Darren dikejutkan dengan kedatangan Safiye di ruangannya yang letaknya ada di dekat tangga menuju ke lantai dua.
"Tuan putri!" Darren Menunduk hormat, berusaha agar tak terlihat kikuk. Bagaimana pun Darren dan Safiye dulu pernah menjalin kasih secara diam-diam. Walaupun Darren usianya 1 tahun lebih mudah dari Safiye namun kisah mereka dulu begitu manis sampai akhirnya Safiye harus dijodohkan dengan suaminya saat ini. Darren membunuh semua rasa cinta yang ia miliki untuk Safiye. Ia tahu bahwa tak mungkin baginya untuk bersama Safiye. Kisah mereka hanyalah sebuah petualangan bagi pengacara kerajaan itu.
"Darren, aku ingin tahu siapa pacar adikku di London."
"Pacar?' Darren pura-pura terkejut.
"Aku mendengar tadi saat ia berbicara dengan Naysilla."
"Oh..., itu hanya pacar-pacar biasa, tuan putri. Tak ada yang istimewa."
Safiye mendekat. "Ingat Darren, tugasmu adalah menjaga adikku agar ia tak salah memilih pasangan."
"Tuan putri, pangeran bukan putra mahkota kan? Tak ada ketentuan baginya untuk menikah dengan sesama kaum bangsawan."
"Naysilla adalah gadis yang baik. Aku sendiri yang meminta pada mamaku untuk menjodohkan Aithan dengan Nay. Tugasmu adalah memastikan semua hadis yang dekat dengan Aithan hanya sekedar teman kencan biasa karena Naysilla sudah dipersiapkan Aithan." Kata Safiye terdengar agak keras dan penuh tekanan.
Darren hanya bisa mengangguk. Safiye sudah sangat berbeda sekarang. Ia sudah melupakan kalau dulu pernah menjadikan Darren sebagai kekasih gelapnya selama 1 tahun lebih. Mereka bahkan sama-sama kehilangan Keperjakaan dan keperawanan saat hubungan manis itu berlangsung.
Safiye meninggalkan ruang kerja Darren tanpa berkata apa-apa lagi. Darren hanya bisa menarik napas panjang. Ia tahu kalau ia sudah berbohong pada Safiye namun bagaimana pun Darren lebih menyayangi hubungan persahabatannya dengan Aithan ketimbang Safiye yang justru telah menoreh luka di hatinya.
**********
Pesta ulang tahun raja Albert dirayakan di seluruh kerajaan. Hari itu dinyatakan sebagai hari libur. Sejak jam 9 pagi, seluruh stasiun TV sudah menyiarkan siaran langsung kemeriahan pesta ulang tahun itu. Raja mengundang seluruh menteri dan duta besar yang ada untuk makan siang bersama. Sedangkan malam harinya perayaan bersama dengan seluruh rakyat di alun-alun kota.
Aithan seperti biasa, hanya duduk menjauh, tak mau tampil di depan publik. Ia lebih memilik chat dengan Argani yang sementara bebas tugas karena tak ada pasien yang gawat.
"Aithan, tak ikut gabung menari dengan yang lain?" tanya Naysilla saat mendekati cowok itu yang hanya duduk saja. Mereka sedang ada di alun-alun kota.
"Nggak mau terlalu capek saja. Besok sore kan aku harus kembali ke camp musim dingin."
"Atau sengaja menghindari kamera?"
"Itu adalah alasan utamanya."
"Kenapa?"
"Aku masih suka jalan-jalan bebas tanpa ada yang tahu siapa aku yang sebenarnya. Makanya kalau ada di sini, aku sisiran rapih, namun jika di kampus aku tampil apa adanya. Berbaur dengan semua kalangan."
Naysilla tersenyum. Kekagumannya kepada Aithan semakin bertambah. Dalam hati gadis itu bertekad untuk terus mendekati keluarga kerajaan ini. Aithan satu-satunya lelaki yang tak menunjukan rasa ketertarikannya pada Naysilla. Sementara para pria di luar sana, begitu banyak mengantri hanya untuk mendapatkan perhatian dari Naysilla. Ia jadi tertantang untuk menaklukan pria ini.
**********
Hari ini terjadi badai salju yang cukup lama. Argani yang awalnya selesai tugas jaga pada jam 5 sore, memilih untuk meneruskan tugas jaganya di IGD saat beberapa dokter tak bisa datang karena terjebak badai.
"Terima kasih karena kau masih di sini, Argani." Ujar dokter Rian, seorang dokter muda yang sementara mengambil spesialis jantungnya.
"Mau pulang juga, takutnya terjebak badai. Lebih baik di sini saja."
Dokter Rian tersenyum sambil mengangguk. Ia sudah mendengar beberapa pujian dari para dokter senior mengenai Argani. Apalagi dokter Merry. Ia sangat suka dengan Argani bahkan pernah bercanda. "Andai saja aku punya anak cowok seumuran dirimu, aku pasti sudah menjodohkan kalian."
Argani hanya tertawa saat mendengar itu. Anak dokter Merry yang berjumlah tiga orang itu, semuanya perempuan. Yang tertua sementara menjalani masa koas untuk menjadi dokter.
Tak lama kemudian, datanglah pasien yang terkena serangan jantung. Seorang pria berusia sekitar 70 tahun. Dengan cepat Argani langsung membantu dokter Rian dalam menanganinya. Dokter muda itu bahkan tak perlu memerintahkan apa yang harus Argani lakukan, gadis itu sudah tahu bagaimana prosedur awal menghadapi pasien yang terkena serangan jantung.
Saat dokter Eka, sang ahli jantung datang, ia terkejut melihat semuanya sudah bisa ditangani.
"Terima kasih dokter Rian. Kau sudah melakukan semuanya dengan baik." Puji dokter Eka.
"Sebenarnya Argani yang sudah melakukannya dengan baik. Tadi aku masih di toilet saat pasien ini baru dibawah." Dokter Rian menunjuk pada Argani yang sedang mencatat di pasien.
Dokter Eka menatap Argani dengan penuh kekaguman. Ia bangga dengan keberanian dan kepintaran gadis itu.
Keluarga sang pasien masuk. Rupanya mereka bukan orang Inggris melainkan orang Cina.
Dokter Rian nampak kesulitan menjelaskan karena ternyata wanita yang bersamanya itu tidak terlalu fasih berbahasa Inggris.
Argani langsung mendekat. "Wǒ néng tígōng bāngzhù ma? (Ada yang dapat ku bantu?)"
Perempuan yang berusia sekitar 50 tahun itu tersenyum senang. Ia menjelaskan kalau pria itu adalah bangsawan asal Cina yang akan menghadiri sebuah acara, namun dalam perjalanan dari hotel ke tempat pelaksanaan acara, ia mendapat serangan jantung dan akhirnya dilarikan ke rumah sakit ini. Perempuan itu adalah pelayan pribadinya.
"Kamu bisa bahasa Cina?" tanya dokter Rian.
"Mamaku dulu pernah tinggal di Cina selama 5 tahun. Aku bahkan dilahirkan di sana. Mama yang mengajari aku bahasa Cina. Katanya hanya sebagai penambah ilmu pengetahuan saja. Siapa sangka bisa berguna saat ini."
Dokter Rian semakin kagum dengan Argani. Ada sesuatu yang muncul dalam hatinya, suatu rasa kagum yang berubah menjadi rasa ingin semakin dekat. Apakah dia sudah punya pacar?
**********
Selama 2 minggu pasien yang terkena serangan jantung itu dirawat di rumah sakit ini. Namanya tuan Chung Jingmi. Lelaki tua itu merasa sangat berterima kasih pada Argani karena sudah menolongnya, bahkan ia meminta Argani secara khusus untuk merawatnya selama dia ada di rumah sakit itu.
Selama ia dirawat beberapa keluarganya juga datang. Mereka terlihat sebagai orang-orwng penting.
Tibalah waktunya bagi tuan Chung untuk pulang. Argani mengantarnya sampai di lobby rumah sakit.
"Tiba dengan selamat di Sanghai." ujar Argani.
Chung Jingmi menatap Argani. "Xièxiè nǐ. Nǐ hěn piàoliang, yīshēng.(Terima kasih, kau sangat cantik, dokter)."
Argani terkekeh. "Aku belum menjadi dokter."
