"Siapa kamu? Seberapa kaya keluargamu? Adakah sesuatu tentang dirimu yang kau sembunyikan dariku?"
Untuk sesaat Aithan diam tak bicara. Ia ingin jujur namun ada rasa takut jika Argani akan menjauhinya. Ia kemudian duduk di samping Argani. Memegang kedua tangan gadis itu dan menciumnya sangat lembut. "Sayang, apakah kau akan menjauhiku jika tahu siapa aku yang sebenarnya?"
"Aku tidak tahu. Apakah kamu lebih tinggi dari pada yang aku bayangkan selama ini?"
"Aku berasal dari kerajaan Dives Cain. Kamu tahu kerajaan itu?"
"Tentu saja. Dives Cain adalah salah satu kerajaan terkaya di dataran Eropa ini. Yang aku dengar kalau penduduk di kerajaan itu adalah mereka yang berpenghasilan menengah ke atas. Di kerajaan itu tidak akan pernah ditemukan pengemis atau orang terlantar. Benarkah?"
"Iya."
"Dan kau adalah anak salah satu orang terkaya di sana?"
"Ya."
"Apakah Darren benar adalah sahabatmu atau bodyguard mu?"
"Darren adalah bodyguard ku."
Argani menarik tangannya dari genggaman Aithan. Ia menunduk, berusaha membulatkan hatinya. Bukankah ia sudah mengatakan akan menerima semua ini?
"Ar, aku bukanlah pewaris utama dalam keluargaku. Aku hanya putra ketiga. Aku tak terikat dengan segala aturan dalam keluargaku. Aku bebas menentukan dengan siapa aku akan menikah nanti." Aithan kembali memegang tangan Argani. Sungguh ia tak ingin Argani menjauh darinya.
"Namun tetap saja orang tuamu menginginkan kau mendapatkan pasangan dari kalangan mereka kan?"
"Aku adalah aku. Tak ada yang bisa mengubah kata hatiku. Please, jangan sampai status keluargaku membuat hubungan kita menjadi terpisah. Aku mencintaimu."
Argani mencoba menatap Aithan. Pandangan matanya lurus ke arah cowok itu. Aithan pun menatapnya. Argani tahu cowok di depannya ini jujur. Tak ada kebohongan dari tatapan matanya. Tentu saja sebagai calon dokter, Argani banyak belajar tentang ilmu psikologi juga.
"Aku cinderela, Ai." kata Argani sambil memegang pipi Aithan.
"Kau bukan cinderela. Karena cinderela awalnya adalah anak orang kaya yang kemudian di siksa oleh ibu tirinya setelah ayahnya meninggal. Kau adalah Argani. Gadis pemberani yang tidak mudah dijajah oleh orang lain. Kau adalah gadis cerdas yang baik hati. Aku jatuh cinta padamu karena aku tahu bersamamu aku akan bahagia."
Air mata Argani jatuh. ia begitu merasakan besarnya cinta yang Aithan berikan padanya. "Aithan...., aku tak tahu harus bicara apa."
"Tak perlu bicara! Cukup nikmati saja kebersamaan kita, cukup cintai aku sebesar aku mencintaimu."
Wajah mereka menjadi semakin dekat dan akhirnya mereka kembali berciuman. Sangat lembut, saling mengungkapkan rasa cinta dan menghanyutkan.
"Aithan.....!" Ujar Argani saat ciuman itu harus terlepas karena keduanya membutuhkan oksigen untuk mengisi paru-paru mereka.
Aithan tersenyum. Ia.memcium sudut bibir Argani dengan kecupan ringan. Lalu mengusap bibir Argani dengan jempolnya. "Kau selalu membuatku bahagia."
Argani memeluk Aithan. Ia juga bahagia. Untuk saat ini ia tak mau memikirkan perbedaan diantara mereka. Ia hanya ingin menikmati indahnya masa pacaran dengan Aithan.
*********
"Apakah kau tahu? Reza berhasil membuat laporan keberatan atas sikap dan perilaku gang Monica. Ia juga memberikan rekaman CCTV sebagai bukti perbuatan mereka di kantin. Katanya ayah Sarah sangat malu dan menegur anaknya dengan keras. Mereka juga harus menandatangani perjanjian, jika berani menganggu mu maka mereka akan diskors."
Argani terkejut mendengar perkataan Lea. "Benarkah? Bagaimana bisa? Orang tua mereka kan adalah orang-orang penting di kampus ini."
"Tak ada yang berani melawan Aithan Cainio."
Langkah Argani terhenti. Ia dapat membayangkan sekuat apa kekuasaan yang dimiliki oleh keluarga Aithan.
"Ada apa, Ar?" tanya Lea.
Argani menggeleng. Ia sudah berjanji akan bersama Aithan. Lagi pula Monica dan gang nya memang sudah keterlaluan.
"Banyak anak-anak beasiswa yang merasa senang saat mendengar ini, Ar. Karena mereka juga sering dibuli oleh mereka." Ujar Lea kemudian. Argani lun merasa sedikit lega.
Saat ia sudah selesai dengan jam kuliahnya, Aithan pun telah menunggunya di depan kelasnya. Terlihat para mahasiswa yang lain saling berbisik. Ada yang menatap iri, ada juga yang merasa ikut bahagia melihat pasangan yang sedang kasmaran itu.
"Sudah selesai?" tanya Aithan.
"Iya."
Aithan langsung menggenggam tangan Argani, membetulkan letak mantel gadis itu laku keduanya melangkah bersama.
"Ai, jangan terlalu sering menjemput ku." ujar Argani saat keduanya sudah berada dalam mobil.
"Kenapa?"
"Nanti aku jadi manja."
