16. Berterus Terang

Sampai di dalam kamar keduanya justru saling berpandangan, mirip film Bollywood gitu.

Bujang tahu alergi apa yang dimaksud oleh Firda, dia tadi malam memang begitu banyak membuat tanda kissmark di sekitar dada dan perut Firda.

Habisnya dia sudah tidak tahan, rasa kepengen makan Firda malam itu juga.

Memang tidak terlalu terlihat, Bujang sengaja, kuatir Firda terbangun. Mau bagaimana lagi, Firda terlalu menggoda jiwanya dan mengemaskan. Hihihi.

Lebih baik pura-pura nggak tahu, eh, dosa nggak ya? Ah, pasti nggaklah, kan sudah halal.

Suka-suka mu lah, Bang.

"Alergi apa? Mana? Coba Abang lihat?"

Bujang melongokkan kepalanya pura-pura meneliti leher Firda, padahal bukan di situ tadi malam bibir dan lidahnya mendarat.

"Malu, bukan di leher."

"Terus dimana?" Bujang ingin tertawa, ternyata di setiap peristiwa yang terjadi ada hikmah manis yang bersembunyi.

Contohnya sekarang, punya istri seperti Firda sungguh membuat Bujang sakit kepala sekaligus sangat mengasyikan. Bisa diajak untuk bermain teka-teki atau petak umpet, coba kalau sama Mawar?

Mawar yang sudah berpengalaman, dan Bujang juga yang sudah berada di akhir penantian akan kesendirian. Bisa di bayangkan malam-malam panas yang akan mereka lalui bersama, tapi palingan juga sebentar saja.

Ibarat kembang api, gemerlap dan indahnya cuma sebentar setelah itu padam.

Berbeda dengan Firda. Dia masih muda, walaupun nakal tapi masih bisa di arahkan. Butuh seseorang yang tegas tanpa harus menyakiti untuk membimbing dirinya.

Kalau bicara suka ceplas-ceplos seakan dia tahu segalanya, padahal nggak tahu apa-apa. Bersama Firda, Bujang seperti kembali di masa-masa ketika dirinya masih menjadi mahasiswa.

Bermain kata dan pura-pura tidak tahu untuk menutupi sesuatu yang belum waktunya diberitahukan.

Seperti saat ini, pura-pura tidak tahu keluhan Firda itu apa.

"Alerginya di dalam, Bang."

"Di dalam mana? Coba Abang lihat!"

Bujang balas dendam, tadi malam kan Firda ngomongnya gitu juga.

"Ish, malu, pokoknya di dalam. Hanya saja...Kalau alergi biasanya kan berasa panas dan gatal ya, Bang. Ini nggak sih, tapi merah-merah. Kenapa ya, Bang?"

"Makanya Abang lihat, jadi Abang tahu dan bisa mengatakan itu kenapa." Bujang membungkukkan sedikit badannya menatap wajah Firda yang masih menoleh ke sana kemari, padahal mereka cuma berdua saja di dalam kamar.

"Ada di dada dan perut aku, Bang, nggak mungkin aku lihatkan ke Abang."

"Kenapa? Abang kan suami kamu, kenapa mesti malu? Nanti juga bakalan Abang lihat semua."

Bujang mengulum senyum jahilnya, bibir Firda mencebik.

"Kan nanti, belum sekarang. Ya sudah kalau Abang nggak mau nemani, aku mau minta antar Gita dan Sisil. Kasih saja duitnya untuk ke rumah sakit !" Firda menyodorkan telapak tangannya.

Kacau, bisa di tertawakan dokter nanti kalau dia beneran ke rumah sakit.

Bujang berdehem pelan, mencoba mencari kata-kata yang pas.

"Hmm, gimana ngomongnya ya...Intinya begini, pokoknya jangan beritahu siapapun tanda yang kamu bilang alergi itu, apalagi pada kedua temanmu. Ntar malam Abang jelaskan, sekarang kita sarapan. Kamu nggak mau telat kan? Ntar Abang tambah deh uang jajan kamu."

"Berapa?"

Bujang langsung menjentik jidat Firda.

"Jangan mata duitan! Ayo ah, Abah sama Umi pasti sudah nungguin kita." ajak Bujang menarik tangan Firda untuk ke ruang makan.

