Kota Ceeven merupakan kota besar yang dikelilingi oleh tembok raksasa berbentuk lingkaran. Di bagian Barat kota, terdapat gunung yang menjulang tinggi ke langit, sedangkan di bagian Selatan, terdapat dataran yang dipenuhi hutan dan perkebunan.
Setelah mengalami beberapa hal yang tidak terduga di sepanjang perjalanan, Anryzel akhirnya dapat melihat tembok raksasa Kota Ceeven. Suasana perkotaan yang klasik dengan bumbu fantasi segera terbayang dan membuatnya bersemangat.
Mendekati gerbang, Anryzel melihat bahwa pemeriksaan hanya dilakukan kepada mereka yang membawa barang dalam gerobak ataupun kereta kuda. Sedangkan untuk pejalan kaki dengan barang bawaan minim, mereka hanya perlu lewat tanpa pemeriksaan.
Anryzel berjalan masuk ke dalam kota dengan melewati gerbang tanpa gerak-gerik mencurigakan. Tindakan itu pun berhasil dilakukan dan menghindarkannya dari masalah yang tidak perlu.
"Inikah atmosfer perkotaan fantasi yang sesungguhnya?" decak kagum Anryzel.
Kota klasik yang dibumbui keajaiban memang sangat mengagumkan. Bangunan-bangunan berarsitektur klasik yang dilengkapi peralatan magis memenuhi pandangan. Di samping itu, banyak keajaiban yang dapat secara langsung dilihat oleh mata. Berbagai macam ras berkumpul dan bercengkrama seolah mereka adalah keluarga. Penggunaan sihir pun, meski tidak senantiasa ada tapi cukup mudah ditemui keberadaannya.
"Aku suka ini," ucap Anryzel dengan senyum bahagia.
Anryzel mulai menyusuri seluk-beluk Kota Ceeven. Di sepanjang perjalanan, dia menemukan banyak hal menarik seperti; melihat langsung bagaimana pembuatan senjata yang benar-benar mendetail, menyaksikan pertunjukan sihir yang indah, hingga terjebak dalam perseteruan antar penduduk yang disebabkan oleh perbedaan kepercayaan.
Crown of the Nine Continents memang menyuguhkan dunia fantasi yang hampir nyata, berbagai macam peristiwa ajaib dan atmosfer fantasi disajikan sedemikian rupa, namun demikian sehebat apapun virtualisasi, bukankah tidak akan bisa menyaingi sesuatu yang benar-benar nyata?
"Hei Nak, aku melihatmu sebagai pengunjung baru, apa kamu tertarik dengan daging panggang lembu hutan yang dijual oleh Nenek Tua ini?"
Seorang nenek tua yang menjaga kios pinggir jalan memanggil Anryzel dengan nada halus dan lembut. Anryzel menanggapinya dengan anggukan halus--berniat mampir sebentar meski dia tidak memiliki uang untuk membeli.
Nenek Tua itu tersenyum melihat Anryzel yang menghampiri. "Ooohh ... dari mana pemuda baik ini berasal?"
Anryzel tersenyum halus, "Saya berasal dari Desa Giru, Nek. Berapa Nenek menjual daging ini?"
Nenek Tua itu mengangguk penuh arti, "Hoho, sungguh Anak Muda yang sopan. Harga sekerat dagingnya hanya satu koin tembaga, tetapi karena kamu adalah pemuda yang baik, maka Nenek akan memberikan dua kerat daging untuk satu koin."
Anryzel terdiam kebingungan, dia tidak memiliki satu koin pun di sakunya. Memang dia memiliki banyak item untuk dijual, tetapi dengan informasi yang terbatas, harga pasaran item-item tersebut masih tidak diketahui. Ditambah, tempat yang menerima penjualan item pun dia tidak tahu karena ini bukan Crown of the Nine Continents.
Dengan perasaan bersalah, Anryzel berkata apa adanya, "Nenek sungguh murah hati. Sayangnya, saya tidak membawa sepeserpun di saku hari ini, maaf tidak bisa membelinya."
Nenek tua itu tampak terkejut, "Anak muda, tidak disangka kamu tidak membawa uang saat berjalan-jalan di kota?"
"Benar, mungkin lain kali saya akan mampir dan membeli daging ini. Lagipula penampilan dagingnya terlihat sangat enak," ujar Anryzel dengan canggung.
Tanpa berkata-kata, nenek tua itu membungkus dua kerat daging menggunakan sebuah daun lalu memberikannya pada Anryzel dengan senyuman hangat. "Tidak apa, pemuda baik hati sepertimu, Nenek tidak tega mengambil keuntungan."