"Kau akan menjadi dokter yang hebat." ujar tuan Chung. Ia kemudian masuk ke dalam mobilnya. Argani membantu menutup pintunya. Saat mobil itu pergi, perempuan yang menjadi asistennya mendekati Argani.
"Ada sesuatu yang tuan Chung berikan untuk anda, nona dokter." Ia menyerahkan sebuah amplop besar berwarna coklat. Lalu ia masuk ke dalam mobilnya dan segera pergi. Argani tak sempat berkata apa-apa. Ia membuka amplop coklat itu dan hampir berteriak kaget saat isinya yaitu sejumlah uang yang sangat banyak dalam mata uang dolar Amerika.
Argani menatap mobil asisten tuan Chung yang sudah tak kelihatan lagi. Gadis itu merasa uang itu sangat banyak. Ia tak pantas untuk menerimanya.
"Argani.....!" panggil dokter Rian.
Argani menoleh ke arah sumber suara itu. "Dokter."
"Pasien khususnya sudah pergi?" tanya Rian.
"Iya."
"Kau akan pulang sekarang?"
"Iya. Aku mau tidur dulu. 2 Minggu tidur di rumah sakit membuatku rindu dengan kamar asramaku."
"Mau pulang bersama? Kebetulan aku juga mau pulang. Kita satu arah kan?"
Argani akhirnya mengangguk setuju. Ia.memang agak lelah dan sedikit bingung dengan sejumlah uang yang sangat banyak ini. Ia mengambil tasnya sebentar dan pergi dengan dokter Rian.
Saat mereka tiba di depan asrama, dokter Rian turun dengan cepat dan membukakan pintu bagi Argani.
"Dokter, aku kan bisa turun sendiri." protes Argani.
"Kau istimewa. Makanya harus diperlakukan juga dengan istimewa."
Deg! Argani merasakan kalau jantungnya berdetak dengan sangat cepat. Ia dapat merasakan ada maksud lain dari perkataan dokter Rian.
"Terima kasih, dok." Argani menunduk hormat. Bagaimana pun dokter Rian adalah anak dari salah satu keluarga dokter yang terkenal di London ini.
"Kalau kamu sudah beristirahat, aku ingin mengajakmu makan malam. Telepon aku jika kamu sudah merasa segar lagi ya?" ujar dokter Rian lalu kembali masuk ke dalam mobilnya dan pergi. Argani hanya terpaku di tempatnya berdiri. Ia membuang kata hatinya yang mengatakan kalau dokter muda yang tampan itu menyukainya.
"Argani.....!"
Suara itu.....
Argani membalikan badannya. Nampak Aithan sudah berdiri di depan pintu masuk asramanya. Rasa rindu pada cowok itu membuat Argani langsung berlari dan memeluknya. Aithan pun membalas pelukan itu dengan rasa rindu yang sama. Namun saat pelukan itu terurai, Argani menemukan tatapan yang aneh di mata biru pacarnya itu.
"Ada apa?"
"Jadi dia yang menemanimu saat aku tak ada?"
Argani terkejut. Sangat jelas terdengar suara Aithan yang dibalut oleh emosi yang tertahan.
"Dokter Rian maksudmu? Dia hanya mengantar aku pulang."
"Dan janjian untuk makan malam?"
"Kau mendengarnya?"
"Sangat jelas."
"Aithan, jangan salah mengerti."
"Kau nampak bahagia saat bersamanya."
Mata Aithan menyala. Wajahnya menjadi merah. Argani mundur perlahan. Ia tak suka dengan aura Aithan. Perasaan bahagia karena mereka akhirnya berjumpa hilang sudah.
"Aku capek. Aku mau tidur!" kata Argani lalu segera membalikan badannya dan pergi meninggalkan Aithan. Ia benci, Aithan meragukan kesetiaannya.
*********
Duh, pertengkaran yang pertama....
Happy day all
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
gia gigin
Pangeran jangan merusak rasa rindu mu hanya karena emosi sesaat 😄
2022-12-24
1
Jeng Anna
Di awal² cerita kan dikasih cincin dgn batu merah, adakah artinya?
2022-07-09
1
Jeng Anna
Mudah = muda
Hadis = gadis
2022-07-09
1