Bujang terus berjalan mendekat, sementara Firda mundur selangkah demi selangkah sampai akhirnya punggungnya membentur lemari pakaian. Bujang mengurung Firda dengan kedua tangannya yang diletakkan di kedua sisi tubuh Firda.
"Kau jangan ke ge-eran! Aku tidak akan menyentuhmu. Mari sama-sama kita lihat! Jika bulan depan perutmu masih belum membesar, maka semua keluarga akan tahu bahwa kau tidak hamil."
Firda menelan salivanya dengan susah payah, benar apa yang dikatakan oleh Bujang. Kebohongannya akan segera terbongkar.
Ya, bulan depan semuanya akan tahu kalau dirinya tidak hamil.
Gimana nih?
"Atau kau memang hamil dengan kekasihmu? Dia tidak mau bertanggung jawab lalu kau limpahkan tanggung jawab itu padaku?" Bujang terus menatap tajam wajah Firda yang sudah pucat.
"Nggak, jangan menuduh! Aku perempuan baik-baik, mana mungkin aku mau menyerahkan diriku bukan pada suamiku."
Bujang mencibir.
"Terus, apa motifmu tadi memfitnah aku? Cuma iseng? Kau kira hidup ini drama?" Bujang sudah mengetatkan rahangnya karena sangat geram dengan apa yang dilakukan oleh Firda tadi pagi.
Mana berani Firda jujur mengatakan yang sebenarnya.
" Maafkan aku! Kita kan tadi cuma menikah secara agama, Abang bisa ceraikan aku malam ini juga. A-aku akan mengatakan pada Abah dan Umi kalau aku sudah berbohong, aku juga akan jujur pada kak Mawar kalau aku cuma memfitnah. Setelahnya Abang bisa menikah dengan kak Mawar, beres kan? Masalah keluarga ku biar itu menjadi urusanku."
Bujang melongo, giginya lalu gemeratuk menahan jengkel. Dijepitnya rahang Firda dengan telapak tangannya yang besar.
"Hei anak kecil, dengar ya! Mawar sudah rujuk dengan mantan suaminya, dan kau tahu? Bahkan tadi mereka sudah mengadakan resepsi pernikahan dengan memakai uang hantaran yang aku berikan, jangan enak saja kalau bicara! Kau akan menanggung kebohongan yang sudah kau buat pada semua orang, dan itu masih belum cukup. Kau juga harus mengganti uang yang sudah aku keluarkan untuk Mawar, kau paham?"
Bujang langsung melepaskan jepitan tangannya pada rahang Firda setelah melihat gadis itu meringis menahan sakit, wajahnya sampai memerah karena Bujang menekannya dengan sangat keras.
Bujang melangkah menuju pintu yang tertutup, dia tahu itu kamar mandi.
Dia ingin mencuci muka dan kepalanya supaya emosinya yang sudah hampir meledak tidak dilampiaskan kepada Firda.
Seharian ini dirinya benar-benar merasa kacau. Fitnahan dari gadis muda yang sama sekali tidak dikenalnya, lalu Mawar yang langsung membatalkan pernikahan dan memilih rujuk dengan mantan suaminya.
Kedua orang tua dan kedua adik perempuan serta semua keluarga justru meragukan keterangan dirinya bahwa dia di fitnah, akhirnya Abahnya menyarankan agar langsung menemui orang tua Firda sekalian membawa seorang Ustadz yang merupakan guru ngaji Abah dan Uminya.
"Bah, apakah Abah percaya jika aku melakukan perbuatan dosa itu?" tanya Bujang siang tadi setelah semua keluarga kembali ke rumah.
"Abah tidak tahu, Mish, kalau dia berbohong, untuk apa?" pak Surya mengusap wajahnya resah.
Putra sulungnya, memang usianya sudah terlalu matang. Di umurnya yang sudah jalan tiga puluh lima tahun, Bujang belum juga menikah.
Dua kali Bujang hendak menikah dengan gadis pilihannya, dua kali juga gagal tanpa alasan yang jelas.
Jadi ketika Bujang memperkenalkan Mawar si janda cerai tanpa anak, Pak Surya dan Bu Sri hanya mengiyakan saja karena Bujang sudah terlalu tua untuk terus membujang.
Nama aslinya sebenarnya sangat bagus, Hamish Maulana. Cuma karena dia terlalu lama bujangan, dan kedua adik perempuannya justru sudah menikah dan punya anak. Jadi orang-orang memanggilnya Bujang, sebagian menambahkannya menjadi Bujang lapuk.
