"Bang, kok sepi?" tanya Firda ketika Bujang memasukkan kunci rumah ke dalam lobang kunci.
"Tadi kan sudah Abang bilang kalau Abah sama Umi mau pergi ke rumah kerabatnya, masih kecil sudah pikun. Makanya hidup itu jangan pakai drama mulu!" sahut Bujang masuk ke dalam rumah.
"Kan baru sekali,"
Itu yang Abang tau, hihihi
"Drama satu diikuti oleh drama-drama berikutnya, apa kamu nggak pusing hidup seperti itu?"
Firda diam, dalam hati sih ngomong pusing lah.
Bujang memasukkan motornya ke dalam garasi, lalu mengunci rapat semua jendela.
Dia belum mengatakan pada Firda bahwa mereka akan tinggal bersama Abah dan Umi sepanjang hidup keduanya.
Permintaan Umi yang tiba-tiba. Ketika Bujang hendak menikah dengan Mawar, Umi tidak mempermasalahkan Bujang dan istrinya akan tinggal dimana setelah menikah. Tapi tidak sekarang, Umi belum percaya atau tidak percaya jika Firda bisa mengurus Bujang dan rumah tangga jika mereka tinggal terpisah.
Bujang itu putra sulungnya, putra kebanggaannya, tapi nasib perjodohannya sedikit berliku hingga berakhir dengan pernikahan penuh drama dengan gadis yang bahkan belum genap berusia dua puluh tahun. Sementara Bujang sudah jalan tiga puluh lima tahun.
"Memang cita-citamu apa?" tanya Bujang lagi sambil mengunci pintu.
"Jadi artis," jawab Firda asal
"Pantes, sudah sana pergi mandi! Pamali perempuan hamil muda mandi petang-petang!" sindir Bujang santai.
Firda cuma bisa nyengir, Bujang cuek.
"Abang saja dulu, aku mau nyusun barang."
Firda menyeret tas pakaiannya di depan lemari pakaian, Bujang sudah menunjukkan pintu lemari mana bagiannya untuk meletakkan pakaian miliknya.
Bujang hanya bisa menghembuskan napas kuat menyadari ada saja jawaban dan bantahan dari bibir Firda.
Setelah Bujang keluar dari dalam kamar mandi, bukannya Firda sudah selesai menyusun pakaian justru berbaring telentang bermain ponsel sambil senyum-senyum sendiri.
"Astagfirullah...." Bujang langsung merebut ponsel dari tangan Firda, Firda langsung terkejut. Dia berusaha merebut ponselnya kembali tetapi Bujang sudah mengangkat ponselnya tinggi-tinggi.
"Cepat mandi, jangan banyak alasan! Abang nggak mau setelah Abang ke mesjid kamu masih saja malas-malasan ber haha hihi dengan benda mati."
"Tapi balikin dulu ponsel aku!" rengek Firda kuatir ketahuan rahasia obrolan dirinya dengan kedua temannya.
"Nggak, setelah ba'da Is'a baru Abang berikan. Sudah cepat mandi Firda! Atau mau Abang mandikan?" Bujang memperlihatkan wajahnya yang tidak bisa di bantah.
Firda cemberut. Mengubek-ubek isi tasnya untuk mencari handuk, dia lupa kalau handuknya tergantung di jemuran dekat pintu kamar mandi yang tertutup dengan partisi dari rotan.
"Apalagi yang kamu cari?"
"Handuk."
Bujang menepuk jidatnya.
"Lihat di gantungan handuk!"
Firda cengengesan segera kabur masuk ke kamar mandi sebelum taringnya Bujang muncul dari atas kepala.
Kebanyakan nonton film kartun ya gitu.
Keluar dari kamar mandi, Firda melihat Bujang sudah berpakaian lengkap dengan baju Koko dan sarung.
Tidak pernah hadir dalam mimpi Firda sekalipun jika dia akan menikahi bapak-bapak, bahkan saat Firda lupa membaca do'a sebelum tidur.
Hampir setiap malam juga nggak baca do'a, Fir.
"Abang mau kemana?"
"Nonton, mau ikut?"
Firda terkekeh.
"Abang bisa aja becanda, serius lah!"
"Ke mesjid, memang kalau pakaian seperti ini mau kemana? Kondangan?" Bujang berdecak melangkah keluar dari kamar, Firda mengejarnya.
"Bang, sholat di rumah aja untuk kali ini, aku takut sendirian di rumah."
"Tetangga kanan kiri banyak, Firda, apa yang ditakutkan?"
"Tapi kan aku belum kenal."
"Ya sudah besok kenalan! Buat kue, antar tuh kepara tetangga. Kenalkan diri kalau kamu menantu Abah Surya dan Umi Sri, sekalian minta do'a supaya kandunganmu tumbuh dengan sehat." sindir Bujang.
Firda mencebik.
"Please, sholat di rumah! Aku belum terbiasa disini."
Bujang hanya bisa menghembuskan napas kuat, sabar, sabar.
Untuk pertama kalinya, Bujang mengimani Sholat seorang perempuan dan itu istrinya.
Perasaan Bujang campur aduk menjadi satu antara haru, bahagia dan entah apa lagi.
