Anryzel merasakan suatu stimulasi yang membangkitkan kesadarannya dari alam mimpi. Sebuah rasa sakit yang berdenyut, seakan kepalanya telah terbentur dengan sesuatu yang keras.
Ketika membuka mata, dia mendapati dirinya berada dalam kamar sederhana yang terbuat dari kayu dimana-mana. Itu mengejutkan karena sebelumnya dia berada di Limitless Realm tempat Dragon God Aszera dikalahkan.
"Dimana ... aku?" gumam Anryzel bingung.
Apakah Anryzel dipaksa log-out dari Cothenic sehingga dia kehilangan kesadaran dan merasa sakit kepala setelahnya?
Kalaupun demikian, mengapa Anryzel berada di tempat lusuh seperti ini?
Jika dia memang kehilangan kesadaran, seharusnya ada alarm pertanda bahaya yang membuat para pelayan Anryzel memeriksa dan membawanya ke rumah sakit. Tapi pada kenyataannya, dia tidak ada di rumah sakit.
Melihat ke samping kanan, ada sebuah jendela sederhana yang menampilkan pemandangan dari beberapa rumah sederhana lain. Lalu melihat ke samping kiri, Anryzel mendapati sebuah meja yang diatasnya terdapat zirah ringan dan pakaian hitam dengan beberapa corak merah.
"Ini ...?" Anryzel terkejut.
Dari penampakan pakaian itu, Anryzel dapat menduga bahwa itu adalah pakaian yang dia kenakan pada saat melawan Dragon God. Anryzel kemudian meraba-raba tubuhnya sendiri, dan dia mendapatkan kenyataan yang mengejutkan.
Gaya rambut, warna kulit, dan bentuk tubuh, semua sama dengan ciri fisik karakter Anryzel Dirvaren dalam Cothenic. Tidak ada satupun tanda-tanda bahwa tubuhnya saat ini adalah tubuhnya di dunia nyata.
"Jangan bilang ...? Tidak, aku harus memastikannya dulu."
Anryzel mencoba menggerakan sistem game dan memanggilnya beberapa kali. Tapi usaha Anryzel terbukti sia-sia dengan tidak munculnya sistem itu. Alhasil, Anryzel hanya bisa menduga untuk sementara bahwa ini adalah kasus yang tidak masuk akal.
"Dunia lain ... aku tidak percaya ini." Anryzel menggelengkan kepala.
Untuk membuktikan apakah ini adalah dunia lain, Anryzel harus memastikan dengan mata kepalanya sendiri. Dia kemudian bangkit, dan kembali mengenakan pakaian yang berada di atas meja satu per satu.
"Aku harus memastikan dulu, baru setelahnya berpikir lagi."
Setelah Anryzel mengenakan pakaiannya dengan sempurna, tiba-tiba pintu kamar sederhana itu bersuara dan terbuka.
Sosok perempuan muda berambut pirang dengan pupil mata biru yang terlihat berusia 20-an muncul dari balik pintu. Anryzel terkejut karena kedatangannya, secara refleks bergerak ke arah belakang perempuan itu dan menodongkan tangan ke arah lehernya.
"Siapa kau?" ucap Anryzel mengancam.
Perempuan itu juga sepertinya terkejut, dan tidak mampu melihat pergerakan Anryzel yang sangat cepat. Sesaat dia melamun dengan mata yang kosong, tetapi tidak butuh waktu lama dia kemudian tersenyum canggung.
"E-em ... permisi? Apa ini sikap dari seorang yang telah menerima pertolongan?" ucapnya pelan.
"Pertolongan ...?" tanya Anryzel dengan pelan.
Apakah Anryzel telah ditolong oleh perempuan ini? Tidak, terlepas dari apakah itu benar atau tidak, Anryzel seharusnya tidak bersikap seperti ini. Bagaimana jika perempuan ini benar-benar penolongnya?
Anryzel segera melepaskan perempuan itu, lalu bergerak sedikit menjauh dan menjaga jarak yang aman.
"Kau adalah penolongku?" tanya Anryzel mempertegas, namun tidak menurunkan sedikitpun kewaspadaan.
Perempuan itu menghela napas panjang, kemudian bergerak dan duduk di atas kasur dimana Anryzel sebelumnya terbaring.
"Iya ... mari bicarakan ini dengan seksama. Kau pasti kebingungan bukan?"
Sikapnya tenang dan perkataannya lembut, membuat Anryzel menduga bahwa sosok perempuan ini bukanlah perempuan biasa. Namun apa yang dikatakannya memang sangat masuk akal, Anryzel sedang kebingungan saat ini.
Anryzel ikut menghela napas. "Kau benar, maafkan sikapku yang kasar."
"Tidak apa-apa, wajar saja kau bersikap seperti itu. Ngomong-ngomong, siapa namamu?"
"Aku? Aku ..." Anryzel terdiam sesaat.
Dia bertanya-tanya, apakah tidak masalah untuk mengatakan semuanya dengan jujur?
"Kenapa ...?" tanya perempuan itu bingung.
Anryzel akhirnya menarik kesimpulan untuk sedikit memanipulasi cerita. Di samping mencegah hal-hal buruk untuk terjadi, itu juga dilakukan agar dia bisa menelaah sikap perempuan itu.
"Tidak, hanya saja ... ingatanku masih terasa samar dan tidak jelas."
Perempuan itu memiringkan kepala, menampilkan kecemasan dan berkata dengan perasaan iba, "Apa kau hilang ingatan?"
"Mungkin? Ingatanku terasa acak dan samar, bahkan aku tidak mengingat darimana aku berasal. Ah, hanya ada potongan ingatan tentang seorang wanita yang memanggilku dengan nama 'Anryzel Dirvaren'."
