★
★
★
★
★
KEESOKAN HARINYA
★VIKA★
Aku bangun pagi, karena sekolah dan juga mau mempersiapkan sarapan buatku, Reza, sama Leo. Saat ini aku sedang memasak nasi goreng di dapur. Sekitar 15 menit kemudian, nasi gorengnya dah jadi.
"Akhirnya selesai juga."
Aku pun menaruh nasi goreng tersebut di piring. Lalu menaruh piringnya di meja makan. Aku membuat susu untuk kita bertiga. Setelah selesai membuat susu, aku pun menaruh gelas berisi susu di meja makan. Tiba-tiba saja Reza dan Leo datang. Mereka menghampiriku lalu duduk di kursi.
"Ini semua kamu yang buat Vik?" tanya Leo.
"Iya kak Yo."
"Wah, pinter juga kamu Vik. Makasih ya?"
"Iya kak Yo, sama-sama."
"Dah, yok makan."
"Iya Za."
Kita pun sarapan pagi. Setelah selesai sarapan, kita ngobrol bentar.
"Vik, masakan kamu enak banget. Belajar darimana?"
"Ibu kak."
"Pantesan enak gini."
"Hehehe, iya kak."
"Ekhem... Ekhem..."
"Kakak kenapa?" heranku.
"Iya tuh, kenapa lo Za?"
"Gue dijadiin obat nyamuk."
"Sapa juga yang jadiin lo obat nyamuk. Gue gak jadiin lo obat nyamuk Za."
"Lha terus apa Yo?"
"Patung pancoran. Hahahaa...." tawa Leo lepas.
Sontak aku langsung ketawa denger Leo ngomong gitu.
"Hahahaaha... Kasihan kakakku dijadiin patung pancoran sama kak Leo. Yang sabar ya kak."
"Asem lo Yo. Awas aja lo gue bales ntar."
"Hehehe, santuy mas bro santuy..."
"Santuy pala lo peyang." kesal.
"Hehehe..."
"Sabar kak Za, sabar.."
"Kamu mah gak belain aku Vik. Belain Leo. Atau jangan-jangan kamu suka lagi ma Leo."
"Eh.. Bukan gitu kak Za. Aku kan netral, gak belain semuanya. Wlekk.." menjulurkan lidah.
"Hahaha, mana ada netral kayak gitu? Itu mah namanya belain Leo."
"Huh, aku netral kak Za."
"Iya dah iya."
"Udahlah, yok kita sekolah. Ntar telat lagi."
"Tuh, bener banget kata kak Leo. Ayo kak Za, kita berangkat."
"Cie... Dibelain nih.." nyindir.
"Apaan sih, kak Za gaje banget." cuek.
"Masaa?"
"Iya dah iya. Ayo Yo kita berangkat."
"Iya Za, ayo Vik."
"Iya kak Yo."
Kita pun berangkat ke sekolah. Aku dibonceng Reza. Sedangkan Leo naik motor sendiri. Sesampainya kita di parkiran motor. Kita semua turun dari motor. Kita berjalan menuju kelas.
"Sekolah yang bener Vik." kata Leo.
"Iya kak Yo. Pasti."
"Kalau ada yang gak bisa, dateng aja ke aku. Aku pasti bantu."
"Siap kak Yo."
"Ya udah, sana masuk kelas." Reza.
"Iya kak."
Aku pun masuk ke kelasku. Sedangkan Reza dan Leo pergi masuk kelasnya.
★LEO★
Aku lagi ada di taman belakang sekolah bersama temanku. Dicky dan Reza. Kita sedang duduk di kursi sembari melihat anak-anak lain yang berjalan atau pun bermain di taman.
"Yo, gimana hubungan lo ma Vika?"
"Ya gitu Ky, belum ada tanda-tanda kalau Vika juga suka gue."
"Sabar aja lo Yo. Suatu saat nanti Vika pasti suka kok sama lo. Terus berusaha dan berjuang mendapatkan seseorang yang dicintai selagi lo mampu dan sebisa mungkin."
"Bener banget tuh kata Dicky Yo. Jadi, lo usaha terus deketin Vika. Kelak usaha tidak akan menghianati hasilnya."