Anryzel tertegun menerima bungkusan berisi daging itu sambil bertanya-tanya dalam hati, mengapa nenek itu begitu baik?
"Nenek yakin? Bukankah sulit untuk mendapatkan lembu hutan?"
Anryzel hanya menebak, dengan keadaan dan kondisi dunia yang seperti ini, bukankah lembu hutan harus menjadi sesuatu yang langka karena berisiko untuk memburunya?
"Tidak sesulit itu, lagipula Duke Fedel memberi pedagang kecil seperti kami banyak kesempatan. Kamu tidak perlu memikirkannya, Nak."
Anryzel pun menerimanya dengan sedikit perasaan yang berat. Namun dirinya berkata, apa boleh buat? Dia terlanjur merasa lapar setelah melakukan perjalanan jauh, dan tanpa memakan apapun.
"Terima kasih banyak, Nek. Aku pasti akan membalas kebaikanmu," ucap Anryzel sepenuh hati.
Anryzel langsung mencicipi daging panggang yang mengeluarkan aroma khas. Tekstur daging yang berserat dan alot memasuki mulut, dan langsung dikunyah secara perlahan. Rasa daging itu sejujurnya lebih enak daripada masakan Nivania yang hambar, ditambah bumbu yang lebih bervariasi meminimalisir aroma amis yang dihasilkan.
Tanpa terasa, Anryzel sudah menghabiskan dua kerat daging itu dalam waktu yang singkat. Nenek tua yang memperhatikan Anryzel menikmati daging panggang buatannya selalu tersenyum hangat seolah-olah dirinya merasa bahagia.
"Bagaimana rasanya, Nak?"
Anryzel menjawab jujur, "Ini sungguh lebih enak daripada masakan yang saya makan sebelumnya. Terima kasih, sekarang saya sudah merasa kenyang."
"Hoho, begitu? Memangnya kenapa kamu tidak membawa bekal apapun, Nak?" tanya Nenek Tua itu tampak penasaran.
"Kehidupan saya di desa cukup sulit, saya pergi ke kota ini untuk mencari peruntungan."
Nenek tua itu tersenyum lembut, tidak berusaha untuk meminta penjelasan lebih jauh. "Baiklah, semoga kamu bisa mencapai keinginanmu, Nak."
Anryzel sedikit merasa terharu. "Saya memang tidak membawa apapun, tapi saya memiliki sesuatu untuk dijual. Apa Nenek tau tempat penjualan barang yang lumayan berharga?"
"Nenek tidak yakin, tapi mungkin kamu bisa menjual barangnya di perusahaan Byurlin. Mereka terkenal sebagai perusahaan besar yang suka membeli item atau barang-barang berharga."
Mendengar informasi yang berharga, Anryzel bersyukur nenek tua itu memiliki banyak pengetahuan. Kebetulan dirinya sedang mencari-cari perusahaan besar semacam ini untuk dijadikan tempat pertukaran.
"Benarkah? Di mana letak perusahaan ini, Nek?"
Nenek tua itu menunjukkan arahnya, perusahaan Byurlin tampak berada di area terdalam tempat toko-toko elit dibangun. Dengan beberapa arahan dari nenek tua, Anryzel dapat menemukan keberadaan perusahaan itu menggunakan persepsi mana tingkat maksimal.
Anryzel pun berpamitan hendak melanjutkan perjalanannya menuju perusahaan Byurlin. Begitu dia melangkahkan kaki beberapa meter, dia menyadari bahwa nenek tua itu memang orang yang baik, karena setelah kepergiannya, nenek itu membantu orang lain yang kesulitan.
"Sungguh, tidak menyangka akan bertemu orang baik," tutur Anryzel dengan senyum penuh arti.
Jalan utama Kota Ceeven memang sangat ramai saat itu, Anryzel sampai kesulitan berjalan karena tertahan oleh banyaknya orang yang berlalu lalang.
"Seberapa besar pengaruh Duke Fedel hingga kedatangan putrinya bisa membuat tempat ini begitu ramai?" Anryzel bertanya-tanya.
Tidak lama setelah Anryzel menanyakan itu dalam hati, rombongan kereta kuda dengan cepat menghampiri. Mereka adalah rombongan yang besar, bendera yang terpasang di setiap kereta kuda adalah bendera yang melambangkan kekuasaan seorang duke.
"Sungguh waktu yang tidak tepat," gerutu Anryzel semakin terjebak dalam kerumunan orang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
Ari Ari
next
2021-07-31
0
Muhammad galang
membadut🗿🗿
2021-05-24
1
Einstein
pengusaha sukses umur 23 tahun, bingung mau cari uang
2021-01-10
3