Pukul 05.30..
Citra mengeliat dan membuka matanya. Citra duduk dan berjalan keluar kamarnya menatap kamar Riko dengan wajah bantalnya...
"Apa dia belum bangun..." gumamnya sambil menggaruk kepalanya lalu kembali masuk ke kamarnya untuk mandi.
Setelah berpakaian Citra segera bergegas menuju dapur.
Tiba di dapur Citra membuka kulkas dan sadar tidak ada apa-apa yang bisa dimasak.
Citra kemudian mengambil buah apel dan susu.
"Punya duit banyak, tapi ngga bisa beli bahan-bahan makanan, apaan cobaa, apa aku harus masak es batu, biar meleleh, hahahaa." gumam Citra sambil menuang susu di gelas.
Tiba-tiba Riko datang dan membuka kulkas, membuat Citra kaget dan menggigit bibir bawahnya sambil melirik Riko.
'gawat,, apa tadi dia denger apa yang aku bilang.' batin Citra sambil sesekali melirik Riko.
Riko hanya minum air, karna dia habis olahraga, setelah minum dia meninggalkan dapur tanpa melihat Citra.
"Dasar es batu, dia ngga liat apa ada orang disini." gumam Citra kesal sambil berjalan ke ruang tamu dan membawa susu dan buahnya.
Riko kembali di kamarnya dan mengambil kertas beserta pulpen lalu kembali turun ke bawah. Dan duduk di samping Citra yang sedang menonton tv. Riko lalu menyodorkan kertas ke arah Citra.
"Kertas ini buat apa kak?" tanya Citra melihat kertas itu di atas meja depannya.
"Menurut kamu.." ucap Riko datar.
"Citra ngga tau..." ucap Citra setengah berfikir.
"Oooohhh,, Citra tau, ini buat catat bahan-bahan belanjaan kan kak." ucap Citra menatap Riko sambil tersenyum.
Riko menatap Citra sambil mengerutkan dahinya dan menghela nafasnya dengan kasar.
"Kita bikin perjanjian, dan kamu catat semua isi perjanjian itu di kertas itu." ucap Riko datar.
"Perjanjian, perjanjian apa kak?" tanya Citra bingung.
Riko menghela nafasnya kasar dan melipat kedua tangannya di dadanya lalu menjelaskannya ke Citra.
"Apa kamu terima perjodohan ini?" tanya Riko ke Citra dan Citra mengangguk.
"Kalau memang kamu terima, kenapa waktu papa kamu sama papa aku menetapkan pernikahan kita kamu protes." ucap Riko bingung.
"Yaahh,, itu karena pernikahan kita terlalu cepat, Citra kan masih muda, Citra masih ingin mengejar impian, Citra pengen kuliah dan masih banyak hal yang ingin Citra nikmati di masa remaja Citra." ucap Citra.
"Ya udah, aku juga sama." ucap Riko dingin.
"Kalau sama kenapa kak Riko juga menerima perjodohan ini?" tanya Citra menatap Riko dengan tatapan bingung.
"Aku bukannya menerima, waktu itu situsinya berbeda, papa lagi sakit, jadi ngga mungkin aku membuat papa aku tambah sakit, dengan menolak permintaan dia." ucap Riko.
"Terus gimana sekarang?" tanya Citra bingung.
"Kamu tulis semua isi perjanjian kita di kertas itu, dan aku menulis di kertas ini." ucap Riko menunjukkan kertasnya.
"Ok.." ucap Citra menyetujui.
Mereka kemudian menulis isi perjanjian di kertas mereka masing-masing.
Setelah beberapa menit mereka selesai menulis. Citra membaca kertas perjanjian Riko.
Gak boleh ada yang tau tentang pernikahan kita kecuali orang tua kita. "okkk.." ucap Citra menyetujui.
Lakukan pekerjaan rumah, menyapu, mengepel, menyiapkan sarapan dan makan malam. Citra mengangguk tanda setuju.
"ahh 1 lagi, kalau mencuci pakaian menggunakan tangan." tambah Riko. Citra hanya menatap Riko sinis.
Kalau kita bertemu atau berpapasan di luar, seolah-olah ngga kenal. melirik Riko.
Tidak terlibat urusan pribadi satu sama lain. "okk..." Citra menyetujui.
Kalau Papa aku udah sembuh, aku akan melepaskan kamu.
