Hari sudah menjelang malam, Anryzel dan Nivania memutuskan untuk pulang ke rumah. Diskusi yang panjang nampaknya tak cukup untuk memberikan mereka solusi atas krisis yang akan terjadi.
Pada awalnya Anryzel mengajukan diri untuk membasmi kelompok Redwolf, tapi entah mengapa Nivania melarang keras dirinya untuk pergi ke sana. Nivania berkata kalau Anryzel mungkin masih dalam proses pemulihan, dan hari pun sudah menjelang malam. Sangat berbahaya bagi Anryzel untuk berkeliaran di hutan seorang diri apalagi bertarung dengan mereka dalam keadaan gelap gulita.
Meskipun Anryzel bisa dengan mudah mengalahkan ratusan Redwolf sendirian, tapi Anryzel berpikir bahwa kali ini adalah dunia nyata, suatu hal yang berbahaya dapat terjadi kapan saja.
Berbeda dari game yang di mana kematian bukan sebuah masalah besar, di dunia nyata nyawa adalah taruhannya. Kematian memiliki arti game over, dan mungkin tidak akan ada lagi kesempatan kedua. Oleh karena itu, Anryzel memutuskan untuk menerima saran Nivania untuk sementara.
"Oh, kita belum makan malam, tunggu sebentar aku akan segera menyiapkan makan malam," ucap Nivania seraya beranjak pergi.
"Baiklah, sekali lagi terima kasih atas pertolonganmu. Sepertinya aku akan merepotkanmu lagi kali ini, Nivania."
"Ya, jangan khawatir dan tunggu saja di situ oke?"
Nivania lantas pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam. Sedangkan Anryzel lebih memilih untuk pergi ke kamar dan melakukan sesuatu terlebih dahulu.
Anryzel menyadari keberadaan sebuah cincin yang melingkar di jarinya ketika dia dan Nivania selesai menyembuhkan penduduk desa. Cincin ini sangat aneh karena tidak bisa dilepaskan maupun digerakkan. Seolah-olah cincin itu memang bagian dari anggota tubuhnya sendiri.
Anryzel tidak pernah memiliki cincin yang seperti ini, bahkan ketika ia berada dalam game Cothenic. Dia berpikir mungkin cincin ini memiliki suatu rahasia yang istimewa di dalamnya.
Sekarang bagaimana caranya untuk membuka rahasia yang ada di balik cincin ini? Anryzel benar-benar serius berpikir. Jika cincin ini termasuk ke dalam item, maka sudah pasti ada cara untuk di aktifkan.
"Jika ini dalam game pasti ada opsi "Gunakan" bukan? Nah, mari kita pikirkan di dunia nyata apa yang bisa kita jadikan sebagai opsi gunakan ini."
Fakta tersebut membuat Anryzel mengingat suatu hal yang paling penting. Sumber dari fenomena dan apa yang menjadi pemicu dari kemunculan fenomena tersebut.
Jika prinsip di dunia ini hampir sama dengan dunia game tapi hanya berbeda dari segi cara, maka ada satu hal yang patut ia coba. Skill dan sihir adalah fenomena, dan mana adalah pemicunya.
"Mungkinkah mengaktifkan sebuah item misterius juga menggunakan mana?"
Menyadari ini Anryzel berusaha merasakan mana yang ada dalam dirinya. Tidak membutuhkan waktu lama sebelum dia bisa sedikit demi sedikit merasakan sesuatu yang mengalir di dalam tubuh.
Disaat yang sama, Anryzel mampu merasakan benang-benang bercahaya redup dimana-mana. Apakah ini yang dinamakan dengan mana? Dia tidak tahu dengan pasti.
Setelah bisa merasakan ini dengan baik, Anryzel mencoba untuk mengendalikan dan mengarahkan mana itu ke cincin. Mana itu semakin lama semakin banyak dan terkonsentrasi pada jari miliknya.
Namun karena Anryzel menutup mata untuk meningkatkan konsentrasi, dia tak menyadari bahwa cincin yang dia miliki mengeluarkan cahaya indah berwarna merah. Cahaya itu bagaikan gelombang yang berputar mengelilingi cincin dan jari-jemarinya.
Semakin lama gelombang cahaya semakin membesar, kemudian bergerak perlahan ke hadapan Anryzel. Cahaya itu lantas membentuk sebuah kotak yang lama kelamaan kotak itu menjadi sesuatu yang terasa mirip dengan sebuah pintu.
Anryzel pun membuka mata, dia sedikit terkejut ketika melihat kemunculan pintu cahaya berwarna merah itu. Anehnya, cahaya merah ini hanya berlaku di sekitar pintu, sehingga ruang di sekitar tidak terkena dampak cahaya dan tetap menjadi gelap.
Keterkejutan Anryzel tak berlangsung lama, dia segera memutuskan untuk memasuki pintu itu. Sesaat setelah Anryzel memasuki pintu, kini pandangan nya dipenuhi oleh sebuah ruangan besar yang di isi oleh berbagai macam item layaknya museum.
Anryzel sangat-sangat terkejut, sekaligus merasa bahagia. Secara tidak sadar, dia terperangah dan berkata, "Inventory?"
Anryzel tidak menyangka akan menemukan inventory yang kini berubah menjadi sebuah cincin. Tentu saja ini merupakan keuntungan besar, karena di dunia lain yang asing, keberadaan inventori akan sangat membantu.
Mengesampingkan perasaan senang, Anryzel kemudian menyusuri inventori yang berubah layaknya sebuah museum itu. Setiap dari item terbungkus oleh kubus transparan seperti kaca. Walau begitu ketika dia mencoba untuk menyentuhnya itu tembus tanpa ada hambatan sama sekali.