Bujang juga tidak tahu mau memberikan alasan apa, karena dia memang tidak mengenal Firda selain mengingat Firda dan dua temannya adalah salah satu pelanggan di cafe D'NONGKRONGS.
"Sekarang begini saja, kalau memang dia main-main. Maka balas lah permainan yang dibuatnya dengan pernikahan sungguhan."
Bujang menatap wajah Abahnya tidak percaya, bagaimana bisa Abahnya memberikan solusi yang membuat Bujang semakin pusing.
"Bah..."
"Mawar sudah menikah, pelaminan yang semula di persiapkan untuk dirimu dan dirinya sekarang sudah dipakai olehnya bersanding dengan mantan suami yang kini kembali menjadi suaminya. Abah tidak mau jika kau akan menjadi bahan olok-olok warga sini, kita datangi rumah gadis itu malam ini. Supaya dia tidak bisa mengelak, kau nikahi dia malam ini juga. Syarat administrasi sebagai pengantar ke KUA bisa menyusul kemudian, Abah mengenal salah satu pengurus disana." papar pak Surya panjang kali lebar.
"Tapi, Bah...."
"Abah tahu kau mampu, Mish. Ini hanya rahasia kita, jangan sampai ada yang tahu. Abah akan memberitahukan pada Ustadz Syukur." potong pak Surya sebelum Bujang mengatakan keberatannya.
Bujang menyugar rambut di kepalanya dengan air sembari mengingat obrolan dirinya dengan Abahnya siang tadi.
Bujang bangga memiliki ayah seperti Abah Surya yang menyingkapi masalah dengan kepala dingin. Tapi masalahnya tidak selesai sampai di situ. Menghadapi gadis yang tidak dikenalnya dan sayangnya sudah menjadi istrinya itu semakin membuatnya pusing, dia menggampangkan semua persoalan.
Belum lagi tatapan penuh kebencian yang Bujang terima dari kakak gadis itu, siapa tadi namanya, Bagas.
Bujang bisa melihat tangannya mengepal dan rahang yang mengeras menatap Bujang, tapi Bujang mengerti penyebab kemarahannya.
Siapa yang tidak marah jika adiknya dihamili oleh pria yang sudah berumur seperti dirinya, andai dia tahu bahwa itu semua adalah permainan adiknya sendiri.
Bujang keluar dari dalam kamar mandi dengan rambut yang basah, terlihat Firda yang menangis di pojokan kamar.
"Belum di apa-apain sudah nangis. Diam lah! Aku mau tidur." sergah Bujang sembari dengan santainya tidur diatas tempat tidur Firda.
Mana Bujang tidur hanya mengenakan celana panjang dan kaus dalam lagi, bulu ketiak dan bulu dadanya terlihat mengintip malu-malu. Firda yang dibentak Bujang tadi langsung diam dan jadi mau muntah melihat bulu ketiak Bujang.
Perutnya mendadak terasa mual tapi ditahannya, kuatir Bujang yang sudah terpejam menghardiknya lagi.
Firda itu anak perawan yang nggak pernah melihat bulu ketiak dan bulu dada. Abangnya Bagas tidak pernah membuka bajunya atau bertelanjang dada di depan Firda kecuali di kamar, apalagi adiknya Raka. Itu anak masih abege, jadi belum ada tuh bulu-bulu yang menggelikan kuduk Firda.
Setelah memastikan Bujang sudah tidur karena mendengar dekurannya yang memekakkan telinga, Firda berjalan pelan menuju kamar mandi untuk mengganti gamisnya dengan kaus oblong dan celana jeans.
Dia harus waspada, jangan sampai kesuciannya di direnggut oleh Bujang. Tidak boleh! Harus tetap di jaga untuk suaminya kelak, eh.
Firda mengambil bedcover yang bersih di dalam lemari, membentangkan di pojokan kamar. Pelan-pelan dia membaringkan tubuhnya dengan menghadap dinding.
Bujang yang pura-pura tidur dan pura-pura mendengkur menyeringai puas menatap Firda yang tidur di lantai.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
hìķàwäþî
kirain hamish daud.. byat gw visualnya dy aj lah .. /Drool/
2025-03-01
0
Ai Maria
aku malah suka bulu ketek suamiki🤣🤣 dan aku marah jika dia cukur habis😜😜
2024-07-28
0
Gagas Permadi
bulu ketek pastikan selalu lurus kaga keriting 🤣🤣🤣🤣ya ampiun bulu ketek🤣🤣🤣🤣ckckckck🤣🤣🤣🤣
2024-01-27
1