"Em.. Iya guys, thanks atas sarannya. Gue bakal berusaha terus buat Vika jatuh cinta sama gue."
"Iya Yo. Kita berdua selalu dukung lo. Iya gak Za?"
"Iya Ky. Lo bener banget."
"Iya guys. Thanks."
"Masama Yo." kompak.
"Semoga aja Vika itu jodoh gue."
"Iya Yo, moga aja deh." Dicky.
"Yo, kalau lo pacaran ma Vika, jangan lupa lo kasih kita berdua PJ."
"Bener banget tuh kata Dicky."
"Iya Za, Ky, gue bakal kasih kalian PJ kalau gue ma Vika Jadian."
"Asyik." kompak.
★VIKA★
Aku sedang berada di kelas bersama teman-temanku. Kita duduk di bangku belakang sendiri pojok kanan. Kita ngobrol.
"Vik, lo kok gak pernah main ma Dio lagi sih?" heran Steva.
"Iya tuh, apa lo lagi ada masalah ma Dio? Lo bisa kok cerita ke kita."
"Em.. Iya guys, gue udah gak sama Dio lagi."
"Kenapa?" kompak.
"Tapi kalian jangan bilang siapa-siapa ya soal ini?"
"Iya Vik. Santai aja, kita janji gak bakal bilang siapa-siapa soal cerita lo ini. Iya gak stev?"
"Iya Vi."
"Okey, jadi gini guys, waktu itu Dio pernah ngajakin gue mendem. Gue gak mau kan. Trus Dio minta maaf ke gue. Gue maafin kan gak ada salahnya gue kasih kesempatan ke Dio untuk gak ngulangin lagi. Lah, pas itu gue di rumah sama Dio. Kak Reza lagi pergi ke rumah temennya ngurusin tugas sekolah. Ortu lagi pergi juga. Kan tinggal gue sama Dio yang di rumah. Dio ngajak ke kamar gue. Gue mau, gue pikir positif guys. Eh, gak taunya, Dio mencoba memperkosa gue. Tapi itu gagal. Gue tendang kakinya ampe dia jatuh ke lantai. Trus gue lari keluar rumah disusul dengan dia yang berada di belakang gue. Saat itu juga ortu gue pulang. Ortu nanya ke gue ma Dio. Kenapa lari-larian. Dio ngeles dengan alasan pingin main kejar-kejar an. Gue iya in aja. Trus gue masuk kamar. Malam harinya, gue cerita ke kak Reza. Dia nenangin gue. Trus besoknya, ortu gue tau karena diceritain kakak gue. Ortu ngelarang gue buat deket sama Dio. Ortu dan kak Reza juga pernah memberi peringatan ke Dio. Kalau Dio gak boleh deketin gue. Gitu guys ceritanya."
Aku pun menceritakan semuanya kepada temanku mulai dari kejadian awal sampai akhir.
"Gila si Dio. Tega banget ya. Gak nyangka gue ma dia." Steva.
"Sama Stev, gue juga gak nyangka dia berani banget kayak gitu."
"Gue ma Dio udah kenal sejak kecil. Selalu main bareng. Tapi Dionya malah kayak gini. Ngecewain gue banget."
"Iya Vik, lo yang sabar aja ya? Moga kelak Dio nyesel dah berbuat kayak gini ma lo."
"Iya Vi. Gue mah selalu sabar dalam menghadapi ini."
"Untung lo Vik, lo belum diperkosa ma Dio. Kalau udah, gue gak tau nasib lo kedepannya kayak apa."
"Iya tuh kata Steva. Gue yakin, lo pasti bakal sedih kalo ampe itu terjadi ma diri lo sendiri."
"Iya Vi, Stev, untung aja waktu itu gagal. Dah, kalian dah tau tuh kenapa gue sekarang gak berteman sama Dio lagi. Jadi, jangan kepo lagi."
"Hehe, iya-iya Vik. Kita gak bakalan kepo lagi kok."
"Iya tuh." Vio.
"Iya dah."
"Oh iya Vik, kok gue perhatiin juga nih. Lo kok deket ma kak Leo?"
"Oh, cuma deket aja Stev. Kenapa emangnya? Lo cemburu ya?" tebakku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments