"Udah kak Za barusan selesai."
"Bagus."
"Kalo butuh bantuan aku, kamu bilang aja Vik, aku pasti bantu kok."
"Iya kak Yo. Makasih."
"Iya Vik."
"Eh iya Vik, ini uang dari hasil jual celengan kamu Rp.30.000,00." memberikan uang kepadaku.
"Eh iya, ini juga hasil jual celengan kamu Vik Rp.45.000,00." memberikan uang kepadaku juga.
Aku menerima uang dari Reza dan Leo. Aku menghitung uangnya.
"Loh, kok uangnya Rp.75.000,00 kak? Kan harusnya Rp.50.000,00. Bukannya harga satu celengan itu Rp.10.000,00 ya kak?" kataku.
"Iya sih Vik. Awalnya sih gitu. Tapi kata Leo, harganya suruh Rp.15.000,00 per celengan. Jadinya deh dijual segitu."
"Lagian, celengannya itu bagus Vik. Sayang kalau dijual harga Rp.10.000,00. Ya udah, Rp.15.000,00 aja. Toh, gak mahal banget." ucap Leo.
"Oh, tapi kan kak, siapa yang beli celengannya?" tanyaku.
"Adik kelas aku waktu di SMP Vik." ucap Leo.
"Adik temenku Vik yang beli celengannya."
"Oh, bagus deh kalau gitu. Makasih banyak ya kak Za, kak Yo, udah bantuin aku jual celengan."
"Iya Vik, sama-sama." ucap Reza dan Leo bersamaan.
"Dah, yuk kita nonton TV." ucap Leo.
"Iya kak." kataku.
Kita menonton TV bareng-bareng. Akhirnya, jam pun menunjukkan pukul 23.00.
"Za, dah malem nih, gue pulang dulu." pamitnya.
"Gak nginep aja lo Yo? Dah malem tuh."
"Iya tuh kak Yo, mending juga nginep aja. Besok pagi baru pulang."
"Em, iya juga sih." pikir Leo.
"Lagian lo pulang sendiri. Gak tega gue. Dah nginep aja. Noh kamar gue masih muat kok. Hahhaha."
"Kak Za, kak Za, emang kak Leo gajah apa kok bilang kamar kakak masih muat buat kak Leo? Hahaha."
"Iya Vik, Leo tuh gajah. Hahaha."
"Enak aja lo Za. Gue bukan gajah kale. Ngeselin ya lo." kesel.
"Hehehe..."
"Yang sabar ya kak Yo. Kak Reza emang gitu orangnya. Ngeselin abis."
"Iya Vik, aku mah selalu sabar orangnya."
"Iya kak."
"Vik, kamu tau gak artinya sabarnya Leo?"
"Gak tau kak Za. Emang apa artinya sabarnya kak Leo?" penasaran.
"Noh, tanya aja ma orangnya langsung." suruh Reza.
"Apa artinya kak Yo?"
"Artinya aku sabar nungguin kamu."
"Nungguin aku?"
"Iya, nunggu kamu sayang ma aku. Hahahhaa..." tawanya lepas.
"Wuahahaha..." tawaku dan Reza.
"Dasar kak Leo, bucin tau."
"Emang, hehehe." Leo senyam-senyum.
"Aslinya tuh bukan bucin tau Vik. Tapi faktanya gitu."
"Masaaa?" gak percaya.
"Iya Vika sayang." ujar kak Leo.
"Ck." kataku kaget.
"Cieee..."
"Apaan sih lo Za, kumat lo ya?"
"Ekhem..." Reza.
"Dah, biarin aja. Reza kayaknya gila deh."
"Iya kak Yo. Kayaknya sih." kataku.
"Buset lo Yo, gue lo anggep gila? Gak gue restuin tau rasa lo." ancam Reza.
"Et dah, galak amat lo Za. Iya-iya, maaf dah."
"Hmm.." Reza.
"Restuin apa sih kak Za?" tanyaku pada Reza.
"Restuin kamu sama Leo Vikaa..."
"Whaattt??" kagetku.
"Hehehe..." Reza senyum devil.
"Tau ah, bisa-bisa aku ikut gila nih. Aku mau tidur aja."
"Hem, ya juga sih. Udah jam 11 lebih malah. Ya udah yuk kita tidur." Leo.
"Bener banget tuh, besok kan kita sekolah. Ya udah, Vik masuk kamar trus tidur."
"Iya kak Za."
"Ayo Yo tidur."
