Riko dan pak Ramli tiba di rumah sakit, merekapun turun dari mobil.
Sementara ambulance yang membawa nenek mina juga sampai, segera tim medis membawa nenek mina ke ruang UGD.
Mobil pak tono juga sudah sampai di rumah sakit Nina dan Dito menghampiri Citra.
"Kak, nenek dimana kak?" tanya Nina yang masih terisak.
"Nenek udah ditanganin sama dokter dek, jadi Nina sama dito tenang yah, ngga usah nangis lagi." kata citra menenangkan nina dan dito sambil mengusap-usap pucuk kepala mereka sambil tersenyum kemudian memeluk mereka.
"Udah ngga usah nangis lagi yah, kita susul nenek ke dalam." ajak Citra lalu menggandeng tangan mereka berjalan masuk ke dalam rumah sakit.
Riko yang masih berdiri disamping mobilnya memperhatikan mereka, dengan tatapan yang bingung.
"B**ukannya dia yang tadi siang, ngapain dia disini? anak itu siapa? wanita yang sakit itu siapa? terus wanita yang hamil tadi siapa?. apa mereka keluarga?." batin Riko bertanya-tanya sambil terus menatap Citra yang sudah masuk ke dalam rumah sakit.
Pak Ramli yang terus memperhatikan Riko, Dia terus memanggil-manggilnya tapi Riko tidak mendengarnya karna melamun.
Pak Ramli kemudian mendekati Riko lalu menepuk pundak Riko.
"Pak Riko." kata pak Ramli.
"Ehh iya pak." ucap Riko kaget.
"Ayo kita masuk pak, semua sudah menunggu pak Riko." kata pak Ramli.
Riko lalu berjalan masuk ke dalam rumah sakit.
Situasi yang sama tapi tempat yang berbeda, semua mata tertuju ke Riko sejak dia melewati pintu masuk, semua terpanah dengan pesona Riko tatapannya yang dingin dan cuek semakin membuat perempuan jatuh cinta sama dia, bahkan banyak juga yang bertanya-tanya siapa dia?.
Ini pertama kalinya Riko ke Bandung untuk mengelola bisnis dan perusahaan papanya, biasanya hanya asisten pak Indra yang melakukannya, tapi sekarang papa Indra sudah mempercayai Riko.
Riko tiba di ruang rapat, salah seorang menyalami Riko.
"Selamat siang pak Riko, wah ternyata pak Riko sangat tampan secara langsung dari yang dilihat di tv dan majalah." kata orang itu.
"Terima kasih pujiannya pak." Kata Riko tersenyum.
"baik kita mulai saja Rapatnya sekarang." kata Riko lagi.
Skipp.
Semua menunggu nenek Mina di depan kamar nenek mina dengan cemas. Mereka masih menunggu dokter keluar dari ruangan tersebut.
Citra melihat jam tangannya dan sudah menunjukkan pukul 14.35, Citra lalu menghampiri pak Tono.
"Pak, bapak pulang duluan aja yah." kata Citra.
"Tapi non, nanti ibu cari non gimana?" kata pak Tono cemas.
"Bilang aja sama mama aku lagi belajar di rumah temen." kata citra.
"Tapi non." kata pak tono lagi, tali langsung di bantah oleh Citra.
"Udah pak,, bapak pulang aja yah, nanti kalau nenek mina udah sadar, aku langsung pulang deh." kata citra meyakinkan.
"Baik non, tapi..." belum sempat pak Tono menyelesaikan perkataannya, Citra langsung membalikkan badan pak tono dan mendorong pak tono dengan tangan citra di pundak pak tono.
"Udah pak, pulang aja, aku janji pulang cepet." kata citra meyakinkan pak Tono.
Pak tono yang sudah pasrah, menuruti keinginan anak majikannya itu lalu pulang.
"Baik bapak pulang non." kata pak tono lalu meninggalkan Citra.
Citra hanya tersenyum ke pak tono, Citra sebenarnya kasihan dengan pak tono yang belum istirahat dari dia jemput citra pulang sekolah dan harus mengikuti dia ke rumah sakit.
Tidak lama kemudian Dokter pun keluar dari dalam ruangan tersebut.
Citra pun segera mendekati Nina dan Dito.
"Siapa keluarga pasien?" tanya dokter itu.
"Saya dok." kata ibu Fira menghampiri dokter itu.
"Bagaimana keadaan bu mina dok?" tanya ibu Fira lagi.
