Nivania duduk lemas, merasa tidak berdaya dengan pandangan kosong. Entah apa yang ia rasakan saat ini, apakah itu kekaguman atau ketakutan? Tidak ada yang bisa memastikan bahkan dirinya sendiri.
Selama bertahun-tahun hidup di dunia, Nivania telah menyaksikan berbagai macam pertempuran. Namun semua pertempuran yang pernah ia saksikan tidak ada yang serupa dengan ini. Pertempuran ini adalah definisi dari kata pembantaian yang sesungguhnya, dimana satu pihak benar-benar unggul secara mutlak.
Anryzel berlari dari kejauhan menghampiri Nivania tanpa mempedulikan mayat-mayat Redwolf yang berserakan. Sesampainya di hadapan Nivania, Anryzel menepuk pundak Nivania untuk menyadarkannya dari lamunan.
"Hei, apa kau tidak apa-apa?"
"Ah!" Nivania tersentak sadar, lalu dengan nada bicara yang lega seolah tidak terlalu peduli dengan pemandangan yang baru saja disaksikan, Nivania berkata pelan, "Ternyata kau, syukurlah kau selamat."
"Aku memang selamat, tapi mengapa kau bisa ada di tempat ini?"
"Ceritanya cukup panjang, aku kesini karena mengkhawatirkanmu."
Anryzel mengerutkan dahi sebagai respon terhadap kata-kata "Mengkhawatirkanmu" dari Nivania. Tidak ada yang salah dengan kata itu, namun secara logika mengkhawatirkan seseorang yang baru dikenal itu kurang masuk akal.
"Hanya karena itu kau masuk ke hutan ini dan mempertaruhkan nyawa?" Anryzel berbicara seraya membantu Nivania untuk berdiri.
"Kau ini, tidak memiliki rasa terima kasih sama sekali ya?" gerutu Nivania sambil bangkit dan membersihkan zirahnya yang kotor. "Memang ada yang salah dengan menyelamatkan orang lain?"
"Aku tidak berpikir itu salah, namun menyelamatkan orang lain yang belum lama kau kenal tanpa berpikir itu cukup bodoh." Anryzel tidak memiliki niat untuk melarang Nivania berbuat baik, hanya saja dia mengingatkan agar Nivania tidak gegabah dalam bertindak.
Sayangnya niat Anryzel nampak tidak tersampaikan dengan baik. Nivania menafsirkan ucapan Anryzel dalam artian yang berbeda. Dalam pandangan Nivania, Anryzel terlihat seperti orang arogan yang menyatakan dirinya tidak membutuhkan bantuan.
"Jika aku tahu kamu sekuat itu, sedikitpun aku tidak ingin mengkhawatirkanmu!" Nivania memalingkan muka dengan perasaan kesal."Sudahlah, aku menyesal pergi ke tempat ini."
Anryzel yang sadar ada sedikit kesalahpahaman di antara mereka berdua memutuskan untuk mengalah. Bagaimanapun, ada seseorang yang ingin menyelamatkan hidupnya, mengapa ia tidak berterima kasih saja?
"Baiklah-baiklah, aku mengerti. Terima kasih karena telah mengkhawatirkanku." Anryzel sedikit menundukkan kepala untuk menunjukkan bahwa dirinya tulus. "Mari kembali, mungkin penduduk desa akan senang mendengar ancaman ini sudah hilang?"
Masih dengan perasaan sedikit kesal Nivania melirik pada sosok Anryzel yang ternyata sudah bergerak untuk pulang. Beberapa kali Nivania melihat tumpukan mayat Redwolf yang masih berserakan dengan perasaan bingung dan heran.
"Hei! Apa kau ingin kembali begitu saja?!"
"Bukankah itu yang kukatakan sebelumnya?"
"Meskipun kamu hilang ingatan, tidakkah kamu sadar betapa berharganya core yang ada dalam mayat para monster itu?!"
"Hah, core?" Anryzel melirik pada mayat Redwolf dan mengingat bahwa monster memang memiliki core dalam dirinya. Ia tidak menyangka di dunia nyata pun monster memiliki hal semacam itu.
Core, atau inti dari monster adalah suatu item dalam game yang bisa didapatkan ketika seorang player berhasil membunuh monster tersebut. Kualitas core itu ditentukan oleh seberapa kuat atau langka monster tersebut. Untuk Redwolf sendiri, dia merasa sedikitpun tidak membutuhkannya saat ini.
"Kau berniat untuk mengambilnya 'kan?" tanya Nivania sambil terlihat meyakinkan.
Namun Anryzel dengan tidak peduli membalas, "Tidak, kau boleh mengambilnya jika mau. Aku tidak butuh."
"Eh, apa?" Nivania merasa tak percaya. "Tidak butuh?" Nivania masih meragukan pendengarannya. "Hei, apa kepalamu sedikit bermasalah?"
Anryzel mencari tempat yang nyaman sambil membalas perkataan Nivania, "Aku benar-benar tidak butuh, ambil saja sesukamu."
Di dalam inventori miliknya, terdapat banyak sekali core monster dari berbagai macam tingkatan. Core monster tingkat rendah semacam ini, Anryzel memilikinya dalam jumlah yang tidak bisa dihitung.
....
Desa Giru adala desa terpencil yang terletak di sebelah selatan Kota Ceeven, bagian dari Kerajaan Aulzania. Sebuah jalan yang terbuat dari tanah terbentang dari Desa Giru menuju Kota Ceeven sejauh 27 km.
