"Ni Yo, maaf gue baru kasih sekarang."
"Iya Ky, gpp kok." menerima jangket tersebut.
Aku membuka jangket dari plastiknya. Lalu melihat jangket tersebut.
"Bagus juga ya Ky? Kainnya hangat lagi, tebal banget. Mana motifnya bagus lagi. Anak jaman sekarang banget deh. Keren."
"Iya Yo. Eh iya, nih sisa uang jangket elo Rp.20.000,00." memberiku uang.
Aku menerima uangnya.
"Thanks Ky." ucapku singkat.
"Iya Yo, gue do'a in, semoga Vika suka sama jangket itu."
"Aminn.." ucapku singkat.
Aku memasukkan kembali jangket ke plastiknya. Lalu menaruh jangket tersebut di meja.
"****, ntar malem nginep yok di rumah Reza. Mumpung malem minggu."
"Ah ellah, bilang aja lo mau PDKT ma Vika."
"Noh lo tau Ky, sekalian aja maen hehehe."
"Ya ya ya. Okelah yo. Bosen juga gue di rumah."
"Gitu kek."
"Ya."
"Btw, hubungan lo ma Vika gimana Yo?"
"Ya gitu lah Ky."
"Moga aja tuh bocah suka juga ma lo. Jadinya kan cinta lo terbalaskan, gak bertepuk sebelah tangan."
"Iya Ky, moga aja Vika juga cinta ma gue."
"Iya yo."
"Usaha terus selagi lo bisa. Jangan sampai lo keduluan sama cowok lain."
"Iya Ky. Thanks."
"Udah sepantasnya Yo."
"Iya Ky, lo emang temen gue banget deh."
"Dari dulu kale Yo. Masa lo baru sadar sih?"
"Hehe, iya-iya Ky. Santuy santuy.."
"Hahaha, iya Yo. Oke lah."
★LEO★
Aku, Dicky, dan Reza sedang menonton TV di ruang tengah.
"Za, nyokap bokap lo mana?"
"Lagi pergi ke rumah nenek. Katanya sih nginep gitu Ky."
"Oh, by the way, Vika kemana nih? Kok gak nampak?"
"Ciee.. Nyariin nih ye?" ledek Reza.
"Ya iyalah Za. Namanya juga kangen." Dicky.
"Hehehe... Iya dah iya Ky. Biasa Ky, lagi kasmaran."
"Noh, lo pada kan dah tau." ucapku.
"Vika ada di kamar. Gak tau tuh lagi apa." kata Reza.
"Oh." jawabku singkat.
"By the way, kayaknya ada yang kurang nih."
"Apa Ky?" tanyaku pada Dicky.
"Gue gak tau Yo. Kayak ada yang gak lengkap gitu." jawab Dicky.
"Apa ya?" pikirku.
"Kopi." ucap kita serempak.
"Ya, mending yang buat kopi salah satu diantara kita aja."
"Ya, lo benar Ky." Reza.
"Okelah, Za, lo yang buat kopi gih." suruhku.
"Gak ah yo, males gue. Dicky aja deh."
"Gak ah, gue juga males. Lo aja Yo."
"Huh, gue juga males deh."
"Ah elo Yo, ayolah. Buatin kopi." ucap Dicky.
"Iya tuh Yo."
"Iya dah iya. Gue buat kopi."
"Nah, gitu kek dari tadi." Dicky.
"Ya Ky."
Aku pun pergi ke dapur membuat kopi untuk kita bertiga.
★VIKA★
Aku merasa haus, aku pun pergi ke dapur. Ku lihat di sana ada Leo.
"Eh kak Leo, buat apa kak?"
"Eh Vika, nih lagi buat kopi. Kamu sendiri Vik?"
"Oh. Mau ambil minum kak. Haus."
"Oh. Silahkan."
Aku pun mengambil minuman dingin dari kulkas. Lalu meminumnya sembari duduk. Setelah selesai minum, aku menghampiri Leo.
"Banyak banget kak kopinya. Itu buat kakak semua ya?" heranku.
"Ya kali vik aku minum semua kopinya. Gak lah, nih buat aku, Dicky, ma Reza."
"Oh, kirain. Kan sapa tau gitu kakak minum semua. Hehehe."
"Gak lah Vika sayang..." mencubit pipi kiriku.
"Aw (megang pipiku), sakit tau kak." manyun.
"Masa sih Vik? (mengangkat alisnya) Perasaan aku nyubitnya pelan deh."
