★
★
★
★
★
KEESOKAN HARINYA
★LEO★
Aku, Dicky, dan Reza sedang berada di dalam kelas. Kita duduk di kursi sambil mengobrol.
"Woy Yo, gue tau Vika pingin apa."
"Serius lo Za? Vika pingin apa?" tanyaku penasaran.
"Jangket." ucap Reza singkat.
"Jangket?" tanyaku.
"Iya Yo, Vika itu pingin jangket. Nih gue tunjukin fotonya." ucap Reza sambil membuka hpnya.
Reza menunjukkan foto di hpnya ke aku. Dicky juga ikut-ikutan lihat.
"Nih Yo, dia itu pingin jangket kek gini." kata Reza.
"Oh, bagus juga tuh jangket." kataku.
Aku dan Dicky langsung duduk di kursi seperti posisi semula. Begitu juga dengan Reza.
"Lebih baik lo beliin deh Yo." saran Reza.
"Iya juga sih, tapi, gue males ke toko nih. Gimana kalau elo aja yang ke toko Ky?"
"Hah, gue?" tanya Dicky kepadaku.
"Iya Ky, elo yang ke toko beli tuh jangket. Ntar gue kasih komisi deh buat elo."
"Nah, boleh juga tuh. Tapi, komisinya berapa nih?" tanya Dicky.
"Gue kasih lo komisi Rp.50.000,00. Tapi, lo belinya harus yang sesuai sama keinginan Vika."
"Siap Yo."
"Lo nyuruh Dicky buat beli Yo?"
"Iya Za, tapi gue yang bayar kok tuh jangketnya. Berapa sih kira-kita harga tuh jangket Za?" tanyaku.
"Kemarin sih gue lihat di toko online sekitar Rp.70.000,00-Rp.95.000,00. an Yo."
"Oh. Ya udah deh, ntar gue transfer uang Rp.150.000,00 ke rekening elo Ky. Tapi, elo dapet tuh jangketnya yang cepet ya?"
"Okey Yo. Siapp..." ucap Dicky.
"Kenapa gak elo aja sih yang beli langsung Yo?" tanya Reza.
"Aduh Reza, lo kayak gak tau gue aja. Gue males kalau harus nyari tuh jangket di toko. Lo kan tau sendiri. Mana satu toko itu belum tentu ada jangket yang dimaksud Vika. Mending juga nyuruh Dicky aja. Terima beres, yang penting gue yang beli."
"Iya juga sih Yo. Gue juga sama sih kayak elo. Tapi kalau gue gak kepepet beli sesuatu di toko. Gue juga males sih."
"Tuh elo tau Za." ucapku.
"By the way, berapa ukurannya Za? Biar jangketnya gak kekecilan ataupun kebesaran." tanya Dicky.
"Gue gak tau Ky." ucap Reza.
"Kalau dilihat dari postur tubuh Vika sih. Ukurannya M Ky." ucapku.
"Lo yakin ukurannya M? Ntar salah lagi." ucap Dicky.
"Yakin Ky. Ukurannya M kok."
"Okelah." kata Dicky.
★VIO★
Saat aku melewati lorong sekolah. Tiba-tiba saja berpapasan dengan Dio. Aku langsung menghampiri Dio. Dio berhenti dari langkahnya. Lalu dia melihat aku.
"Apa?" tanyanya.
"Nanti sore kita main yuk." ajakku.
"Maaf, gue gak bisa." ucapnya singkat.
"Kenapa?" tanyaku heran meminta penjelasan.
"Gue sibuk ngurusin tugas sekolah."
"Yahh.." kecewaku.
Tiba-tiba saja dari belakangku muncullah Vika.
"Hey Di, ntar sore lo ke rumah gue ya?"
"Okey Vik, siap.." kata Dio semangat.
"Loh, bukannya lo sibuk ngurusin tugas sekolah ya? Tadi gue ajak lo main nanti sore lo bilang gak bisa. Tapi kenapa giliran yang ngajak Vika lo mau?" protesku.
Vika melihatku dan Dio.
"Ya emang gue sibuk ngurusin tugas sekolah Vi. Lagian, sekalian kok gue ngerjain tugas sekolah di rumah Vika." ucap Dio enteng.
"Oh.. Ya udah kalau gitu, gue ntar ke rumah elo deh Vik."
"Jangan!" kata Dio.
