Firda terus menatap pintu yang tertutup itu, dimana Bujang tadi barusan keluar. Tidak, dia tidak mengenal bagaimana karakter Bujang yang sebenarnya, jadi dia belum berani untuk jujur.
Baru kemarin dia mendadak nikah hanya karena sebuah tantangan dengan iming-iming ponsel mahal yang sekarang bahkan sedang disita oleh Bujang.
Kenapa dia begitu bodoh mengikuti tantangan yang Sisil berikan.
Untuk menikah, bukan hanya menyangkut hati dan materi, tapi juga menyangkut banyak orang. Dan banyak pula nama baik orang yang tidak memiliki dosa padanya terluka dan kecewa, serta nama baiknya tercoreng gara-gara keisengan mereka bertiga.
Bukan hanya dia yang bisa bermain drama mengatakan pura-pura hamil, bahkan Bujang sendiri juga pintar bermain drama dengan memanggil sayang padanya di depan kedua orang tuanya.
Apa dia sudah berani berterus terang pada Bujang dengan mengatakan, kalau ponsel itu adalah hadiah dari dirinya yang menang karena sudah berhasil menggagalkan pernikahan Bujang.
Apa kata Bujang? Dia bisa kalap lalu membunuh dirinya, terus ayah dan ibunya. Lalu Abah, umi dan orang-orang...
Firda menggeleng-gelengkan kepalanya, mendramatisir keadaan.
Sholat subuh telat karena ketiduran saja kepalanya sudah di guyur dengan air, nah barusan tadi dipaksa ngaji sampai suaranya serak. Apalagi kalau tahu bagaimana bisa dia memiliki ponsel mahal itu.
Nggak, Firda nggak berani. Mau ngomong ke ibunya bahwa dia tidak hamil, semua hanya kebohongan saja dia masih berpikir bagaimana cara mengatakannya. Apalagi ini.
Aaaarrgh....Firda menutup mukanya dengan bantal, kesal dan menyesal berbaur menjadi satu.
Tuduhan Bujang yang mengatakan dia ayam kampus saja sudah membuatnya tersinggung, kenapa nggak sekalian itik kampus saja? Kan lebih mahal harganya.
Sudah terdengar adzan isya, baru Bujang masuk ke dalam kamar. Firda masih setia dengan balutan mukena yang di pakainya tadi, tapi sayang...Dia justru tidur dengan nyaman sembari memeluk guling.
Bujang jadi tidak ngerti, sebenanya apa sih yang ada didalam pikiran gadis itu?
Jika orang lain mungkin tidak akan bisa tidur semalaman karena sekamar dengan pria yang tidak dikenalnya, eee dianya sudah dua kali tidur nyenyak di kamar Bujang.
Eh, tunggu dulu! Tiga kali dong, tadi siang kan sudah bobok bareng. Hehehe....Cuma nggak ngapa-ngapain.
"Fir, Firda, bangun, ayo kita sholat! Sudah itu baru kita makan." Bujang sedikit melunakkan suaranya, kasihan juga dia kalau terus- menerus mengeraskan suaranya pada Firda.
Firda langsung membuka kedua matanya, untungnya dia bukan tipe gadis kebluk ( Hallah, bahasa apa ini.) yang susah untuk di bangunkan kalau sudah tidur.
"Bang, ponselku."
Bujang menggeleng.
"Ambil wudhu lagi, kita sholat!"
Ekor mata bujang menyuruh Firda ke kamar mandi. Dengan membuka mukena sedikit asal karena kesal, sembari menghentakkan kakinya ke lantai Firda masuk juga ke dalam kamar mandi.
Gambaran remaja zaman now kan gitu, hidup akan terasa hampa jika tidak ada ponsel.
Setelah selesai sholat bersama, Bujang mengajaknya makan tapi Firda tidak mau, dia ingin ponselnya dulu baru mau makan.
"Jangan mengancam Abang, itu tidak akan terpengaruh. Kalau kamu sakit perut karena tidak makan, maka kamu sendiri yang merasakan. Palingan juga dibawa kerumah sakit, setelah itu maka akan tahu semua orang kalau kamu tidak hamil. Tamatlah riwayat mu," ujar Bujang nakut-nakutin.
Firda tidak punya pilihan lain selain mengikuti semua kata Bujang.
Seperti tugas istri saja harus menyiapkan makan, untung nggak di suruh masak.
Firda cuma mengambilkan dua piring, dua gelas dan dua sendok. Lalu membuka tudung saji, tapi kosong. Yang ada hanya sebuah tulisan yang bunyinya Kalian makan di luar ya...Umi nggak sempat masak.
Bujang menaikkan sebelah alisnya membaca tulisan yang Bujang tahu itu adalah tulisan Abahnya.
Apakah Abah dan Umi sengaja melakukan ini?
Bujang melirik ke arah Firda yang juga tengah menatapnya.
"Kamu mau makan apa? Ceplok telor?"
Firda langsung menggeleng, di sudah tahu. Kalau mengangguk pasti dia yang di suruh kedapur, nggak ah, dia lagi nggak mood mau kedapur. Perasaannya sedang kacau.
"Pesan saja, Bang!"
"Nggak, mahal." jawab Bujang santai.
Firda melotot, nggak nyangka kalau ternyata selain Bujang sudah tua ternyata pelit juga.
"Kita keluar," ajak Bujang
Tanpa menunggu jawaban dari Firda, Bujang ngeloyor keluar untuk mengeluarkan sepeda motor.
Bujang sengaja melakukan itu, ingin tahu bagaimana reaksi Firda keluar bersamanya.
Perutnya sudah keroncongan, menandakan kalau beberapa cacing di perutnya sudah pingsan karena menunggu jatah makan malam yang belum datang. Jadi mana mungkin Firda bertahan tidak mau di ajak keluar.
Firda langsung saja duduk di belakang boncengan motor yang di kemudikan oleh Bujang, Bujang hanya tersenyum tipis melihat Firda yang terlihat acuh.
Jika tadi sore dia akan menutupi wajahnya dengan masker dan kacamata, sekarang tidak. Mungkin karena malam hari.
Bujang membelokkan motornya ke warung pecel lele yang tidak terlalu jauh dari perumahan mereka, tapi nasib baik sedang tidak berpihak pada Firda, ada Hans disana.
Sebelum Hans menyadari jika pengunjung yang baru datang adalah Firda, dia cepat menarik tangan Bujang untuk keluar.
"Ada apa?"
"Kita pindah ke tempat lain."
"Kenapa? Kamu nggak suka makan kayak gini."
"Bukan?"
"Terus,"
"Aku makan nggak pilih-pilih, semua aku makan. Abang pun bisa aku makan, hanya saja jangan disini."
Maksudnya apa bisa makan aku? Memang dia tahu apa arti ucapannya?
Bujang hendak melongok ke dalam apakah ada temannya yang berisik tadi sore, tapi Firda sudah kembali menarik tangan Bujang untuk menjauh.
"Ayolah, Bang! Kita makan bakso atau apa saja, yang penting jangan disini."
Firda semakin kuat saja menarik tangan Bujang.
Cie... Pegang tangan terus Fir.
Bujang hanya bisa menyentak napasnya kasar mengikuti maunya Firda.
Mereka beralih ke penjual pecel lele Tek Lela yang tidak jauh dari tempat penjual pecel lele yang tadi.
"Bang, nanti kita singgah ke rumah ayah lagi ya!" ajak Firda sambil mengunyah makanan.
"Ngapain? Baru juga kita pulang dari sana sore tadi. Bolak balik ke rumah ayah, bisa tua dijalan kamu."
Firda mencebik.
Abang yang sudah tua, bukan aku.