'melepaskan, maksudnya aku di cerein, aku janda dong..' batin Citra. Riko menatap Citra bingung.
"Ngga usah ngomong sama arwah, kalau ada yang salah ngomong." ucap Riko datar.
"Poin ke-5 kak Riko mau melepaskan Citra, itu maksudnya mau cerein Citra." ucap Citra.
"hemmm..." Riko mengangguk.
"Bukannya itu yang kamu harapin, pengen bebas dan menikmati usia remaja kamu." ucap Riko mantap..
"Sekarang giliran aku.." ucap Riko sambil menatap kertas perjanjian Citra sambil mengerutkan keningnya.
Harus saling sapa kalau berada di rumah.. "ini maksudnya apa.." ucap Riko menatap Citra bingung.
"Citra juga manusia kak, bukan hewan yang di cuekin setiap hari, ngga dianggap." ucap Citra kesel.
Riko hanya menghela nafasnya kasar lalu melanjutkan.
Tidak ada kontak fisik.
"Ngga akan terjadi." ucap Riko datar.
"Bisa aja kan kak, di rumah ini hanya kita berdua. laki-laki dan perempuan, itu bisa saja terjadi. kecuali kalau kak Riko ngga normal." ucap Citra santai dan membuat Riko menatapnya tajam yang membuat Citra tertunduk tak berdaya.
"Kamu tenang saja, aku akan melepaskan kamu dalam keadaan suci dan masih tersegel." ucap Riko datar.
Citra mendengar perkataan Riko langsung tersenyum manis di hadapan Riko.
Riko yang menatap senyuman Citra langsung salting, tapi berusaha mempertahankan wajah dinginnya. lalu kembali melanjutkannya.
Citra langsung cemberut melihat Riko yang tidak ada reaksi sama sekali.
'dasar es batu.' batin Citra.
Selalu memenuhi kebutuhan Citra.
"Kebutuhan apa maksud kamu?" tanya Riko bingung.
"Yahh, kebutuhan lahiriyah, bukan batiniyah.." ucap Citra salting.
"Yahh, kan selama kak Riko belum melepas Citra, Citra masih istri kak Riko, Citra tanggung jawab kak Riko, jadi semua kebutuhan Citra harus di penuhi sama kak Riko." ucap Citra berhati-hati dengan ucapannya.
"Okkk,, emang apa permintaan kamu?" tanya Riko menatap Citra.
"Citra mau kuliah kak,, yahh kan kalau misalnya nanti kak Riko melepas Citra, masa depan Citra jadi suram. setidaknya kalau Citra kuliah, Citra punya bekal di masa depan kalau misalnya kak Riko melepaskan Citra." ucap Citra sambil tertunduk.
"Kamu ngga usah pikirin itu,, semuanya sudah aku urus." ucap Riko.
Citra kaget dan langsung mengangkat wajahnya.
"Kapan?" tanya Citra.
"Sehari setelah perjodohan." ucap Riko santai.
"Kok Citra ngga tau." ucap Citra bingung.
"Ya iyalah kamu ngga tau, orang papa kamu yang nyuruh aku." ucap Riko.
Setelah itu mereka menandatangani perjanjian tersebut dan berjabat tangan tanda sepakat.
Riko kemudian beranjak meninggalkan ruang tamu, karna dia harus bersiap untuk ke kantornya.
Citra menatap Riko yang sudah menaiki tangga.
"Tapi, kak aku kuliah dimana?" ucap Citra meneriaki Riko.
"Di kampus aku..." ucap Riko berteriak juga.
Citra kaget mendengar ucapan Riko, seketika mulutnya menganga karna ngga percaya.
"ya ampun bagaimana jadinya nanti kalau aku 1 kampus sama kak Riko, pasti nanti kita sering ketemu, sementara isi perjanjian itu mengatakan kita ngga saling kenal kalau lagi di luar." gumam Citra.
"aahhh bodo ahh,, yang penting aku kuliah, untuk bekal masa depan aku." ucap Citra lalu kembali meminum susunya.
"apa dia serius mau melepaskan aku, gimana nanti papa Indra sama papa aku. apa semuanya akan baik-baik saja." gumam Citra.
Citra masih sibuk dengan pikirannya. sementara Riko sudah bersiap untuk ke kantornya.
"Kak Riko mau ke kantor." ucap Citra.
"Hmmm." ucap Riko tanpa melihat Citra.
"Citra masih punya permintaan yang harus kak Riko turuti." ucap Citra.
Riko mengerutkan dahinya menatap Citra.
'merepotkan banget sih.' batin Riko.
"apaa.." jawab Riko datar.
"Isi kulkas kosong, ngga ada apapun yang bisa dimasak, beras juga habis kak." Ucap Citra sambil menunjuk ke arah kulkas.
Menghela nafas dengan kasar.
"Nanti aku telfon supir papa untuk mengantar kamu belanja." ucap Riko datar lalu meninggalkan Citra.
Citra kembali duduk dan menonton tv. Tiba-tiba Citra menyadari kalau Riko belum memberikan dia uang belanjaan. Citra segera berlari mengejar. Riko keluar rumah, tapi Citra terlambat Riko sudah mengemudikan mobilnya.
"Aku yang plimplan atau dia sih." gumam Citra lalu kembali menghabiskan sarapannya.
Kantor
Riko tiba di kantornya dan segera masuk ke dalam ruangannya.
"Selamat pagi pak." sapa Silfa sekretaris Riko.
Riko yang cuek bebek, hanya melirik Silfa lalu masuk ke dalam ruangnya.
Riko terlihat sibuk memeriksa setiap berkas yang ada di atas mejanya.
Tiba-tiba Romi masuk ke dalam ruangan Riko dan duduk di sofa yang tersedia di ruangan Riko. Riko tidak memperdulikan Romi sama sekali.
"Ya elah,, tuh kulkas, makin dingin aja." gumam Romi menatap Riko.
"Ngapain lo kesini?" tanya Riko tiba-tiba.
"Yaah,, pertanyaan apaan tuhh,, ini kan kantor gue jg, gue kerja disini. Gue kesini buat kerja lah..." ucap Romi.
"Maksud gue, ngapain lo ke ruangan gue." ucap Riko masih sibuk memeriksa berkasnya.
"Oohh iya Rik gue lupa,, tujuan gue kesini ingin menagih utang." ucap Romi sedikit kesal.
"Utang... apa gaji lo belum di bayar bulan ini?" ucap Riko lalu menelfon sekretarisnya.
"Halo pak.." jawab sekretarisnya.
"Apa kamu belum mentransfer gaji Romi?" tanya Riko.
"Udah kok pak,, semua gaji karyawan sudah di transfer bulan ini." jawab sekretarisnya.
Riko melirik Romi, Romi membuang muka.
"Dasar es batu, plimplan banget sihh.." gumam Romi.
"Terus maksud lo apa sih Rom,, jangan bercanda deh, gue sibuk." ucap Riko menatap Romi..
"Loo utang penjelasan ke gue, tentang pak Bramantyo." ucap Romi menghampiri meja kerja Riko dan duduk didepan mejanya.
"Bukan apa-apa dia sahabat papa, Papa nyuruh aku untuk mencari dia selama gue di Bandung." ucap Riko dengan nada datarnya.
"Itu aja Rik,, bukannya waktu itu lo bilang kalau ceritanya panjang." protes Romi ngga puas.
"Gue singkat biar pendek." ucap Riko datar.
"Yakinn,, ngga ada yang lo skip." ucap Romi curiga.
"Iyaa.." masih sabar.
"Beneran,," ucap Romi menatap wajah berusaha menyelidiki perubahan ekspresi di wajah datar Riko. Riko langsung menatap Romi dengan tatapan membunuh..
Romi langsung Ciut tertunduk.
'Aduhh,, kenapa gue bangunin singa tidur sihh...' batin Romi.
"Okk,, sekarang gue balik ke ruangan gue, gue ngga akan gangguin lo kerja." ucap Romi tanpa menatap Riko lalu beranjak meninggalkan ruangan Riko.
Riko hanya menatap Romi keluar dari ruangannya.
Rumah Riko
Pak Cecep tiba di rumah Riko, sementara Citra sedang membersihkan rumah..
ting.. tong..
Citra segera membuka pintu. Citra menatap orang itu.
"Cari siapa pak?" tanya Citra.
"Maaf non, saya pak Cecep supir bapak Indra, tadi saya di telfon sama den Riko, untuk menemani non Citra belanja." jawab Pak Cecep.