Netra Abah masih memperlihatkan tatapan penasarannya pada Firda dan Bujang, tapi mulutnya tidak bertanya apa-apa.

...*****...

"Ingat, jangan salah pulang!" pesan Bujang sebelum Firda keluar dari dalam mobil.

Firda cengengesan.

"Ini untuk satu Minggu, jangan boros dan jangan minta lagi sebelum Minggu depan." ucap Bujang menyerahkan beberapa lembar uang merah ke tangan Firda.

Firda menatap tidak percaya.

Enak juga jadi istri, ada yang kasih duit tanpa perlu di minta. Tau gitu dari kemarin-kemarin saja jadi istrinya.

Firda senyum-senyum sendiri sembari memasukkan uang pemberian Bujang di dalam dompet, jumlahnya lebih besar dari yang di kasih ibunya untuk satu Minggu.

"Kenapa? Kebanyakan? Sini Abang kurangi," Bujang pura-pura mau mengambil dompet Firda, tapi secepatnya Firda masukkan ke dalam tasnya.

"Nggak boleh! Uang yang sudah di beri tidak boleh di minta kembali, menafkahi istri itu kewajiban suami lho."

Beuh, gaya si Firda yang sudah tahu kewajiban.

Bujang mencibir, lalu menjentik pelan jidat Firda.

"Jangan tahu kewajiban Abang dan hak kamu saja, kewajiban kamu..."

Firda menggaruk kepalanya, lalu terkekeh.

"Sabarlah, Bang! Aku kan belum cukup umur, apa Abang nggak takut nanti di kenakan pasal pelecehan anak di bawah umur?"

Bujang melotot, Firda kembali tertawa. Entah kenapa dia makin demen godain Bujang.

"Kamu kira kamu itu masih SMP?"

"Setelah resepsi, maka aku serahkan jiwa dan ragaku padamu, Bang." janji Firda tergelak kencang sembari cepat-cepat keluar dari dalam mobil, Bujang hanya bisa menggelengkan kepalanya.

...*****...

"Hei, kau semakin hari semakin mencurigakan. Kemarin pulang cepat alasan mau belajar masak, tadi pagi kami ke rumahmu Raka bilang kau menginap di istana negara. Sebenarnya apa yang kau sembunyikan? Kau menginap dimana? Kau tidak mau lagi berteman dengan kami?" cecar Sisil ketika melihat kedatangan Firda yang berjalan mendekati keduanya.

Firda hanya bisa menghela napas pelan

"Kau bilang kalian berdua temanku, tapi kalian yang sudah menjerumuskan aku. Teman apa itu namanya." balas Firda sewot.

"Menjerumuskan apa? Masalah menggagalkan pernikahan bang Bujang? Hei...Kami berdua sudah menguras habis seluruh isi tabungan, apa kau tidak tahu kalau aku dimarahi habis-habisan oleh ibuku." Gita tidak kalah sewotnya.

"Kan kalian yang menantang duluan, aku cuma menuruti. Lagi pula kalian cuma kehabisan uang, tapi tidak dengan masa muda kalian. Apa kalian tahu resiko apa yang aku tanggung?" Firda menatap Sisil dan Gita bergantian, kedua temannya saling menatap lalu menggelengkan kepala.

Firda sudah memutuskan untuk mengatakan pada keduanya hari ini, karena tidak mungkin menutupinya terus. Apalagi sebentar lagi akan diadakan resepsi pernikahan, tidak mungkin keduanya tidak diberitahu.

"Malam setelah pagi ketika aku menggagalkan pernikahan itu, bang Bujang datang kerumah ayah bersama dengan kedua orang tua dan seorang Ustadz."

Gita dan Sisil sampai lupa bernapas menunggu kelanjutan cerita Firda yang sengaja di jedanya mirip tayangan sinetron di televisi, iklan lewat dulu.

Firda melihat lewat kaca jendela, ada Hans yang berjalan bersama Syakila. Salah satu sepupu jauhnya. Hati Firda terasa mencelos melihat Syakila yang memukul lengan Hans dengan manja, Hans sendiri tertawa senang.

Gita dan Sisil juga mengikuti arah pandang Firda yang melihat Hans dan Syakila.

"Kata anak-anak mereka sudah resmi pacaran, kau sih kelamaan menunggu di tembak Hans. Yang ada dia menembak Syakila duluan, coba kau kemarin jangan gensi."ucap Gita menyayangkan sikap Firda yang pasif.