"Tapi boong... Wlekk..." menjulurkan lidah.
"Awas kamu Vik."
Aku lari menuju ruang tengah. Aku langsung duduk di samping Reza.
"Kok lari sih? Ada apa Vik?"
"Gpp kak Ky, lagi pingin aja. Hehehe."
"Iya dah."
Leo datang membawa kopi, lalu meletakkannya di meja.
"Thanks Yo." kompak.
"Iya guys, masama." duduk.
Dicky, Reza, dan Leo meminum kopinya. Aku melihat ada jangket di atas meja. Aku penasaran, itu jangket siapa. Aku pun memberanikan diri untuk bertanya.
"Kak, itu jangket siapa?" tanyaku pada Reza, Dicky, dan Leo.
"Oh, itu jangket kamu." ucap Reza.
"Jangkey aku?" tanyaku.
"Iya Vika, itu jangket kamu. Leo yang beliin." ucap Dicky.
Leo langsung memberikan jangket tersebut ke aku.
"Nih Vik, kamu terima ya?"
Aku mengambil jangket tersebut. Aku membuka jangket dari plastiknya.
"Bagus banget kak jangketnya. Aku suka deh."
"Syukurlah kalau kamu suka Vik. Aku ikut suka." Leo.
Aku melihat Leo.
"Dalam rangka apa nih kakak beri aku jangket?" tanyaku pada Leo.
"Gak apa-apa kok Vik. Cuma ingin beliin aja."
"Oh, gitu ya kak?"
"Iya Vikaa.."
"Oke lah, makasih banyak ya kak Yo? Aku suka kok jangketnya."
"Iya Vika, sama-sama." senyum Leo.
Aku langsung memakai jangket itu.
"Gimana Vik jangketnya? Nyaman gak?" tanya Reza.
"Nyaman banget kak. Aku suka." ucapku terus terang.
"Bagus." ucap Reza.
Kita berempat pun menonton TV. Tiba-tiba saja aku keingat sesuatu.
"Hm, pembalutku habis. Aku minta tolong kak Reza aja ya." batinku.
"Kak Za."
"Iya Vik."
Aku membisiki kak Reza. Hingga suaraku sangat pelan dan hanya kak Reza yang mendengarnya.
"Kak, beliin pembalut."
Aku pun duduk seperti semula.
"Em.. Yang tadi udah habis ya Vik?"
"Hehe. Iya kak."
"Cepet amat sih habisnya?" Reza heran.
"Kakak sih belinya yang pendek trus isinya dikit pula. Ya wajar lah kalo cepet habis." kesal.
"Ya gimana Vik, namanya juga beli di warung. Jadi adanya ya itu."
"Kalian berdua ngomongin apa sih?" Leo kepo.
"Iya tuh, kepo gue."
"Hm.. Sana kak beliin."
"Beli apa Vik?" tanya Leo kepadaku.
Aku diem. Reza meminum kopinya setengah.
"Apa sih Za?" tanya Dicky.
"****, lo ikut gue ke indomaret. Dan lo Yo, lo jagain Vika di sini."
"Lo mau beli apa Za?"
"Pembalut Yo."
"Owalah." Leo dan Dicky kompak.
"Oke Za, gue bakal jagain Vika."
"Oke. Ayo Ky."
"Iya Za."
Ku lihat Reza dan Dicky pergi.
"Em.. Vik kamu lagi menstruasi ya?"
"Iya kak."
"Mulai kapan?"
"Tadi sore kak."
"Oh."
"Ya."
Tak lama kemudian perutku sakit banget. Aku pun megang perut.
"Aduh, sakit.."
Leo panik, dia langsung duduk di sampingku.
"Vika kenapa?"
"Perutku sakit kak, biasa sakit menstruasi."
"Ya ampun, kasihan kamu Vik. Bentar ya, aku telpon Reza dulu."
"Iya kak."
★REZA★
Aku dan Dicky baru saja keluar dari indomaret. Tiba-tiba saja hp ku berbunyi. Aku pun melihatnya.
"Siapa?"
"Leo Ky."
"Angkat aja."
"Iya."
Telpon tersambung...
"Hallo Yo, ada apa?"
"Za, lo sekalian beli obat pereda sakit mens ya. Kasihan nih Vika kesakitan perutnya."
"Oh, oke Yo."
"Ya, cepetan."
"Ya."
Telpon terputus...
"Kenapa?"
"Vika sakit perutnya, Leo suruh beli obat pereda sakit mens."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments