"Pertandingan seri. Maka akan kita adakan pertandingan tambahan lagi. Dan pertandingan kali ini akan menentukan pemenangnya." kata Sidho lalu memutar slotnya. Dan nama yang muncul adalah namaku dan Sidho.
"Lho, kau bilang yang kalah tidak boleh ikut bertanding lagi?" protes Aso
"Memang begitu peraturannya. Tapi karena nama Shin muncul, maka dia harus tetap maju. Pertandingan ini akan menentukan pemenang dari permainan ini." kata Sidho menegaskan.
"Tidak boleh! Shin, sudah terlalu banyak terluka!" kata Igarashi.
Aku maju beberapa langkah dan menepuk bahu Igarashi.
"Aku akan maju. Ini kesempatan terakhir kita." kataku pada Igarashi, Aso, dan Shika.
"Sepertinya Shido sudah merencanakan semua ini. Dia akan dengan mudah mengalahkanmu jika kondisimu seperti ini." kata Shika pelan.
Memang benar yang dikatakan Shika. Ini akan membuat peluang kemenangan yang besar untuk Sidho. Dan sangat jelas, ini akan menguntungkannya. Tapi biar bagaimanapun aku tidak akan mundur begitu saja. Aku akan maju dan melakukan yang terbaik untuk membawa Ibby kembali !! Ini adalah kesempatan terkhir kita. Aku akan berusaha!
"Apapun itu, aku akan berusaha yang terbaik." kataku mantap.
"Tapi, Shin ... " sela Igarashi yang terlihat sangat khawatir menatapku.
"Aku akan baik-baik saja, Iga!" aku memegang kedua bahunya dan tersenyum padanya. "Aku berjanji akan membawa Ibby kembali!"
Aku berjalan memasuki arena pertandingan. Kali ini aku tak boleh gagal! Aku hanya mempunyai M13, tapi aku tak mau melukai Sidho dengan pistol ini.
"Sidho, aku tau. Aku memang salah. Tetapi saat itu, perampok itu menggunakan kakekmu sebagai tameng. Dan aku tidak ..."
"Diam kau! Jangan berbicara tentang kakek didepanku! Karena itu hanya akan membuatku semakin benci padamu." kata Sidho sangat ketus. Tatapan matanya begitu tajam dan dingin.
"Sidho, aku tau sebenarnya kau baik. Tetapi kenapa kau berusaha menutupi kebaikanmu itu dengan kebencian yang tak masuk akal ini? Sidho, Kenapa kita tidak mencoba untuk berteman saja?" kataku memohon kepadanya.
"Jangan menilaiku seenakmu saja! Kau tidak tau apa-apa tentangku! Dan satu hal yang harus kau tau! Aku tak akan pernah memaafkanmu, bahkan berteman denganmu! Tidak akan pernah!" kata Sidho sambil menatapku tajam sekali.
"Sidho, aku tau kau pasti sangat membenciku. Tapi sebenarnya aku sungguh menyesal saat itu. Aku terus menyalahkan diriku sendiri saat itu. Aku juga punya seorang kakek, Sidho. Itu membuatku sedih." kataku sambil berjalan beberapa langkah ke arah Sidho.
"Sudah cukup basa-basinya! Kita sudah terlalu banyak mengobrol. Lawan aku atau kau yang akan kutendang lagi dari arena ini!"
Sidho mulai menyerangku. Dia sangat tangguh, gerakannya juga sangat cepat. Senjatanya adalah sebuah pisau kecil, jadi aku merebutnya agar dia tidak bisa melukai dan menyerangku dengan pisaunya itu.
Pertandingan kali ini berlangsung 2 jam. Lelah juga untuk mengalahkannya. Tetapi akhirnya aku berhasil memenangkan babak kali ini.
"Baik, kalian yang menang. Sekarang katakan apa permintaan kalian?" tanya Sidho yang berdiri di seberang. Dibelakangnya ada Ibby, Yama, dan Ichi.
"Aku mau kau kembalikan Ibby. Dan kita semua berteman." pintaku padanya.
"Akan kujelaskan padamu, Shin." Sidho mengambil nafas panjang dan kemudian mengeluarkannya perlahan. "Yang pertama, Ibby bergabung dan kembali padaku karena keinginannya sendiri. Yang kedua, aku tak akan mungkin bergabung dan berteman dengan kalian." Sidho menyedakepkan kedua tangannya dan tersenyum sinis padaku.
"Tapi kenapa?" tanyaku tak mengerti? Kita sudah memenangkan permainan ini. Tapi dia tidak mengabulkan permintaan kita.
"Karena kau adalah pembunuh. Dan aku tidak akan mungkin bergabung dan memaafkan seseorang yang telah membunuh kakekku. Apalagi berteman denganmu! Itu tidak akan mungkin!"