"Hanya itu?" tanya perempuan itu kembali.
"Ya, aku tidak mengingat yang lain. Kepalaku terasa sakit ketika mencoba mengingatnya." Anryzel memegang kepala untuk berpura-pura.
"Ahh--" Perempuan itu menghela napas kembali.
Melihat tingkah lakunya, Anryzel sedikit merasa bimbang, apakah kebohongannya telah diketahui?
"--pasti sulit bagimu," sambung perempuan itu.
"Sulit?" Anryzel kehabisan kata-kata.
Dia benar-benar tidak menduga perempuan itu akan berkata 'sulit' dengan berbagai macam alasan.
"Ya ... pasti sulit untuk melupakan ingatan yang telah kita bangun selama hidup. Walaupun, aku tidak tahu apakah ingatanmu itu berisi hal-hal indah atau hal-hal buruk, tapi terlepas dari semuanya, ingatan adalah hal yang berharga."
Perempuan itu menatap keluar jendela. Tatapannya terasa begitu tenang, seolah dia merasakan kesedihan yang amat mendalam. Tapi tak lama, dia berbalik kembali pada Anryzel dengan wajah yang tersenyum ceria.
"Hehehe, lupakan perkataanku yang tidak jelas barusan. Bagaimana aku harus memanggilmu?"
"Mungkin ... kau bisa memanggilku Anryzel. Itu terasa cukup baik di dengar."
"Baiklah, Anryzel. Namaku adalah Nivania, Nivania Zournac. Aku seorang dokter desa yang kebetulan menemukanmu di hutan sebelah timur dalam kondisi tak sadarkan diri."
Percakapan itu terus berlanjut dengan Nivania yang menjelaskan bahwa dia menemukan Anryzel dalam keadaan tak sadarkan diri ketika mencari tanaman herbal di hutan sebelah timur bersama dengan beberapa penduduk desa.
Pada saat itu, Nivania bersama dengan penduduk desa berpikir bahwa Anryzel adalah penjahat yang berpura-pura tak sadarkan diri. Namun ketika melihat pakaian, dan kondisi Anryzel yang sebenarnya, mereka mulai berubah pikiran.
Anryzel terlihat seperti seorang ksatria ketika dilihat dari pakaian. Dia juga tidak terlihat seperti sedang berpura-pura tak sadarkan diri. Maka dari itu, Nivania secara berhati-hati mendekati, dan memeriksanya sebelum akhirnya membawanya ke desa.
Tempat dimana Anryzel berada saat ini bernama desa Giru dan berada di Kerajaan Aulzania. Tepatnya Kerajaan Aulzania itu ada di benua Zachen, satu dari sembilan benua yang ada di dunia.
Ketika mendengar nama "Zachen" Anryzel teringat pada nama benua manusia dalam Cothenic yang terdengar persis. Membuat dia berpikir apakah ini adalah dunia Cothenic tapi dalam versi yang nyata?
"Kau yakin benua ini bernama Zachen?"
"Eh, dari sekian banyak hal, ini yang kau ragukan?" tatap Nivania dengan mata heran.
"Ya, aku merasa nama ini sudah tidak asing lagi," balas Anryzel mantap.
"Um, aku tidak mengerti denganmu. Benua ini memang memiliki nama Zachen. Lagipula, jika kau berasal dari benua ini maka wajar jika nama ini sudah kau kenal bukan?"
"Begitu ... memang masuk akal." Anryzel mengangguk penuh keseriusan.
Namun ada satu hal yang tidak diketahui Nivania, bahwa sesungguhnya Anryzel bukanlah dari benua Zachen ini. Dia adalah manusia yang berasal dari dunia lain, Bumi!
"Oh! Aku hampir lupa." Nivania bangkit seakan teringat sesuatu. "Maaf ya, tapi hari sudah mulai gelap dan aku harus menyiapkan makan malam."
Nivania tersenyum sesaat, lantas bergerak mendekati pintu untuk keluar. Anryzel yang masih merasa sedikit penasaran akan satu hal segera memanggil Nivania dan menghentikannya.
"Tunggu, ada satu hal yang ingin kutanyakan."
Nivania memutar kepalanya perlahan. "Um, apa yang ingin kau tanyakan?"
Anryzel berpikir untuk memilih kata yang tepat. "Mengapa kau memilih untuk menyelamatkanku? Alasanmu sebelumnya, sama sekali tidak menjamin kalau aku bukan orang yang jahat."
Nivania terdiam, menatap pada Anryzel sambil memikirkan sebuah jawaban. Dia kemudian tertawa kecil, dan berkata seolah dirinya pun bertanya-tanya.
"Um ... entahlah, sepertinya instingku mengatakan kau adalah orang yang baik?"
Nivania tersenyum, sebelum akhirnya keluar dari kamar dan menutup pintu. Meninggalkan Anryzel yang masih dalam keadaan bingung.
....
Catatan Author:
Chapter Ini Hasil Revisi. Dari chapter 10 - seterusnya belum direvisi, jadi pasti berbeda. Mulailah dari Chapter 10 agar tidak terlalu bingung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
Anryzel D. Bolonikov
"selamatkan lah orang orang yang harus kau selamatkan dari kegelapan dunia... kalo ga percaya tanya aja ama pak haji"
2023-05-15
0
🍂🍁🍁ᴬᴴᴹᴬᴰ 🥀
Setelah di baca kembali kok terasa berubah, ternyata sudah di revisi 🤣
2022-08-20
1
∆§Trockz§∆
diselametin karna goodloking🗿
2022-04-04
1