Hari ini adalah hari keberangkatan Ferlin ke ibukota. Meski Ren tidak terlalu peduli terhadap hal ini, tapi Ren masih harus mengucapkan salam perpisahan pada Ferlin.
"Hooaamm..."
Ren menguap diatas tempat tidurnya. Matahari belum menampakan diri, biasanya Ren masih tertidur pada waktu ini.
Janji Ren terhadap Ferlin membuat Ren harus bangun lebih awal.
Dengan terhuyung - huyung Ren memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri.
Beberapa menit kemudian Ren keluar dari kamar mandi. Wajahnya terlihat segar seperti biasa.
Banyak hal yang harus Ren lakukan hari ini, Rencananya setelah Ren berpisah dengan Ferlin. Ren akan mengunjungi Pelelangan Byurlin. Sudah beberapa hari Ren tak mengunjungi tempat itu.
Kemudian Ren berencana untuk ke Bar Allmoon, untuk memeriksa kabar Yarth.
Ren masih mempunyai hutang 10 koin tembaga pada Yarth jadi Ren tak dapat mengabaikan hal ini.
"Hm. Sebaiknya aku memakai yang ini saja."
Ren memakai pakaian yang biasa dia kenakan sehari - hari. Jubah berwarna hitam dengan corak merah. Meskipun Ren akan menemui Ferlin, Ren memutuskan untuk tidak memakai pakaian penyihir nya lagi.
Ren masih tetap tinggal di penginapan GreenForest. Meski Ren sudah mampu untuk membeli Rumah, Ren tak melakukannya.
Seperti biasa, ketika Ren turun dari lantai atas selalu menyita banyak perhatian.
Sosok Ren yang misterius, wajahnya yang tampan, pakaian nya yang unik dan gerak - gerik Ren yang elegan selalu membuat orang takjub.
Terganggu oleh tatapan orang - orang, Ren segera menuju keluar penginapan.
Ren menaiki kereta kuda nya dan berangkat menuju Mansion Duke Fedel.
Selama diperjalanan Ren memiliki kebiasaan melamun dan memikirkan berbagai hal. Semua itu dia lakukan dengan posisi menatap keluar jendela kereta kuda dengan tangan di dagunya.
Perjalanan memakan waktu yang singkat. Ren sudah tiba di Mansion Duke Fedel, Ren melihat rombongan Ferlin yang sudah siap untuk berangkat kapan saja.
Melihat ini Ren dengan segera keluar dari kereta kuda dan menghampiri Rombongan itu.
"Ah! Tuan Ren!" Ferlin berteriak dan berlari ke arah Ren.
Ferlin berlari kemudian memeluk Ren, sedangkan untuk Ren hanya bisa tersenyum canggung atas perilaku Ferlin.
Sejak kejadian kemarin, Ferlin bertindak lebih manja kepada Ren.
"Nona Ferlin, maafkan atas keterlambatan saya." Ren tersenyum.
"Tidak apa - apa Tuan Ren, aku tidak keberatan. Malahan aku berpikir Tuan Ren takkan datang" Ferlin berbicara sambil melepaskan pelukan nya dari Ren.
"Terima kasih Nona, Saya juga ingin mengatakan untuk tidak memeluk laki - laki sembarangan." Ren mengingatkan.
"Hmn!. Tapi aku hanya memeluk Tuan Ren bukan laki - laki sembarangan. Apakah Tuan Ren tidak suka aku memelukmu?" Ferlin mengembungkan pipinya.
Ren tidak tahu harus menjawab apa, perempuan dihadapan nya begitu polos.
Ren hanya tersenyum canggung dan melihat Duke Fedel untuk meminta bantuan.
"Ehm!. Putriku, saatnya dirimu pergi." Duke Fedel menghampiri keduanya.
"Ayah!. Hm.. Baiklah, Tuan Ren jaga dirimu baik - baik. Aku harap kita dapat bertemu lagi secepat mungkin." Ferlin terlihat sedih.
"Saya juga mengharapkan hal itu Nona, Ngomong - Ngomong....." Ren mengeluarkan sebuah kalung dari sakunya.
"Ini, Hadiah kecil dari saya untuk Nona, Mohon diterima Nona.'' Ren menyerahkan sebuah kalung indah yang berkilauan.
"Indah sekali..... Akan aku jaga ini selama hidupku!" Ferlin terlihat bahagia.
Kemudian Rombongan Ferlin pun pergi meninggalkan Ren dan Duke di depan mansion. Duke terlihat kesepian setelah ditinggalkan oleh putrinya.
'Hmm? Aku baru sadar, dimana istri duke?'
Ren memikirkan hal ini, selama dia berada disini. Istri sang duke tidak terlihat dimanapun.
Ren hanya memikirkan beberapa kemungkinan, sebenarnya Ren penasaran akan hal ini. Tapi Ren tidak menanyakan hal ini kepada Duke takutnya salah satu tebakan dia benar dan menyakiti hati duke.
"Duke Fedel, saya ingin tahu berapa hari untuk Nona Ferlin mencapai ibukota? bukankah ibukota sangat jauh dari sini?" Ren bertanya pada Duke disisinya.
"Ah. Soal itu putriku akan menggunakan sihir teleportasi di Kota Rondelia untuk menuju ibukota." Duke menjelaskan.
"Sihir teleportasi? Jadi begitu, tidak mungkin untuk Nona Ferlin sampai ke ibukota tepat waktu menggunakan cara biasa." Ren mengangguk mengerti.
'Tapi Kota Rondelia huh?'
Ren mengetahui Kota ini sebagai Kota terpenting Kedua di Kerajaan Aulzania.
Menurut informasi, Kota ini merupakan Kota pelabuhan terbesar di seluruh Kerajaan Aulzania. Kota ini menjadi Pusat Impor dan Ekspor Kerajaan. Pantas untuk disebut Kota terpenting kedua setelah ibukota.
Memiliki Kota Tujuan selanjutnya, Ren berpamitan kepada Duke Fedel dan bergegas menuju Pelelangan Byurlin.
'Oh. Bagaimana kabar pak tua Fraudlin itu ya?' Ren bergumam.
*
*
*
*
*
Sebuah Ruangan gelap, yang ada disini hanya sebuah meja bundar dan beberapa kursi di sisinya.
"Hachiii!"
Seorang pria tua bersin secara tiba - tiba, membuat semua orang yang ada di ruangan itu memperhatikan nya.
Semua orang di ruangan ini anehnya mengenakan jubah yang sama.
"Master Fraudlin, apakah anda tidak apa?" Wanita berambut Coklat bertanya pada Fraudlin.
"Tidak apa - apa" Fraudlin menjawab tenang.
Sebenarnya Fraudlin juga kebingungan kenapa dia tiba - tiba bersin seperti ini.
Hasilnya orang - orang yang ada dihadapan nya menatap dengan aneh.
Orang - orang yang ada disini merupakan bawahan kepercayaan Fraudlin.
Mereka adalah orang yang membantu Fraudlin dalam meneliti Potion yang diberikan Ren pada Fraudlin.
Tentu saja Fraudlin menyerahkan Potion menengah, bukan tingkat tinggi.
Potion tingkat menengah yang mengandung mana murni dari Ren lebih baik kualitas nya daripada potion tingkat atas yang tak mengandung mana murni.
Fraudlin menyadari akan ada keributan jika potion tingkat atas itu dia keluarkan untuk diteliti. Jadi Fraudlin memutuskan untuk menggunakan Potion menengah terlebih dahulu.
"Jadi, apakah kalian menemukan sesuatu dari meneliti potion itu?" Fraudlin bertanya pada bawahan nya.
"Master Fraudlin, Saya belum menemukan kemajuan yang berarti. Maafkan saya." Wanita berambut coklat itu berbicara.
"Tidak apa - apa Chrena, lanjutkan lah penelitian mu." Fraudlin berbicara dengan bijak.
"Master, saya telah menemukan keunikan dari Potion itu" Lelaki yang terlihat berumur 50 tahun berbicara.
"Hoo.. Apa itu Artrad?" Fraudlin menyipitkan mata.
"Saya menduga bahwa potion ini dibuat dengan teknik khusus. Mana yang terdapat dalam potion ini bukan dari Core atau pun bahan Potion, melainkan mana dari si pembuat." Pria Tua Artrad menjelaskan.
"A-Apa?! Senior apa itu mungkin?!" Chrena begitu terkejut.
"Sebetulnya, itu cukup mustahil Chrena. Mengingat mana adalah sebuah keberadaan yang sangat sulit untuk dikendalikan sekehendaknya."
"Grid benar, soal itu. Aku hanya sedikit berpendapat. Ada banyak kemungkinan lain Chrena jadi tolong tenang sedikit." Artrad berbicara.
"Hahaha... Bagus - Bagus. Kalian tidak mengecewakan sebagai muridku!."
Fraudlin yang daritadi diam tertawa.
"Terima kasih, master." Chrena
"Terima kasih, master." Artrad
"Terima kasih, master." Grid
"Master, maafkan saya jika lancang. Tapi boleh saya tahu darimana anda mendapat potion ini?" Artrad bertanya, kedua orang lainnya pun mengangguk penasaran.
"Akan aku beritahu, tapi jika kalian telah menghasilkan sesuatu yang memuaskan dari penelitian itu! Hahaha" Fraudlin tertawa kembali.
Fraudlin sendiri sebenarnya belum mengalami kemajuan yang berarti. Fraudlin hanya tidak ingin murid - murid nya melihat dia dengan menyedihkan.
Jadi Fraudlin bertindak seolah - oleh mengetahui semua Rahasia potion itu.
"Akan kuingatkan kalian satu hal, jangan membocorkan Potion ini pada siapapun! paham?!" Fraudlin berteriak.
"Ya!" Tiga orang itu menjawab dengan segera.
Pertemuan keempat orang itu pun berakhir, murid - murid Fraudlin telah meninggalkan Ruangan itu.
Meninggalkan Fraudlin seorang diri.