"Iya Za."
Kita bertiga pun masuk kamar. Aku masuk kamarku. Sedangkan Reza dan Leo masuk kamar Reza. Kita pun tidur lalu bermimpi indah. Hahahha. Tentunya mimpinya berbeda guys.
★
★
★
★
★
KEESOKAN HARINYA
★REZA★
Saat aku sedang baca berita di hpku. Aku duduk di ranjang kamarku. Tiba-tiba ada suara Vika dari balik pintu.
"Kakak, aku mau ngomong."
"Ya udah, masuk aja Vik. Gak dikunci kok pintunya."
"Iya kak."
Vika pun membuka pintu kamarku. Dia datang kepadaku. Dia memanggilku.
"Kak."
Aku pun menoleh ke arahnya.
"Iya Vik, ada apa?"
"Aku izin maen ke taman kak."
"Sama siapa Vik?"
"Temen kak. Boleh kan?"
"Oh, boleh kok Vik. Tapi pulangnya jangan sore-sore amat."
"Iya kak. Aku ntar pulang jam 4 kok."
"Baguslah. Jangan ampe jam 4 lebih lho pulangnya Vik."
"Iya kak Za. Ya udah kak, aku pergi dulu."
"Iya Vik. Hati-hati."
"Siap kak."
Kulihat Vika pergi. Dia menutup pintu kamarku.
★VIKA★
Aku lagi sama Fredi di taman.
"Eh, gue kok kayak kenal lo ya? Tapi dimana?" kataku.
"Gue Fredi. Kita ketemu di warung bakso saat itu."
"Kalo itu gue dah tau. Maksudnya, sebelum ketemu di warung bakso gue kayak dah kenal lo."
"Masa sih?" gak percaya.
"Iya. Bentar gue ingat-ingat dulu."
"Em, okelah."
Beberapa menit kemudian...
"Oh ya, gue baru ingat. Kita kan dulu temen TK."
" Em, masa sih?" gak percaya.
"Iya. Lo itu Fredi cowok yang suka jailin cewek."
"Eh iya, gue baru ingat. Lo Vika cewek yang cengeng itu kan?"
"Iya, hehehe."
"Astaga, gila, gak nyangka gue ketemu lo."
"Sama, gue juga gak nyangka."
"Sekarang lo masih cengeng gak?" ngeledek.
"Ya enggak lah."
"Oh, baguslah."
"Iya."
"Eh ya, by the way, rumah lo mana?"
"Di jalan anggrek no 5."
"Oh, lo di rumah tinggal sama siapa aja?"
"Sama keluarga gue lah. Ayah, ibu, ma kak Reza."
"Oh.."
"Ya."
"Kalo gue main ke rumah lo, boleh gak Vik?"
"Boleh aja Fre, asal sopan ya."
"Oke deh. Siap."
★DIO★
Aku sedang pergi menuju rumahku. Aku habis dari rumah temen. Nah, aku lewat taman. Aku melihat Vika sama cowok lain. Aku pun menghentikan motorku.
"Itu kan Vika. Ngapain dia sama cowok itu? Berdua lagi di taman." heranku.
Aku melihat mereka beberapa menit kemudian. Akhirnya aku pun memutuskan sesuatu.
"Hem.. Aku samperin aja kali ya? Dari pada aku pulang kerumah. Di rumah juga aku gak ngapa-ngapain."
Aku pun menghampiri mereka berdua. Tanpa disuruh, aku duduk di kursi sebelah.
"Hai Vik." sapa ku.
"Eh elo Di. Hai juga." melihatku.
"Sapa nih?" aku melihat cowok yang bersama Vika.
"Oh, dia Fredi. Fre, kenalin, dia Dio. Temen sekolah aku plus temen kecilku."
"Oh, hai Fre."
"Juga Di. By the way, kalian berdua ini deket ya?"
"Iya, gue ma Vika deket. Kenapa emang?"
"Gpp sih. Gue cuma nanya aja."
"Oh."
Ku lihat Vika melihat jam di hpnya.
"Eh, gue cabut dulu ya Fre, Di." pamitnya.
"Iya Vik. Gue juga mo cabut."
"Ah, asem lo Vik. Gue baru aja duduk dah mo pergi aja lo."
"Hehehe, sorry Di. Gue mo pulang. Tadi izinnya ke kak Za jam 4 pulang. Nih kan udah mau jam 4 tapi masih kurang 10 menit. Ntar kakakku nyariin lagi."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments