Harga Diri Yang Tak Tergantikan

Harga Diri Yang Tak Tergantikan

Sahabatku mengajak minum miras

SUATU HARI

_______________

Hari telah siang, jam menunjukkan pukul 10.30 WIB. Saat ini cuacanya sangat cerah sekali. Tidak ada mendung ataupun hujan. Yang ada hanyalah kata panas.

_______________

★VIKA★

Aku sedang berada di ruang tamu bermain game di hp. Game driving 2. Tau kan game nya? Itu lho game yang nyetir-nyetir mobil. Ah masa gak tau sih? Aku anggap kalian tau aja lah. Kalau gak tau cari aja di google atau play store game itu.

Oke, keadaanku saat ini sedang asyik main game. Sibuk berkutat dengan layar hp. Mataku terus fokus ke game yang sedang ku mainkan. Jari-jari tanganku memencet tombol di layar hp. Kanan kiri muter tetap dan berhati-hati agar mobilku tidak menabrak sesuatu. Juga agar aku bisa naik ke level berikutnya. Tentunya dengan tantangan yang lebih sulit daripada tantangan sebelumnya.

"Waduhhh, ee eee," ucapku karena mobilku hampir menabrak.

Aku kaget sekali, karena belokkannya dibentuk berkelok-kelok. Kecepatan mobilnya ialah 160 km/jam. Sehingga saat aku belok aku menabrak mobil lain yang ada di depan.

Bruuuakkkk....

"*****, nabrak pula. Haduhh..." Kesalku.

Aku melihat bahan bakar mobilku. Tambah kaget pula aku, bahan bakarnya tinggal 0.

"Gila, cepet banget sih habisnya. Bikin orang kesel aja." kataku.

Akhirnya dengan pasrah aku mematikan hp. Lalu meletakkan hp di meja. Kemudian aku meminum segelas air putih yang ada di meja. Ya, aku tadi sebelum ke sini mengambil segelas air di dapur. Trus aku bawa ke sini.

Glekk... Glekk... Glekk...

Aku meminun air putih. Selesai aku minum, aku taruh lagi gelasku tadi di meja. Ya, seperti posisi sebelum gelasnya aku ambil. Tiba-tiba saja temanku datang.

" Vik Vikaa," di samping pintu.

Aku langsung melihat pintu rumahku. Ternyata yang datang itu Dio.

"Iya. Eh, elo Di? Masuk sini," suruhku.

"Iya."

Dio berjalan menuju sofa yang ada di sebelahku. Lalu dia duduk sembari menarik nafas. Tak lupa juga dia menghembuskan nafasnya.

"Huh," katanya singkat.

"Tumben lo kesini, ada apa?" Tanyaku.

"Gak ada apa-apa sih. Gue cuma pingin kesini aja."

"Oh."

Tiba-tiba saja kakakku datang, namanya Reza. Dia datang dari depan rumah langsung duduk di sofa sembari melepas jangketnya.

"Darimana kak?" Tanyaku.

"Rumah temen Vik."

"Ngapain kak?"

"Maen," menyandarkan tubuhnya di sofa. Kepalanya menghadap ke langit-langit rumah.

"Oh."

"Eh, kakak lo kok gak dikasih minum sih Vik? Ambilin sana, pasti haus tuh," suruh Dio.

"Oh iya-ya, hehe, maaf ya kak Za. Bentar, aku ambilin minum dulu," berdiri.

"Iya Vik, cepetan ya aku haus nih."

"Iya kak."

Saat aku berjalan udah tiga langkah Dio ngomong.

"Vik, sekalian ambilin gue minum ya? Gue juga haus banget nih."

"Yee, ambil sendiri sana," balik badan.

"Ya ellah, lo mah Vik, gitu deh," kesal.

"Biarin, wlekk..." Menjulurkan lidah.

"Dah-dah, Vika jangan gitu ah. Kamu ambilin Dio minum sekalian. Kasihan tuh Dionya kehausan juga."

"Tuh dengerin."

"Iya kak Za. Ah, lo mah rese Di."

"Biarin lah."

"Dah, jangan ngobrol mlulu. Sana ambilin Vika."

"Iya kak Za."

Aku pergi menuju dapur untuk mengambil minuman. Mau tau minumannya apa? Minumannya kopi susu. Dah tau kan? Setelah selesai aku membuat minumannya. Akupun membawa minuman tersebut ke ruang tamu. Di sana ada Reza sama Dio. Sesampainya aku di sana, aku menaruh minuman itu di meja.

"Nih kak, Di, minumannya."

"Iya Vik," ucap Dio dan Reza kompak.

Ku lihat Reza meminum kopinya. Aku duduk di sofa.

"Widihh, kayaknya kopi susu nih," Dio.

"Bukan, tapi teh."

"Ih, gitu amat lo Vik."

"Lo kan udah tau Di."

"Ya ya ya, okelah."

"Gak jelas lo."

"Emang."

"Tau ah."

"Hahaha, ngambek."

"Sapa juga yang ngambek? Gak tuh."