'Master Ren, siapa anda sebenarnya? apakah benar anda utusan dewa? bahkan potion yang kau sebut menengah ini sudah melebihi potion kualitas tertinggi yang ada di kerajaan ini.'
Fraudlin menghela nafas sambil membayangkan sosok Ren yang mengagumkan.
*
*
*
*
*
"Selamat Datang di Pelelangan Byurlin, Master Ren." Rezhuan menyambut Ren dengan senyuman lebar.
"Hoo... Rezhuan tidak biasa kau menyambutku langsung seperti ini."Ren berbicara sedikit mencibir.
"Jangan salah sangka Master Ren, setiap kali Master berkunjung saya selalu sibuk. Kebetulan sekarang sedang sedikit senggang." Rezhuan tersenyum canggung.
"Sudah lupakan, ada sesuatu yang kubutuhkan. Apakah kau bisa membantu?" Ren bertanya sambil berjalan bersama Rezhuan.
"Apa itu Master Ren?"
"Aku membutuhkan sebuah peta benua ini, usahakan yang paling detail." Ren menjawab dengan mantap.
"Peta? Hmm....." Rezhuan terlihat sedang berpikir.
"Ah! saya mempunyai satu, semoga master menyukainya. Ikuti saya Master."
Rezhuan membimbing Ren menuju ke ruang bawah tanah Pelelangan Byurlin.
Segala macam barang untuk dilelang disimpan disini. Keamanan tempat ini bahkan lebih ketat daripada milik Duke Fedel.
Rezhuan kemudian menuntun Ren menuju sebuah kamar.
Di dalamnya terdapat lemari - lemari yang diisi berbagai kertas seperti dokumen.
Ren tak menyangka sebuah pelelangan akan menyimpan Berkas sebanyak ini.
Terlepas dari penting atau tidaknya, seharusnya berkas ini cukup berharga.
Rezhuan mengambil sebuah gulungan kertas yang cukup besar dari atas lemari.
"Ini dia master, sebuah peta terdetail yang kami miliki."
Rezhuan menyerahkan Gulungan kertas itu pada Ren.
Ren membuka gulungan itu, sebuah peta Benua Zachen tergambar diatasnya.
Seperti yang Ren duga, Peta ini sendiri tidak terlalu detail. Hanya menampilkan Nama tempat yang terkenal.
"Hm... Kurasa ini sudah cukup." Ren mengangguk.
"Senang mendengarnya, boleh saya tau kemana anda akan pergi menggunakan peta itu?" Rezhuan bertanya penasaran.
"Kota Rondelia."
*
*
*
*
*
Sementara itu...
Di bar allmoon, pemain - pemain yang memilih untuk menjalani kehidupan biasa bekerja dengan giat.
Terutama para pemain perempuan, kebanyakan dari mereka masih lemah.
Mereka memilih untuk bekerja di bawah Moon Alliance, organisasi untuk melindungi para pemula yang terbawa ke dunia ini.
"Hahh... Pimpinan cabang kemana ya? sudah lama aku tak melihatnya."
Seorang perempuan mengeluh kepada perempuan lain disamping nya.
"Mana aku tahu?"
Perempuan disebelahnya menggelengkan kepala. Menandakan bahwa dia tidak tahu sedikitpun.
"Oh, ayolah Mona, jangan begitu padaku."
Keduanya terus berdebat tentang suatu hal, yang satu bertindak manja dan malas. Sedangkan satu nya lagi tegas dan disiplin, kepribadian yang bertolak belakang membuat mereka sering berdebat.
"Permisi."
Sebuah suara yang tenang terdengar oleh keduanya. Membuat tatapan mereka segera teralihkan pada pintu masuk bar.
Seketika wajah kedua perempuan itu memerah, mereka terperangah oleh sosok dihadapan mereka.
Seorang lelaki yang sangat tampan, berdiri disana.
"Hei? Permisi?"
Ren mengayunkan tanganya ke hadapan wajah kedua orang itu. Mencoba menyadarkan mereka yang sedang melamun.
"Eh?!, Eh?! S-Selamat D-Datang Tuan! Apa ada yang bisa kami bantu?!" Keduanya menjawab dengan cara berlebihan.
"Aku hanya ingin menemui pimpinan cabang, yarth. Apakah dia ada?"
"Ah! Apakah anda juga seorang pemain tuan?!"
"Ssstt... Hei! Reyna!" Mona membentak Reyna yang ceroboh mengatakan hal itu.
"Tidak apa, Aku memang seorang pemain. Jadi dimana yarth? aku memiliki hutang padanya."
"Um... Sebenarnya...."
[Author : saya sebagai author mengatakan dengan jelas Chapter ini membosankan dan gaje !]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
Taufik Hidayat
Gw kira MCnya Anryzel diganti ma yang lain namanya Ren ehh ternyata pake nama aslinya didunia nyata dulu Neren🤣
2022-05-31
0
jess
MC nya rendah hati.. mantap gan...😆👍👍
2021-05-14
1
HIRONIME
gw jadi ngeri anjim
2021-05-08
1