Dijalan sepi yang terbuat dari tanah itu, terlihat seorang lelaki berpakaian sederhana berjalan dengan santai. Walaupun dia menggantungkan pedang di sisi pinggangnya tetapi penampilan lelaki itu tak terlihat seperti seorang ksatria sama sekali. Pakaian sederhana, dengan pedang yang sederhana pula, dia lebih terlihat seperti penduduk desa yang membawa sebilah pedang di pinggang.
"Sebenarnya, melarikan diri bukanlah cara yang sesuai dengan orang sepertiku, tapi di dunia lain ini akan aku anggap sebagai pengecualian."
Lelaki yang berbicara sambil terlihat kesal itu tidak lain adalah Anryzel Dirvaren. Setelah melawan Redmoon Wolf dia kembali ke Desa Giru dan dianggap sebagai pahlawan oleh penduduk desa karena telah membasmi ancaman besar.
Perayaan besar-besaran pun dilakukan oleh Nivania dan penduduk desa. Terlebih lagi core Redwolf dianggap sangat berharga dan bernilai jual tinggi sehingga para penduduk desa senang dan bahagia. Mereka pun berencana untuk menggunakan sebagian kecil penghasilan dari penjualan core tersebut untuk berpesta.
Anryzel sebagai orang yang masih sangat penasaran bagaimana dunia ini secara keseluruhan tentu tidak bisa tinggal lebih lama di desa terpencil. Dia harus segera pergi untuk melihat dunia yang lebih luas lagi.
Oleh karena itu, Anryzel memutuskan untuk melarikan diri secara diam-diam dari Desa Giru selagi Nivania dan penduduk desa dalam keadaan lengah.
"Core Redwolf itu masih dianggap berharga ya," ujar Anryzel pada diri sendiri.
Jika core dari monster level rendah masih dianggap berharga berarti rata-rata level penduduk Desa Giru berkisar antara 1-40 dengan pengecualian Nivania yang mungkin berada di level yang lebih tinggi.
Anryzel hanya bisa memperkirakan bahwa level Nivania saat ini berkisar antara 150-300 jika melihat dari beberapa petunjuk seperti kuantitas dan kualitas mana, skill penyembuh yang dia gunakan, kekuatan fisik, serta staminanya untuk berlari.
"Namun ini menarik, game Cothenic tidak memiliki fitur merasakan mana seperti ini. Rasanya seperti merasakan suatu hal yang tidak dapat dibayangkan."
Anryzel memang menyukai hal-hal baru. Ketika ada suatu hal yang baru di sekitarnya, maka dia takkan ragu menghabiskan waktu untuk mempelajarinya. Contohnya dalam kasus merasakan mana, sejak pertama kali membuka inventori, dia terus belajar mengenai mana hingga ke detail-detail kecil yang mungkin orang lain tidak ketahui.
Berdasarkan apa yang telah dia teliti, Anryzel dapat menarik dua kesimpulan sementara mengenai mana. Kesimpulan pertama, mana memiliki karakteristik dan warna yang berbeda tergantung siapa atau apa yang menjadi sumbernya. Kesimpulan yang kedua, hampir semua orang bisa merasakan mana tapi tidak semua orang dapat melihatnya.
Melihat di sini bukan dalam artian melihat menggunakan mata, tetapi menggunakan sesuatu yang lebih dalam dan misterius. Penglihatan mata memiliki batas dan titik buta, tetapi jika penglihatan mana maka keterbatasan itu hampir tidak ada.
Betapa luar biasanya hal itu, sampai-sampai membuat Anryzel lebih bersemangat dibanding ketika dirinya pertama kali memainkan game Cothenic.
"Aku akan menyebutnya persepsi mana. Itu terdengar lebih pantas."
Anryzel lantas melanjutkan perjalanannya hingga mencapai 15 kilometer pertamanya di dunia yang baru. Selama berjalan kaki dengan cukup santai, dia mencoba dan bereksperimen dengan skill yang ada.
Dari semua hasil percobaan yang telah dia lakukan, tidak ada satupun skill yang tidak dapat digunakan. Meski ada beberapa skill atau sihir yang membutuhkan beberapa syarat tertentu agar berlaku semestinya tetapi itu tidak terhitung sebagai kegagalan total.
"Aku tidak pernah merasa sebebas ini. Berjalan tanpa arah, dan hidup tanpa masalah, semuanya terasa begitu menakjubkan."
Tidak bisa dipungkiri bahwa jalanan yang dilalui Anryzel adalah tanah kering yang mengeluarkan sedikit debu ketika terkena oleh hempasan langkah kaki. Meski demikian, suasana alam yang tenang, udara yang segar, tumbuhan yang serba hijau, serta langit yang cerah bagaikan obat alami yang membuat siapapun merasa bahagia.
Ketenangan alam semacam ini telah punah di Bumi, digantikan oleh teknologi yang serba mengeluarkan polusi. Jadi ketika merasakan hal ini, Anryzel merasa sedang berjalan di dunia mimpi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
Iksan Asrori
aku suka ni, menolong secukupnya dan gak ngeherem.
2021-10-09
4
Ari Ari
next.
2021-07-31
0
Alva Gerald
mc nya bikin yg kocak dikit thor:v
2021-02-16
1