"Ahhh,, tunggu bentar yah pak,, Citra ganti baju dulu." ucap Citra lalu berlari menuju kamarnya.
Pak Cecep menunggu Citra di dalam mobil, tak lama kemudian Citra pun keluar dari rumah menuju mobil.
Pak Cecep menatap Citra kagum dari dalam mobil.
'Pantasan aja den Riko ngga menolak menikah dengan non Citra, non Citra cantik banget.' batin pak Cecep.
"Pak,, kok bengong sihh,, kita berangkat sekarang." ucap Citra yang sudah di dalam mobil dan mengagetkan pak Cecep.
"Baik non." ucap pak Cecep lalu melajukan mobil meninggalkan rumah Riko.
Kantor
Riko menelfon sekretarisnya dan menyuruhnya masuk ke dalam ruangannya.
"Ada apa pak?" tanya Silfa.
"Siapa yang harus saya temui hari ini?" tanya Riko dengan wajah datarnya.
"Hari ini jadwal pak Riko sangat padat, makan siang nanti pak Riko akan bertemu dengan klien bapak, pak Hong Li dari Cina.
setelah itu kita bertemu dengan pak Aefar dari Jerman.
Jam 4 sore nanti bapak bertemu dengan mitra bisnis bapak Abellard dari Prancis.
Dan malam nanti kita ada rapat di hotel RickRack dengan mitra bisnis kita dari Amerika mengenai kerja sama antara perusahaan teknologi kita yang di Amerika pak." ucap Silfa menjelaskan.
Riko lalu menghela nafasnya kasar dan melonggarkan dasinya, yang membuat Silfa terpesona melihat Riko yang seksi.
"Kamu boleh keluar, dan panggilkan Romi. suruh dia ke ruangan saya." ucap Riko tanpa melihat Silfa.
"Baik pak." ucap Silfa masih menatap Riko lalu meninggalkan ruangan Riko.
'Ya ampun pak Riko itu ganteng banget sihhh.' gumam Silfa sambil berjalan menuju ruangan Romi.
Tok..to..tokk. ceklekkk..
Silfa mengetuk pintu ruangan Romi dan membukanya. Romi menatap ke arah pintu dan melihat Silfa berdiri disana.
"Ada apa?" tanya Romi.
"Lo dipanggil pak Riko ke ruangannya sekarang." jawab Silfa lalu kembali keruangannya.
'Ngapain dia manggil gue ke ruangannya, belum cukup dia marahin gue melalui tatapan dinginnya itu.' gumam Romi sambil menuju ruangan Riko.
Skiippp.
"Kita sudah sampai non." ucap pak Cecep memberhentikan mobilnya di supermarket.
Citra menurunkan kaca jendela mobil lalu melihat keluar.
"Kita ngapain kesini pak?" tanya Citra.
"Loh bukannya non Citra mau belanja." ucap pak Cecep heran.
"Ngga usah disini pak,, kita ke pasar tradisional aja, disini mahal." ucap Citra.
"Tapi,, tadi den Riko menyuruhnya disini non." ucap pak Cecep.
"Aduhh pak,, ngga usah dengerin kak Riko, yang belanja kan Citra bukan kak Riko.. udah kita ke pasar tradisional aja pak." ucap Citra.
"Tapi kan, di pasar becek dan panas Non." ucap pak Cecep lagi.
"Aduh pak, bukan masalah panas dan beceknya pak,, tapi di pasar tuh lebih murah ketimbang disini, lagian yah pak,, di pasar itu banyak orang yang susah mereka berdagang untuk menghidupi keluarganya. sedangkan disini selain mahal mereka jugs udah kaya pak,, sekalipun supermarket ini runtuh, mereka tetap kaya." ucap Citra yang membuat pak Cecep terkekeh.
"Hehe, baik non, kita berangkat." ucap pak Cecep lalu melajukan mobilnya.
'Wahhh, ngga salah den Riko milih istri, udah cantik berhati mulia lagi..' gumam pak Cecep menatap Citra di kaca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Aprilia Amanda
emang punya duit?😂
2022-05-22
0
Halimah
gw tunggu bucin mu riko
2021-08-02
1
Arik Kristinawati
iya thorr buat rico bucin cemburu tgkat dewa...trus ubah pjnjian tsbut mles lma2🥴🥴
2020-10-17
0