Setelah salam Bujang berbalik menatap Firda yang juga menatapnya. Bujang mengulurkan tangannya, Firda juga tidak bodoh dan nggak tahu apa yang harus dilakukannya. Dia mencium tangan Bujang untuk kedua kalinya setelah akad nikah malam kemarin.
Kemudian Bujang mengangkat kedua tangannya, berdo'a dengan suara yang pelan sembari memejamkan kedua matanya.
"Ya Allah, aku memohon kebaikannya dan kebaikan tabiat yang ia bawa. Dan aku berlindung dari kejelekannya dan kejelekan tabiat yang ia bawa".
Harusnya itu do'a dia panjatkan di malam pengantin kemarin dan ketika keduanya hendak melakukan ibadah halal, tapi dia dan Firda tidak menjalankan ritual seperti itu. Jadi tidak mengapa di berdo'a setelah sholat Maghrib bersama, setelah mengusap wajahnya sendiri Bujang hanya memegang kepala Firda pelan lalu berdiri mengambil mushaf.
Firda tidak tahu mau apa lagi, dia hanya speechless dengan apa yang baru terjadi. Firda hanya diam mendengarkan suara Bujang yang pelan melantunkan qalam-qalam Allah.
"Abang nggak ke cafe? Kalau malam kan masih ramai." tanya Firda setelah Bujang selesai membaca Alquran.
"Besok, kenapa? Mau bantuin sebagai imbalan untuk mengangsur hutangmu?"
Firda mencebikkan bibir bawahnya. Firda sebel, Bujang terus mengingatkan kerugian yang sudah diakibatkan oleh dirinya. Dan Firda tidak berani menanyakan berapa biaya yang sudah Bujang keluarkan, kuatir dia akan pingsan jika Bujang menyebutkan nominalnya.
"Cuma tanya, ponselku mana?" Firda menyodorkan tangannya, Bujang malah memberikan mushaf yang tadi baru dibacanya.
"Baca Qur'an! Jangan cuma gawai saja yang kamu pegang, bisa ngaji nggak?"
Firda menatap mushaf dan wajah Bujang secara bergantian, dia kandang mengaji juga sih tapi cuma tiap kamis malam saja. Itu juga kalau ayahnya mengingatkan.
"Mulai malam ini, setiap ba'da magrib, mengaji. Awali dari surah Al-fatihah lalu lanjutkan ke surah Al-Baqarah dua puluh ayat, ba'da Is'a baru boleh pegang ponsel."
Dia ini guru ngaji atau apa sih?
"Ayo mulai! Jangan ngeliatin Abang terus, nanti jatuh cinta sama aki-aki." sarkas Bujang dengan mengangkat dagunya menyuruh Firda membuka mushaf.
Terbata-bata Firda mengaji karena terus di perbaiki bacaannya oleh Bujang, Firda sampai kesal sendiri.
Dia sudah ingin saja langsung menyudahi sampai ayat ke lima, tapi Bujang melotot horor.
"Bang, udah ya, besok sambung lagi! Tenggorokan ku sudah kering." Firda merengek sembari batuk-batuk, Bujang cuma mencibir. Dia sudah hafal dengan drama berbagai judul yang dibuat Firda.
"Minum lah kalau haus, kita ngaji sampai menjelang adzan isya."
Firda langsung menjatuhkan bobotnya diatas ranjang dengan menelungkup, mana Bujang peduli.
"Uang dari mana kamu bisa punya ponsel semahal itu?"
Mati aku.
Firda langsung kembali duduk.
"Kamu kan cuma mahasiswi? Ayah yang membelikan? Nggak mungkin." Bujang menggelengkan kepalanya.
"Bukan Abang meremehkan dan menghitung-hitung rezeki ayah, kalau ayah punya uang berlebih pasti di tabung. Masih ada kamu dan Raka yang butuh biaya, dari Bagas? Itu juga tidak mungkin. Kalau dia mendapatkan bonus setiap tahun, pasti di beli untuk dirinya sendiri atau di tabung. Dia kelak juga akan menikah, jadi dari mana kamu bisa memiliki ponsel semahal itu?"
Bujang berdiri tegak dengan melipat kedua tangannya diatas dada, pandangan matanya terus mengawasi bahasa tubuh Firda yang sudah terlihat gelisah dari awal dirinya bertanya tentang ponsel miliknya.
"Itu...."
"Kamu nggak jadi ayam kampus kan?"
"Nggak, jangan menganggap aku terlalu rendah dong!" jawab Firda berteriak.
"Santai, Fir! Nggak perlu emosi juga, makanya jawab saja. Abang rasa Bagas, Ayah dan ibuk pasti belum tahu kalau kamu memiliki ponsel baru yang masih mulus itu. Ingat, sebelum kamu jujur bisa memiliki ponsel mahal itu darimana, ponselnya Abang tahan." ujar Bujang melangkah keluar dari dalam kamar.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
dyul
wakwak.... ketemu guru ngaji suami sendiri🤣🤣🤣
2023-03-24
1
Malem Sihombing
untuk perempuan seperti firda memang cocok suami kayak hamish ini, mendidik tegas
2022-12-08
1
Eni Utami
oh ababg... adek meleleh dg kesabaranmu, bang... 🫠🫠🫠🫠
2022-07-13
0