"Iya, nggak apa-apa mula-mula kita yang agresif, yang pentingkan dia mau sama kita. Nah sekarang...Kau gigit jari." Sisil menepuk bahu Firda pelan.

Bukannya menghibur Firda, kedua justru menyalahkan. Teman apa itu? Untung Bagas nggak respek pada keduanya.

"Eh, lanjutkan ceritamu tadi! Jadi bang Bujang minta ganti rugi? Terus-terus, kenapa kau tidak mengatakan kepada kami?" Sisil sok jadi pahlawan, Firda melengos.

"Kalian bilang resiko di tanggung sendiri. Memangnya kalau aku mengatakan pada kalian, kalian bisa bantu apa? Menggantikan posisiku?"

Keduanya menggeleng lagi.

"Iya, bang Bujang ngapain kerumah orang tuamu? Nggak mungkin kan dia meminta kau yang menggantikan si bahenol karena janda montok itu sudah rujuk dengan suaminya? Tapi..."

Sisil menatap wajah Firda yang terlihat menganggukkan kepalanya pelan.

"Jadi...Kau...Bang Bujang..." telunjuk Gita diarahkan ke wajah Firda dan ke arah entah kemana, mungkin maksudnya di arahkan ke Bujang yang saat ini ada di cafe.

"Iya, Bang Bujang datang bersama kedua orang tua dan keluarganya dengan membawa barang seserahan, malam itu juga kami dinikahkan. Bang Bujang mengatakan aku sedang hamil anaknya, dia membalas fitnah yang aku lakukan padanya. Puas kalian?" jelas Firda dengan satu kali tarikan napas, sampai dia ngos-ngosan sendiri.

Gita dan Sisil tidak mampu berkata-kata hingga dosen sudah berada di depan kelas dan pelajaran selesai, satu katapun tidak ada yang keluar dari mulut ketiganya.

Gita dan Sisil benar-benar syok.

...****************...

Terpopuler

Comments

dewi rahmi

dewi rahmi

tertawa sendiri bacanya thorr ...

2023-09-26

1

dewi rahmi

dewi rahmi

hadeuhhh ... berasa inget waktu muda konyollll

2023-09-26

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Duh tidur mati banget tuh,di gituin langsung gak sadar dan bangun..😅😅

2023-04-03

0

lihat semua
Episodes
1 1.TANTANGAN
2 2. Senjata Makan Tuan
3 3. Menuai Badai
4 4. Bagaikan Mimpi
5 5. RATU DRAMA
6 6. Dunia Mereka yang Punya
7 7. Do'a Terbaik
8 8. Pertanyaan yang Sulit di Jawab
9 9. Bertemu Mawar dan Suaminya
10 10. Lain Di Mulut, Lain yang dirasakan
11 11. Mencuri milik Sendiri
12 12. Lupa Alamat Pulang
13 13. Terungkapnya Kebenaran yang disembunyikan.
14 14. Membangunkan, tapi Tidak Bertanggung jawab
15 15. Menginap di Istana negara
16 16. Berterus Terang
17 17. Apakah itu Mimpi?
18 18. Gangguan dari Abah
19 19. Cuma Di Gigit Nyamuk
20 20. Gagal Romantis
21 21. Praktek Ilmu
22 22. Mal Praktek
23 23. Permintaan Mawar
24 24. Sudah Masuk lagi.
25 25. Ikan Sapu-sapu
26 26. Gangguan
27 27. Menjual Mimpi Manis
28 28. Mendadak Jadi Kucing Rumah.
29 29. Ayam Kampus
30 30. Fitnah
31 31. Satu Rumah Dua Cinta
32 32. Penjelasan Yang Tersirat
33 33. Cuma Cinta Semu
34 34. Teman Makan Kawan
35 35. Senam Bibir
36 36. Menantang
37 37. Kalem-kalem Buaya
38 38. Bersembunyi
39 39. Pagar Bambu
40 40. Cukup sekali
41 41. Bang Napi
42 42. Pesan Ayah.
43 43. Nggak jelas
44 Bab. 44
45 44. Terlalu Sempurna
46 45. Tidak Mau Dimadu
47 46. Tidak Percaya Diri
48 47. Konsultasi Cinta
49 48. Pahit
50 49. Kejutan
51 50. Merajuk
52 51. Rayuan
53 52. Kebingungan.
54 53. Saran dari Bagas
55 54. Gombalan Jadul
56 55. Pengharapan
57 56. Ingin Mengulang kisah
58 57. Sudut pandang
59 58. Cuma ada kamu.
60 59. Keisengan Firda
61 60. Besok saja!
62 61. Tidak mau Kalah
63 62. Kucing, dong!
64 63. Noah galau
65 64. Menginginkan Sate kerang
66 65. Imajinasi
67 66. Latah
68 67. Lebih Manis
69 68. Gara-gara Firda
70 69. Syakila pingsan
71 70. Pura-pura Pingsan
72 71. Terlanjur sayang
73 72. Menolak
74 73. Tawaran Abah
75 74. Kelahiran Ali.
76 75. Kangen
77 76. Tidak Jadi
78 77. Ditelan bulat-bulat
79 78. Calon Besan
80 79. Ngambek
81 80. Season 2 ( Kedatangan Sophia )
82 Bab. 82 ( Season 2 )
83 Bab. 83 ( Season, 2 )
84 Bab, 84 [ Season 2 ]
Episodes