"Mungkin ini terbuat dari sihir? Dunia ini memang berbeda dengan game."
Pengamatan Anryzel mendapat sebuah kesimpulan nyata, dimana setiap item ternyata dikelompokan pada tempat yang berbeda-beda.
Mulai dari senjata, zirah, aksesoris, core, potion dan item-item lain yang tidak mungkin disebutkan satu per satu itu difilter berdasarkan kategori masing-masing. Kebetulan, Anryzel memiliki item terbaik berupa senjata, jadi dia menyusuri bagian kategori senjata.
"Aku akan senang jika mereka bertiga masih ada." Mata Anryzel dipenuhi dengan tekad yang membara.
Setelah menyusuri beberapa saat, perhatian Anryzel terfokus pada tiga kubus berwarna biru transparan yang berbeda dari yang lain.
Anryzel pun menghampiri ketiga kubus cahaya biru tersebut. Setelah benar-benar bisa melihat tiga senjata yang ada dalam masing-masing kubus, kegembiraannya memuncak.
"Ahhh ... terkadang takdir tidak selalu berbuat jahat padaku."
Tiga senjata terkuat sekaligus yang terbaik milik Anryzel ini berupa pedang, tombak dan belati. Salah satunya telah digunakan oleh Anryzel untuk melawan Dragon God Aszera, dan berhasil membawanya pada kemenangan.
"<
Anryzel menyentuh Divine Soul Sword yang diberi nama, Nuxuria. Memiliki warna putih murni, dan bentuknya sangat sempurna serta berkilauan. Pada gagang nya terdapat ukiran-ukiran indah, bahkan Anryzel bisa mengetahui ukiran ini layak disebut sebagai karya seni sejati.
Anryzel mendapatkan pedang ini pada saat menjelajahi suatu tempat di Cothenic yang bernama Reruntuhan Kuno Langit. Tempat yang secara tak sengaja dia kunjungi, dan di indikasikan sebagai area tanpa peta.
Pedang ini adalah hadiah setelah Anryzel mengalahkan seorang swordsman yang menjaga tempat itu. Anryzel masih mengingat soal orang itu yang mengoceh bahwa dirinya adalah Dewa berpedang.
"Sungguh pengalaman yang konyol, bagaimana bisa seorang Dewa pedang dikalahkan oleh pendekar pedang sepertiku?"
Tapi, berkat pedang inilah Anryzel bisa mendapatkan kedua senjata lain yang tidak kalah hebatnya.
Anryzel mengarahkan pandangan nya ke arah samping. Disana terdapat kubus yang berisi sebuah Tombak berwarna hitam dengan corak merah yang unik. Tombak ini mengeluarkan aura merah kehitaman seperti angin tornado yang mengelilinginya.
"<
Tombak ini Anryzel dapatkan saat dia berpetualang seorang diri di dunia bawah. Secara kebetulan, nasib membawanya ke sebuah Istana dari Demon God yang perkasa.
Beruntung pada saat itu Anryzel memiliki pedang Nuxuria di tangannya. Jadi dia bisa memenangkan pertempuran melawan musuh yang memiliki gelar Demon God itu.
Namun sayangnya, Anryzel tidak memiliki job apapun yang berkaitan dengan senjata tombak. Sehingga dia mungkin tidak akan mampu mengeluarkan potensi sesungguhnya dari Ganzalan.
"Kalau sekedar mengayunkan, sudah pasti aku bisa."
Anryzel melirik ke arah kubus berisi sebuah belati dan menyentuhnya. Sebuah belati indah semi-transparan yang warnanya tidak menunjukan suatu ketetapan.
Setiap saat warna belati itu selalu berganti menjadi merah, hijau, kuning, putih, biru, dan sebagainya. Belati itu melengkung dengan indah dan misterius, bahkan diantara ketiga senjata itu, dia mengakui bahwa belati ini adalah yang paling misterius.
Bisa dikatakan Anryzel mendapatkan belati ini juga secara tak sengaja. Namun berbeda dari dua senjata lain yang dia dapatkan sebagai hadiah mengalahkan musuh, belati ini di dapatkan dari sebuah ruang putih kosong pada saat dia tak sengaja memasukinya.
"Mungkinkah belati ini ada hubungan nya dengan para roh? mengingat namanya adalah <
Anryzel mengesampingkan pertanyaan tak berdasar itu. Hal yang paling penting disini adalah dirinya puas karena ketiga senjata ini masih ada dalam cincin misterius.
"Ah ... sial, aku harus segera kembali."
Anryzel berlari ke arah dimana pintu masuk berasal. Dia pun bergegas melompat keluar dari pintu tersebut. Matanya melihat ke kanan dan ke kiri untuk memastikan keadaan sekitar.
Dia pun menghela napas dan bergumam, "Masih aman."
Anryzel pun menuju ke ruang makan kembali, beruntung pada saat dia datang Nivania baru saja menyelesaikan persiapan makanannya. Sehingga, Anryzel bisa makan dengan tenang tanpa khawatir. Sesudah makan malam bersama, Anryzel segera menuju kamarnya dengan alasan beristirahat.
....
Catatan Author: Telah Direvisi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
Nurul
kesalahan pada penyebutan nama
2022-05-16
0
M A
Baru baca lagi ceritamu thor dlu cuman sampai chp yg vampir di kota aja karna gk tertarik gtu
Tapi sekarang gk tau kenapa pas baca dari awal tuh kyk beda dan mulai tertarik sama novel ini
Tetap semangat untuk up chp nya thor 💪💪💪
2021-08-17
0
Ari Ari
next
2021-07-31
0