"Kenapa?" tanyaku.
"Gpp sih. Lebih baik lo jangan ke rumah Vika."
"Alasannya itu apa? Kenapa gue gak boleh ke rumah Vika Di?" tanyaku pada Dio.
"Pokoknya jangan Vioo.." kata Dio.
"Ya dah."
Aku langsung pergi ke kelas. Sesampainya di sana, aku duduk di sebelas Steva.
"Stev, gue kesel deh sama Dio."
"Dio? Kenapa emangnya?"
"Iya, tadi aja gue ajak Dio main. Katanya sibuk ngurusin tugas. Tapi pas disuruh Vika ke rumahnya. Dio mau aja. Trus tadi gue juga mau ke rumah Vika malah gak dibolehin sama Dio. Gue tanya alasannya apa. Dio gak ngasih tau. Malah bilang gue gak boleh ke rumah Vika. Dio juga bilang, kalau sekalian ngurusin tugasnya di rumah Vika. Kan kesel gue."
"Hm.. Kayaknya sih, Dio gak mau elo ganggu dia sama Vika."
"Iya juga, apa jangan-jangan..."
"Apa?"
"Dio suka ya sama Vika."
"Emang iya sih kayaknya."
"Oh."
"Eh, by the way, lo deketin Dio ya? Apa lo suka sama Dio?"
"Hm.. Eh, enggak kok. Gue gak suka sama Dio." kataku bohong.
"Oh." ucap Steva.
"Iya."
★VIKA★
Aku dan Dio sedang mengerjakan PR sekolah. Kita saling membantu satu sama lain. Apabila ada yang gak bisa di antara kita. Dan salah satu diantara kita ada yang bisa. Maka yang bisa akan mengajarkan yang gak bisa. Kita mengerjakan tugas kita masing-masing di ruang tamu. Cukup lama kita ngerjain tugas. Akhirnya selesai juga.
"Yess, kelar juga tuh tugas." ucap Dio.
"Iya Di, capek gue. Eh, cepetan beresin buku-buku dan ATK nya. Biar bersih nih meja gue."
ATK itu singkatan dari Alat Tulis Kertas. Bisa dibilang, seperti pulpen, pensil, penghapus, stipo, penggaris, dan rautan.
"Siap Vik."
Aku dan Dio membersihkan meja. Dio memasukkan buku dan ATKnya ke dalam tas. Aku menaruh lima buku ku juga ATKnya di meja tapi dengan keadaan rapi. Lalu aku dan Dio duduk di sofa.
"Eh Di, lo kenapa tadi gak ngebolehin Vio ke sini?" tanyaku penasaran.
"Habis kalau Vio ke sini pasti ganggu kita Vik."
"Ganggu gimana sih Di?"
"Ya ganggu aja Vik. Ntar yang ada kita gak ngerjain tugas. Malah ngobrol. Lo kan tau kalau belajar bareng itu harusnya sedikit aja orangnya. Kalau banyak mah, yang ada bakalan main."
"Oh, iya juga sih." gumanku.
Tiba-tiba saja Reza datang dari dalam rumah membawa es jeruk dua gelas. Lalu Reza menaruh gelas tersebut di meja.
"Wihh, tuh minuman buat gue kak?"
"Iya Di, buat lo ma Vika." ucapnya sambil duduk di sofa.
"Thanks kak." ucap Dio.
"Iya." jawab Reza.
Aku dan Dio minum es jeruk.
"Udah selesai kan ngerjain tugasnya?" tanya kakakku.
"Udah kak." ucapku sambil menaruh gelas di meja.
"Bagus deh kalau gitu." ucap Reza.
"Kakak gak belajar?" tanyaku.
"Udah Vik, barusan PR aku selesai aku kerjain."
"Baguss.." kataku.
"Iya Vika."
"Eh Vik, kak Reza, gue pulang dulu ya? Udah sore nih, jam 17.00 WIB." pamit Dio padaku dan Reza.
"Iya Di." ucapku.
"Hati-hati Di." kata Reza.
"Siap kak." memakai tas sekolahnya.
Dio berdiri dari sofa, lalu dia pulang ke rumahnya.
"Kak, aku ke kamar dulu." kataku sambil membawa buku dan ATK ku.
"Iya Vik." ucap Reza.
Aku langsung pergi ke dalam kamar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments