Selama 2 Minggu di Cina, Aithan tetap bersikap biasa kepada Argani sehingga anggota tim yang lain tak ada yang curiga kalau Aithan telah menyatakan cinta pada Argani.
Hanya Darren yang tahu betapa tersiksanya Aithan karena tak dapat menunjukan rasa sayangnya pada gadis itu.
Saat mereka dalam perjalanan pulang pun, Aithan memilih untuk duduk dengan Darren dan Argani duduk sendiri.
Sebenarnya, Argani agak sedih juga melihat Aithan tak duduk dengannya. Namun mau bagaimana lagi. Ia sendiri yang meminta Aithan untuk bersikap biasa padanya.
Setibanya mereka di London, Argani pun bergegas untuk kembali ke asramanya. Ia hanya mengikuti mata kuliah secara online selama menjalani tugas sebagai relawan di Cina. Argani mendapatkan banyak pengalaman yang luar biasa di sana.
Saat Argani akan masuk ke dalam bus, ia terkejut melihat Aithan juga ikut naik bus bersamanya.
"Kenapa kau baik bus ini? Bukankah mobil jemputan mu sudah ada?" tanya Argani heran sekalipun hatinya tak dapat membohongi kalau ia senang melihat Aithan duduk bersamanya.
"Aku ingin membuktikan padamu, kalau aku bisa naik bus seperti kebanyakan orang lainnya." ujar Aithan sambil tersenyum manis.
"Satu kali mungkin masih bisa. Namun, apakah kau bisa setiap hari?"
"Akan ku buktikan kalau aku bisa. Lagi pula ini sudah malam. Aku tak bisa tenang melihatmu pulang sendiri."
Argani hanya tertawa sumbang. Ia tak yakin kalau Aithan akan bisa naik bis tiap hari. Namun ia juga bahagia mendengar salah satu alasannya yaitu tak bisa tenang melihat Argani pulang sendiri.
Akhirnya bis itu pun berhenti di halte dekat asrama Argani. Aithan juga ikut turun.
"Nggak perlu diantar. Aku bisa sendiri." ujar Argani membuat Aithan menghentikan langkahnya.
"Aku antar kamu sampai di sini aja ya? Nanti kalau kamu sudah masuk baru aku pergi." kata Aithan.
Argani terus melangkah. Ia berusaha tak menghiraukan perkataan Aithan. Dengan cepat Argani melangkah meninggalkan Aithan.
Setelah Argani masuk, Aithan pun membalikan badannya. Berjalan agak jauh sedikit, lalu ia berhenti. Darren yang sejak tadi mengikutinya langsung menghentikan mobil yang dibawahnya.
"Darren, tolong Carikan kamar untukku di apartemen depan asrama Argani." Kata Aithan saat Darren sudah menjalankan mobilnya.
"Pangeran, apartemen itu ruangannya kecil. Keamanannya juga tak baik. Kenapa harus tinggal di sana?"
"Karena aku ingin membuktikan pada Argani bahwa aku bisa menjalani kehidupan layaknya orang biasa. Dia menolak cintaku karena dua alasan. Pertama, karena usianya belum genap 19 tahun. Kedua karena ia merasa jarak diantara kami bagaikan langit dan bumi. Karena dia tak mungkin naik ke atas, makanya aku yang akan turun ke bawa."
Darren melirik sebentar ke arah Aithan. "Pangeran serius ingin melakukan hal ini?"
"Ya."
"Kenapa?"
"Aku ingin mendapatkan cintanya."
"Sebegitu kuatnya?"
"Aku begitu tertantang ingin memenangkan hatinya. Karena aku tahu hatiku juga sudah menjadi miliknya. Akan ku buat ikatan yang kuat saat ia menerima cintaku."
"Maksud pangeran?" Darren merasakan jantungnya hampir copot.
"Aku akan menikahinya."
Darren pun merasakan kalau jantungnya kali ini copot dari tempatnya. Terbayang wajah permaisuri Viola yang memintanya untuk menjaga Aithan dengan seluruh hidupnya terutama dari hubungan dengan perempuan yang tak jelas.
**********
"Pangeran, anda yakin ingin tinggal di sini?" tanya Darren saat ia membuka pintu apartemen berukuran 3x3 meter itu. Sungguh sangat berbeda jauh dengan apartemen mewah yang selama ini mereka tempati.
"Tentu saja yakin. Sesekali kita harus belajar hidup susah untuk mengerti hidup itu kayak apa. Kalau kamu dan Tio nggak suka, kalian bisa tinggal di unit sebelah. Namun jika nggak mau, boleh kembali ke apartemenku." Ujar Aithan sambil melangkah masuk.
"Mana mungkin kami akan meninggalkan pangeran sendiri."
Aithan berdiri di depan jendela apartemen. Dari jendela ini, ia bisa menatap asrama putri yang ada di depan. Ia bisa melihat kapan Argani akan datang dan pergi.
"Darren, Carikan motor matic untukku. Jangan motor mewah. Motor yang biasa saja."
Darren mengerutkan dahinya. "Kenapa dengan motor matic?"
"Aku nggak mungkin kan akan tinggal di apartemen ini dengan menggunakan mobil mewah itu?"
"Kenapa nggak cari mobil bekas yang biasa saja, pangeran?"
Aithan tersenyum. "Naik motor akan membuat kami makin dekat."
Darren menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia harus memikirkan sistem keamanan seperti apa yang harus ia berikan di apartemen ini tanpa harus diketahui oleh orang lain. Sang pangeran sedang jatuh cinta dan ia tak ingin dibantah.
"Pangeran, ijinkan aku memperbaiki kamar mandi dan memasang sistem kamera pengawas dengan baik. Karena aku tak mau dihukum oleh kerajaan karena mengabaikan keselamatan pangeran."
Aithan mengangguk. Ia tahu tugas Darren tidaklah mudah walaupun ia sering menganggap bahwa itu berlebihan.
*********
Hari ini Argani pulang kuliah agak malam. Beginilah jika harus mengambil mata kuliah yang sangat banyak. Di saat banyak mahasiswa sudah pulang ke rumah untuk istirahat, Argani justru masih berkutat dengan tugas dan jam kuliah yang padat.
Koridor kampus sudah sedikit sepi saat ia keluar. Hari sudah menunjukan pukul setengah sepuluh malam. Argani melangkah perlahan menyusuri malam menjelang musim dingin. Angin bertiup agak kencang membuat gadis itu merapatkan jaketnya. Masih ada beberapa mahasiswa dan dosen yang berada di beberapa ruangan. Argani pun tiba di halte bis.
Sebuah motor Matic hitam, berhenti tepat di depannya. Saat sang pengendara membuka helmnya, Argani terkejut.
"Aithan?"
"Ayo, ku antar pulang!" ajak Aithan.
"Tapi.....!"
"Sudah ku katakan kalau aku nggak akan tenang melihat kamu pulang sendiri."
"Kita kan belum jadian."
"Belajar dari sekarang, supaya kalau sudah jadian kamu akan tahu kalau aku selalu ada untukmu."
"Gombal."
"Aku bukan seperti itu."
"Memangnya yakin kalau aku akan menerimamu menjadi pacarku?"
"Aku berdoa. Bukankah doa yang tulus pasti di dengar oleh Sang Pemilik Kehidupan?"
Argani hanya terkekeh.
Aithan menyerahkan sebuah helm pada Argani. "Ayo dipakai."
Agak ragu Argani menerimanya. Namun karena tangan Aithan masih tetap terulur dengan helm itu, Argani pun menerimanya. Ia naik di belakang.
"Berpegangan. Nanti kamu jatuh." ujar Aithan lalu segera menjalankan motornya. Argani berpegangan pada ujung jaket Aithan. Ia sama sekali tak mau menyandarkan tubuhnya di punggung pria itu. Namun, saat Aithan menambah kecepatan motornya, Argani dengan sendirinya semakin merapat ke punggung Aithan.
Ada senyum kebahagiaan di bibir Aithan saat ia merasakan bahwa tangan Argani sudah memeluk pinggangnya.
"Kenapa berhenti di sini?" tanya Argani saat menyadari bahwa mereka berhenti di depan sebuah restoran sederhana. Tempat Argani dan Lea biasa makan.
"Aku lapar. Kamu juga lapar kan? Ayo kita makan dulu."
"Aku......" Argani jadi bingung.
"Aku yang traktir. Makan di sini kan tidak mahal."
Melihat Argani hanya diam saja, Aithan segera meraih tangan gadis itu dan menggenggamnya erat. Ia menarik Argani masuk ke dalam restoran.
"Mau pesan apa?" tanya pelayan restoran.
"Kamu mau makan apa, Ar?" tanya Aithan.
"Seperti yang kamu pesan saja."
Setelah memesan makanan, keduanya saling diam. Argani pura-pura sibuk dengan ponselnya sedangkan Aithan fokus menatapnya.
Argani merasa agak risih dengan cara Aithan memandangnya.
"Aithan, berhentilah memandang ku seperti itu."
"Kenapa?"
"Aku jadi malu."
Aithan terkekeh. Argani terlihat cantik saat wajahnya menjadi merah. Namun saat ia melihat Argani sedikit cemberut, ia pun langsung menoleh ke arah lain.
Makanan pesanan mereka akhirnya datang. Argani dan Aithan langsung menikmatinya. Namun yang membuat Argani bingung, Aithan selalu menoleh ke arah yang lain saat makan.
"Aithan, kamu kenapa?" tanya Argani bingung.
"Ada apa?" Aithan balik bertanya tanpa menoleh ke arah Argani.
"Kenapa kamu selalu mengarahkan pandanganmu ke kanan dan ke kiri? Ada sesuatu yang kamu lihat?"
"Nggak."
"Lalu kenapa tak menengok ke sini?"
"Katanya aku nggak boleh menatap kamu terus."
"Aithan!" Argani jadi gemas.
"Jadi aku boleh melihat ke arahmu sekarang kan?"
Argani mencubit tangan Aithan yang memang ada di atas meja. Keduanya kemudian tertawa bersama. Tak peduli dengan orang lain yang menengok ke arah mereka.
Selesai makan, Aithan mengantar Argani kembali ke asramanya yang memang jaraknya tak begitu jauh dari tempat makan itu.
"Terima kasih atas tumpangannya dan traktirannya. Nanti kalau aku sudah jadi dokter dan mendapatkan pekerjaan, aku janji akan mentraktir mu."
"Tentu saja aku menanti janjimu itu dengan senang hati. Aku yakin saat itu kau sudah menjadi istriku."
"Aithan!" Argani mencubit lengan Aithan.
Aithan hanya tertawa walaupun ia merasa sedikit sakit.
"Ini helm mu."
Aithan menerima helm itu kembali. "Masuklah!"
"Jangan ngebut. Apartemen mu kan jauh."
"Kata siapa?"
"Bukankah kalian para penghuni apartemen Hilss yang sangat terkenal di London ini?"
Aithan tersenyum. "Apartemen ku sangat dekat dengan asrama mu."
"Di mana?"
"Tuh!" Aithan menunjuk apartemen yang ada di depan asrama Argani.
"Kamu tinggal di sana?" tanya Argani tak percaya.
"Hari ini aku sudah turun dua tangga untuk semakin dekat menggapai mu." kata Aithan dengan senyum termanis yang pernah ia berikan pada seorang gadis.
Argani terkejut. Ia tak menyangka kalau Aithan berani meninggalkan apartemen dan mobil mewahnya hanya untuk mendapatkan cintanya.
"Kamu mungkin turun dua tangga hari ini. Namun setelah satu minggu, satu bulan, apakah kamu akan semakin turun? Aku takut kamu justru akan naik tiga tangga sehingga semakin tinggi dariku."
Aithan naik kembali ke atas motornya. "Kau akan melihatnya. Aku mungkin akan kembali turun dua atau tiga tangga lagi." Lalu cowok itu langsung berlalu dengan motornya. Argani yang masih berdiri di depan pintu masuk asramanya sangat terkejut saat melihat motor yang dinaiki oleh Aithan memang masuk ke apartemen itu.
***********
Akankah Argani luluh dengan semua perhatian Aithan padanya?
Dukung emak terus ya guys
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
gia gigin
Yg ada Argani goyah juga klau Aithan memperlakukan nya layak nya seorang ratu 😍😍😄
2022-12-23
1
Ety Nadhif
di sini jodoh argani di tangan emak bukan di tangan Tuhan😁
2021-12-13
0
🌼 Pisces Boy's 🦋
akan banyak rintangan untuk menguji Cinta 2 A untuk mencapai satu titik yaitu Kebahagiaaan
2021-11-24
1