Aithan tertawa. Ia mencium pipi Argani dengan gemas. "Kau adalah pacarku. Jadi wajar saja jika aku ingin memanjakan mu. Kalau ada yang keberatan berarti mereka iri."
"Kamu ini." Argani mencubit tangan Aithan.
"Kalau cubit jangan cuma pelan. Nggak ada rasanya."
"Maunya yang kayak gini?" Argani semakin kuat mencubit tangan Aithan.
"Aow...sayang, ini sakit sekali." kata Aithan sambil menggosok punggung tangannya yang merah.
"Maaf, aku nggak sengaja." Argani jadi menyesal. Ia memasang tangan Aithan dan memegang bagian yang merah itu.
"Obati." rengek Aithan.
"Ai, aku nggak membawa salep atau sejenisnya."
"Cukup dicium saja pasti langsung hilang sakitnya."
Argani menatap tajam ke arah Aithan. "Dasar modus!" namun ia mengambil tangan Aithan itu dan menciumnya beberapa kali. "Sudah sembuh kan?"
"Kurang!"
Mata Argani melotot. "Minta dicium lagi tangannya?"
"Bukan tangan. Tapi di sini." Aithan mengambil tangan Argani dan meletakkannya di atas bibirnya. Wajah Argani langsung memerah.
"Ayo....!" Aithan memejamkan matanya dan mendekatkan wajahnya ke wajah Argani.
Argani agak ragu melakukannya karena selama ini Aithan yang selalu lebih dulu menciumnya.
"Ai..., aku...!"
"Ayolah sayang, kali ini kau yang mencium aku lebih dulu!" kata Aithan tanpa membuka matanya.
Argani mendekatkan wajahnya. Sudah sangat dekat namun ia enggan mencium Aithan lebih dulu. Aithan yang tahu kalau Argani sudah sangat dekat dengannya, langsung menarik tengkuk gadis itu lalu menciumnya sambil tersenyum.
"Kelamaan..." ujarnya setelah ciuman itu terlepas. Argani hanya terkekeh.
"Aku malu mencium kamu lebih dulu, Ai."
"Kenapa?"
"Aku kan cewek."
"Memangnya kalau cewek nggak boleh mencium lebih dulu?"
"Mungkin aku belum terbiasa."
"Ya dibiasakan."
"Aithan....!"
Aithan membelai wajah kekasihnya. "Aku merasa semakin cinta padamu."
Argani hanya tersenyum. Ia mengambil tangan Aithan yang masih memegang pipinya lalu mencium tangan itu perlahan.
"I love you."
Lalu keduanya kembali berciuman.
**********
Hari yang dinantikan itu pun tiba. Aithan dan Argani akan pergi berlibur ke salah satu desa yang ada di luar kota London. Aithan membawa mobilnya yang super super canggih sehingga bisa menembus salju yang semakin menebal.
2 jam lebih perjalanan, mereka akhirnya tiba di desa yang dimaksud. Mereka ternyata menuju ke daerah pegunungan yang sangat indah.
Aithan ternyata sudah menyewa sebuah cottage dengan dua kamar. Tanpa Argani ketahui, cottage yang ada di sebelah mereka sudah dihuni oleh Darren dan dua pengawal yang lain.
"Tempat ini sangat indah." ujar Argani sambil berdiri di dekat jendela.
Aithan yang baru saja menyalahkan perapian mendekati Argani. Ia memeluk gadis itu dari belakang. "Aku senang kau mau datang bersama ku di sini dan merayakan ulang tahunku."
Argani memegang tangan Aithan yang melingkar di pinggangnya.
"Ai, aku nggak punya kado yang spesial untukmu. Aku nggak tahu harus memberikan kamu apa. Kan kamu sudah punya segalanya."
"Aku tak perlu kado apapun. Kamu sudah menjadi hadiah terindah dalam hidupku."
Argani membalikan badannya. Ia mendongak dan menatap kekasihnya itu.
"Ada apa?" tanya Aithan melihat Argani menatapnya tanpa berkedip.
"Hanya suka aja menatapmu."
"Baru tahu kalau aku tampan." Kata Aithan sedikit membusungkan dadanya.
"Kamu nggak tampan."
Wajah Aithan langsung cemberut.
"Kalau tampan cepat bosan dilihat. Namun kamu menarik, berwibawa, penuh pesona, kayak para pangeran di luar sana."
Deg! Jantung Aithan seakan berhenti berdetak.
"Kalau aku pangeran apakah kamu akan terus mencintaiku?"
Argani menggeleng. "Aku nggak suka pangeran. Mereka terikat dengan banyak aturan. Aku masih bisa menerimamu kalau kamu anak orang kaya. Namun bukan anggota kerajaan."
"Mengapa?"
"Karena kamu tak mungkin membawaku ke istana."
"Mengapa kamu begitu yakin kalau aku tak akan membawamu ke asrama?"
"Karena aku bukan tipe orang yang suka tinggal di istana. Aku tipe orang yang lebih suka tinggal di rumah sakit."
Aithan langsung memeluk Argani. Perasaannya jadi galau mendengar pengakuan Argani. Sebenarnya Aithan ingin jujur mengatakan siapa dirinya. Namun ia memutuskan untuk menundanya sebentar. Ia ingin cinta Argani kuat untuknya barulah ia akan mengatakan yang sebenarnya.
********
Duh...gimana liburan mereka?
Dan kapan Aithan akan jujur?
dukung terus cerita ini ya guys
Love Amanda
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Adila Ardani
sungguh ceritanya sangat bagus dan tdk membosankan
2023-01-23
0
gia gigin
sepertinya pengakuan Aithan bakalan jadi masalah buat hubungan mereka 😭
2022-12-23
0
Sunny
biarkan mereka menikmati indahnya berpacaran dulu
2021-11-30
1