"Iya dah iya. Gue minum ya kopinya?"

"Iya."

Dio meminum kopi tersebut. Sempat hening beberapa detik kemudian. Lalu Dio mulai mengajakku untuk pergi.

"Eh Vik, kita pergi yuk," semangat banget.

"Kemana?" Penasaran.

"Taman aja."

"Em, gimana ya?" Bingung.

"Ayo lah, refresing gitu. Emang lo gak bosen apa di rumah mlulu?"

"Bosen sih, tapi males keluar. Lagian, siang-siang kek gini ke taman sih. Panas tau Di."

"Ah, elo mah gitu deh," kesel.

"Kalo Vika bosen di rumah, kamu pergi aja main ma Dio. Gpp kok, aku izinin. Asal pulangnya jangan sore-sore."

"Tuh, kakak lo aja ngizinin lo maen. Ayo lah Vik ke taman."

"Em, gimana ya?"

"Pliss."

"Ayo deh."

"Oke. Kak, gue ma Vika pergi dulu ya?" Pamit Dio pada kakakku.

"Iya, hati-hati Di. Jaga adik gue baik-baik. Kalo gak, ****** lo ma gue."

"Ih, takutt.. Hahaha, iya-iya kak, tenang aja. Vika aman sama gue," nepuk bahu Reza.

"Iya dah," ucap Reza pasrah.

Aku dan Dio pergi ke taman dekat alun-alun. Naik motor masing-masing. Mau tau motornya apa? Kepo deh kalian. Motornya beat. Punya Dio warna merah dan punyaku biru. Sesampainya di sana, kita bingung harus kemana.

"Di, kita kemana nih?" Tanyaku.

"Em.. Gimana kalau kita duduk di sana aja," nunjuk salah satu kursi panjang yang tak jauh dari tempat kita saat ini.

"Boleh juga tuh. Ayo deh," ucapku.

"Okey."

Kita berjalan ke sana. Sesampainya di sana, kita duduk di kursi.

"Em.." Dio.

"Kenapa?" Tanyaku sambil melihat Dio.

"Gue pingin ngomong sama lo Vik. Ini serius."

"Ngomong, ya ngomong aja kale," jawabku dengan santainya.

"Em.. Gue... gue..." Grogi banget.

"Kenapa?" Melihat wajah Dio.

"Gue suka lo," gugup.

Aku diem saja. Karna gak tau harus ngomong apa.

"Lo suka gak sama gue Vik?" Menatap mataku.

"Em.." Bingung.

"Jawab!" Perintah Dio.

Dengan jujur aku menjawabnya.

"Enggak."

"Yakin?"

"Iya."

Keheningan mulai melanda di antara aku dan Dio. Kita saling membuang muka. Aku melihat sekeliling taman. Sedangkan Dio melihat orang-orang yang ada di taman tersebut.

"Vik, kita kan sekarang dah SMA," memulai pembicaraan.

"Iya tau, kenapa emangnya?"

"Kita temenan dah lama pula. Dari kita kecil malah."

"Terus?"

"Kamu mau gak ngelakuin itu sama aku?" Menatap mata ku.

Aku mengalihkan pandanganku ke arah Dio.

"Ngelakuin apaan sih Di?" Penasaran.

"Itu lho."

"Apa?" Gak ngerti.

"Masa kamu gak tau sih?" Kesalnya.

"Emang aku gak tau," cuek.

Aku mengalihkan pandanganku dari Dio. Tak lama kemudian Dio membisiki ku.

"Minum-minuman keras ma gue."

Sontak aku langsung kaget, lalu melihat Dio.

"Gila... Yang benar saja lo Di. Ogah gue," kataku.

"Ayolah Vik, sekali aja. Enak kok, gue jamin deh. Lo pasti ketagihan."

"Enggak ya enggak. Ngerti gak sih," kesal.

"Iya deh," kecewa.

"Apa Dio udah pernah minum-minuman keras ya?" Batinku.

Dio hanya diam. Akhirnya aku memulai pembicaraan tadi.

"Di, gue tanya ma lo, lo harus jawab dengan jujur."

"Iya, lo mau tanya apa Vik?"

"Lo udah pernah minum-minuman keras ya?"

"Iya," jawabnya singkat.

"Ya ampun Dioo... Lo tuh harusnya jangan minum itu. Dosa tau, gak ada guna lagi."

"Kata sapa gak guna? Ada kok gunanya. Semua masalah yang kita hadapi rasanya itu kita kayak gak ada masalah. Tenang, santai, dan have fun aja."

Terpopuler

Comments

Reanza

Reanza

mulai baca

2020-07-05

1

ifa

ifa

kaya lagunya meli guslo😂😂😂😂

2020-06-21

0

Asrul Subandi

Asrul Subandi

kak thor, kita kerja sama yuk
kk yg buat novel, aku yg cari pembacanya,
jika minat bisa kontak di ig/asrulsubandi
atau wa/087777567004
boleh tanya² dulu kok
ditunggu yah

2020-06-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!