"Kau curang!" teriak Igarashi. "Itu adalah permintaan kita. Kau bilang The winner takes all. Tepati janjimu, Sidho!" Igarashi mulai emosi.
"Kau tak mau kan disebut pecundang ?!" tambah Aso. "Seorang pria harus bisa memegang ucapannya!"
"Sidho!" tiba-tiba terdengar suara seorang gadis dari arah selatan. Kita semua melihat kearah gadis itu. Terlihat seorang gadis berjalan mendekat kearah kita. Ava? Apa yang sedang dia lakukan disini?
"Apa yang kau lakukan disini, Ava?" tanyaku. Dia hanya menatapku beberapa saat lalu tersenyum.
"Tepatilah janjimu, Sidho!" kata Ava sambil menatap Sidho dalam-dalam.
"Tidak akan!" bantah Sidho kekeh.
"Aku tau kau sangat terpukul dengan kejadian itu. Tapi kau tak sendirian, Sidho. Kau masih punya teman-teman yang menyayangimu." kata Ava.
"Diam kau! Kalian tak tau perasaanku! Karena dari dulu aku tak punya orang tua!" teriak Sidho.
"Aku sama sepertimu, Sidho! Aku juga tidak punya orang tua. Aku hanya punya kakek." kataku.
"Iya, tapi kau bunuh kakekku! Satu-satunya yang aku miliki!" kali ini mata Sidho sudah memerah. Seperti ada rasa amarah yang begitu besar membakar dirinya.
"Sidho, Aku tau. Maafkan aku." kataku menyesal.
"Maaf? Kau bilang maaf?" Sidho tertawa menakutkan.
"Kita bisa mulai dari awal lagi." kataku tidak menyerah.
"Sidho, kau pernah menolongku dari preman yang hendak merampokku dulu. Aku tau, kau sebenarnya baik." kata Ava.
"Jangan berbicara seolah kau memahamiku!" sahut Sidho sangat emosi.
"Aku memahamimu, Sidho." kata Ava. "Bahwa ada kebaikan di dalam hatimu. Tapi kau menguburnya dalam-dalam sekali." Ava berjalan beberapa langkah mendekati Sidho. Reflek aku juga hendak menyusul Ava, takut Sidho akan melukainya lagi. Tapi Aso menahanku.
Sidho terdiam beberapa saat dan mengepalkan tangannya.
"Sidho, mari kita berteman kembali. Berteman yang sebenarnya. Berteman dengan tulus dan saling melindungi." pinta Ava yang sudah berada kira-kira 3 meter di depan Sidho.
"Baiklah!" sahut Sidho. "Tapi jika kalian berhasil keluar dari tempat ini." Sidho tersenyum misterius.
"Kalau kita berhasil keluar dari tempat ini, maka kau akan mengembalikan Ibby dan kalian akan bergabung dengan kita?" tanya Igarashi sedikit lega.
"Aku akan mempertimbangkannya lagi." kata Sidho dengan senyum misteriusnya.
"Oh, Tenang saja ..." Igarashi tertawa kecil. "Kita tinggal keluar lewat pintu masuk tadi." dia berbalik dan berjalan mencari pintu masuk yang kita lewati tadi. "Eh.. Tapi mana pintu masuk tadi? Bukannya tadi ada disini? Lho, Apa yang terjadi? Pintunya kenapa menghilang begitu saja?" kata Igarashi sangat kebingungan.
"Good luck!" Sidho berkata lalu masuk ke dalam lift diikuti Ibby, Yama, dan Ichi.
Aku menatap sekeliling tempat ini. Dan ternyata memang pintu masuk tadi menghilang begitu saja. Sebenarnya apa yang sedang terjadi ?
"Lho, Kok bisa hilang sih? Padahal aku sangat yakin tadi ada disini." Igarashi masih terus mencari pintu masuk tadi.
"Kita cari jalan lain!" kata Shika mengusulkan.
"Kita tetap bersama! Jangan sampai terpisah!" kataku, tapi tiba-tiba aku terhuyung hendak terjatuh. Tapi Aso dan Igarashi dengan cepat menangkapku. Mereka berjalan memapahku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Rindi Zie ⍣⃝కꫝ 🎸
yah klo udah tertutup mata hatinya oleh dendam dan gengsi mau gimana lagi mengaku kalah pun malu jadinya. mengurung shin dan para sahabatnya dengan ilusi ,,, semoga mereka bisa lepas dari ilusi nya sidho ya
2022-07-12
1
✪⃟𝔄ʀ ησƒяιтα 🅾︎🅵︎🅵 ⍣⃝కꫝ🎸
egois sekali shido,apa bedanya meninggal kakek kamu dan taro.semuanya sama² kecelakaan
2022-06-05
1
Rima Azah Nur Laili
sidho bisa bikin ilusi.waaaah...pasti dia salah satu anggota akatsuki...apa dia itachi yg menyamar...
2021-12-15
2