Updated 84 Episodes

1
1.TANTANGAN
2
2. Senjata Makan Tuan
3
3. Menuai Badai
4
4. Bagaikan Mimpi
5
5. RATU DRAMA
6
6. Dunia Mereka yang Punya
7
7. Do'a Terbaik
8
8. Pertanyaan yang Sulit di Jawab
9
9. Bertemu Mawar dan Suaminya
10
10. Lain Di Mulut, Lain yang dirasakan
11
11. Mencuri milik Sendiri
12
12. Lupa Alamat Pulang
13
13. Terungkapnya Kebenaran yang disembunyikan.
14
14. Membangunkan, tapi Tidak Bertanggung jawab
15
15. Menginap di Istana negara
16
16. Berterus Terang
17
17. Apakah itu Mimpi?
18
18. Gangguan dari Abah
19
19. Cuma Di Gigit Nyamuk
20
20. Gagal Romantis
21
21. Praktek Ilmu
22
22. Mal Praktek
23
23. Permintaan Mawar
24
24. Sudah Masuk lagi.
25
25. Ikan Sapu-sapu
26
26. Gangguan
27
27. Menjual Mimpi Manis
28
28. Mendadak Jadi Kucing Rumah.
29
29. Ayam Kampus
30
30. Fitnah
31
31. Satu Rumah Dua Cinta
32
32. Penjelasan Yang Tersirat
33
33. Cuma Cinta Semu
34
34. Teman Makan Kawan
35
35. Senam Bibir
36
36. Menantang
37
37. Kalem-kalem Buaya
38
38. Bersembunyi
39
39. Pagar Bambu
40
40. Cukup sekali
41
41. Bang Napi
42
42. Pesan Ayah.
43
43. Nggak jelas
44
Bab. 44
45
44. Terlalu Sempurna
46
45. Tidak Mau Dimadu
47
46. Tidak Percaya Diri
48
47. Konsultasi Cinta
49
48. Pahit
50
49. Kejutan
51
50. Merajuk
52
51. Rayuan
53
52. Kebingungan.
54
53. Saran dari Bagas
55
54. Gombalan Jadul
56
55. Pengharapan
57
56. Ingin Mengulang kisah
58
57. Sudut pandang
59
58. Cuma ada kamu.
60
59. Keisengan Firda
61
60. Besok saja!
62
61. Tidak mau Kalah
63
62. Kucing, dong!
64
63. Noah galau
65
64. Menginginkan Sate kerang
66
65. Imajinasi
67
66. Latah
68
67. Lebih Manis
69
68. Gara-gara Firda
70
69. Syakila pingsan
71
70. Pura-pura Pingsan
72
71. Terlanjur sayang
73
72. Menolak
74
73. Tawaran Abah
75
74. Kelahiran Ali.
76
75. Kangen
77
76. Tidak Jadi
78
77. Ditelan bulat-bulat
79
78. Calon Besan
80
79. Ngambek
81
80. Season 2 ( Kedatangan Sophia )
82
Bab. 82 ( Season 2 )
83
Bab. 83 ( Season, 2 )
84
Bab, 84 [ Season 2 ]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!