"Bu Mina sudah tidak apa-apa sekarang bu, untungnya ibu mina segera dilarikan ke rumah sakit jadi kami masih bisa bertindak cepat. dan sekarang bu mina sedang istirahat." kata dokter itu yang membuat mereka tersenyum, lalu dokter itu pergi meinggalkan mereka.
Tiba-tiba Dito membisikkan sesuatu kepada Nina.
"Kak, Dito lapar kak." kata dito sambil memegang perutnya.
Citra mendengar perkataan Dito lalu berjongkok dan menatap mereka sambil tersenyum.
"memangnya Dito belum makan?" tanya citra menatap Dito, Dito menundukkan kepalanya karena malu.
"Iya kak." kata dito malu-malu.
Dito adik intan yang umurnya masih 5 tahun dan dia sangat gemuk, pipinya yang cabi membuat dia sangat lucu.
"Iya kak, kita belum makan dari tadi pagi." tambah Nina.
Citra merasa kasihan dengan mereka berdua, lalu Citra mengajak mereka berdua untuk pergi makan.
"Ya udah sekarang kita makan yah, kita akan makan makanan yang Dito mau." kata citra.
Dito yang tadinya menunduk langsung menatap citra dan tersenyum.
"Yang bener kak." kata Dito senang.
Citra yang gemes dengan Dito mencubit pipi Dito.
"Iya sayang, yuk kita berangkat." ajak citra.
Iibu ngga ikut sekalian?" tanya citra ke ibu fira.
"Ngga nak, kalian aja yang pergi, biar ibu disini jagain bu mina." kata bu fira.
"Ya udah bu, ibu mau titip apa, nanti aku beliin." tawar citra lagi.
"Apa aja nak." kata ibu fira lagi.
Lalu mereka pun pergi, Citra menggandeng tangan Nina dan Dito.
Dito yang sangat senang berjalan sambil melompat-lompat, Citra hanya tersenyum melihat tingkah Dito. Ibu Fira memperhatikan mereka dan tersenyum.
Skip..
Di ruang rapat Riko tidak fokus, dia terus teringat dengan wajah citra yang sedang marah, khawatir dan tersenyum, lalu dia tersadar dengan apa yang dia fikirkan itu.
''kenapa gue mikirin dia sih.'' batin Riko kesal.
Riko menutup matanya dan menghela nafasnya dengan kasar.
Semua orang diruangan itu terkejut dengan helaan nafas Riko.
Seseorang yang tengah mempersentasekan idenya itu tiba-tiba takut, jangan-jangan dia membuat kesalahan.
"Apa saya melakukan kesalahan pak?" tanya orang itu gugup.
Riko kemudian menyadari situasi yang terjadi "Tidak ada, silahkan lanjutkan." kata Riko datar.
Mereka kembali fokus dengan rapat tersebut, Riko sangat tampan saat dia sedang fokus.
Setelah presentase selesai, mereka kemudian mengeluarkan pendapat dan ide mereka, Riko hanya fokus memperhatikan mereka berbicara.
Setelah semua selesai, sijenius Riko yang dari tadi hanya memperhatikan mereka merangkum semua pendapat mereka di otak Riko dan menyimpulkannya.
Riko mengeluarkan pendapatnya dan pendapatnya itu menghubungkan semua ide-ide orang menjadi satu dengan kata-kata yang sangat mudah mereka pahami dengan memberikan solusi untuk meningkatkan pemasaran mereka.
Mereka yang menyaksikan terpukau dengan kejeniusannya dalam berbicara.
Mereka langsung berdiri dan bertepuk tangan.
"Pak Riko sangat hebat, kami menyetujui ide pak Riko." kata orang itu yang merupakan mitra bisnis Riko sendiri.
"Terima kasih pujiannya pak." kata Riko tersenyum.
Setelah rapat selesai Riko pun langsung keluar dari ruangan itu bersama pak Ramli.
"Selanjutnya kita kemana?" tanya Riko sambil terus berjalan keluar dari rumah sakit.
"Kita akan ke restoran pak, kita disana untuk melihat perkembangan dari omset penjualan yang tiap tahun menurun pak." kata pak Ramli menjelaskan sambil terus berjalan mengikuti Riko.
Riko yang cuek tidak memperhatikan sekelilingnya dia hanya fokus melihat kedepan sambil terus berjalan.
dia tidak menyadari ada seorang dokter cantik yang menatap dia di bagian informasi rumah sakit itu. dokter itu tersenyum sambil terus menatap Riko.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments