, tapi Gita-nya nggak mau.
"Kita ke kampus saja, toh tujuan kita kesini pagi-pagi kan pengen melihat calon suami masa depan mencari nafkah. Jadi sekarang let's go!"
Sisil menoleh ke arah pintu rumah Firda yang masih terbuka, terlihat ayahnya Firda yang tertawa kecil sembari menggelengkan kepalanya mendengar dan melihat tingkah nyeleneh kedua teman putrinya.
...*****...
Firda memenuhi janjinya, setelah Sholat subuh tadi dia membantu Umi mengerjakan pekerjaan rumah. Menyapu dan mengepel lantai, Abah dan Bujang menyapu halaman.
Setelah rumah bersih dan kinclong, Firda di minta segera mandi agar tidak terlambat sampai di kampus.
Bujang sendiri sudah duduk di beranda bersama Abah membicarakan tentang rencana pernikahan dirinya dengan Firda sesuai apa yang orang tua Firda serta yang Bagas katakan tadi malam.
"Bang, antarkan aku ke rumah sakit!" pinta Firda berdiri di depan pintu dengan wajah yang cemas.
"Ngapain? Kamu sakit?" Bujang langsung bangun dari duduknya, meletakkan punggung tangannya di dahi Firda.
"Enggak."
"Terus."
"Alerginya semakin banyak, sekarang sudah sampai..." Firda meringis malu menatap Abah yang juga menunggu kelanjutan ucapan dari mulut Firda.
Sebelum Abah akan bertanya alergi kenapa, Bujang sudah menarik tangan Firda untuk masuk ke dalam rumah.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Magda Nuraini Nursyirwan
Bwahahahaha ke istana negara Thof😄🤣
2024-03-04
0
Gagas Permadi
beneran ngakak 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2024-01-27
0
Tieny Roesmiasih
begitu liat langsung stepp dah 🤣🤣🤣
2023-01-21
2