"Besok aku mau ke kampus, tadi lupa minta sama ibuk kalau aku belum di kasih uang mingguan."
Bujang menaikkan sebelah alisnya.
Bilang saja minta uang? Pakai muter-muter.
"Memang berapa kamu di kasih seminggunya?"
"Kepo, nggak boleh tahu. Itu urusan dalam negeri."
Bujang langsung menjentik dahi Firda.
"Abang suamimu, apa kamu lupa? Kamu mau membuat Abang malu berapa kali kalau masih minta uang pada Ibumu?"
Firda tersentak, dia lupa statusnya.
Ya, Alloh....Mimpi apa aku umur segini sudah menikah, pacaran saja belum pernah. Masih juga baru naksir, itu juga masih abu-abu.
"Jadi Abang mau kasih aku uang? Beneran?"
"Menurutmu?"
kedua mata Firda langsung berbinar-binar, muncul ide nakal di kepalanya.
Firda mengangkat dua telapak tangannya dengan merentangkan kesepuluh jarinya.
Bujang kembali menjitak kepala Firda.
"Kamu mau menipu suami mu sendiri! Dosa. Tuh, negara yang kamu tipu, biar masuk hotel prodeo, mau? Bisa semakin ngetop kamu." ujar Bujang gemas menunjuk jidat Firda pelan lalu bangun dari duduknya untuk membayar makanan yang mereka makan.
Baru saja Bujang mau menstater motornya, Mawar dan suaminya datang dan memarkirkan motornya tepat di samping motor Bujang. Bujang sampai harus menahan napas karena dadanya yang bergemuruh hebat.
"Terimakasih atas pesta yang kau siapkan untuk kami, Jang." ejek suami Mawar pelan menepuk pundak Bujang.
Bujang hanya bisa memejamkan matanya sesaat menahan perih di dalam hatinya, dia melirik pada Firda yang hanya bisa menundukkan kepalanya.
Sepanjang perjalanan menuju pulang ke rumah, keduanya tidak ada yang membuka mulut.
Sampai di depan rumah ketika Bujang sudah membuka pintu rumah, baru dia tahu kalau mata Firda sudah basah.
"Maaf, Bang! Aku tidak berpikir kalau jadinya seperti ini, aku...."
"Sudah jangan nangis! Nanti kalau tetangga lihat katanya Abang KDRT sama kamu, ayo masuk! Itu Abah sama Umi sudah pulang, cepat cuci mukamu!" titah Bujang melihat mobil yang biasanya dia pergunakan memasuki pekarangan rumah.
Firda segera berlari masuk ke dalam kamar.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
hìķàwäþî
burung kampus..
2025-03-02
0
dyul
kurang ajar kakinya di Mawar mokondo😡
2023-03-24
1
Sulaiman Efendy
SUPAYA GK RUGI KRN UDH KBURU KLUARIN UANG ANTARAN KE MAWAR, BUJANG JGN PERNAH LEPASKN FIRDA, TUNJUKKIN KE ORANG2, BIAR UMUR UDH KPALA 3, TPI BSA DPT DAUN MUDA..
ANGGAP SAJA DIRI KAU CEO DUDA BERUMUR YG DPT DAUN MUDA PERAWAN.. BNYK TU CERITA NOVEL DI NT YG OTHOR BUAT TTG HOT DADDY HOT DUDA YG BRUMUR , YG BSA NIKAH MA DAUN MUDA..JDI ENJOY AZA, ALMARHUM ABAHKU SAJA DUDA ANAK 6 USIA 42, BSA NIKAHI IBUKU YG MSH UMUR 22 TH, MAKA LAHIRLH AKU DN 2 ORG ADIKKU.. DN LANGGENG HINGGA AKHIR HAYAT ABAHKU DI USIA 85 TH.. DAN ITU 15 YG LALU ABAHKU BRPULANG.. KLO ABAHKU MSH HIDUP, 100 TH USIA ABAHKU SKRG
2022-10-17
0