Aithan melangkah keluar dari ruang kelasnya. Ia baru saja mengikuti kuliah selama hampir 3 jam.
"Pangeran, apakah kita akan langsung pulang ke apartemen atau masih ada yang hendak pangeran lakukan di sini?" tanya Darren yang juga ikut mata kuliah yang sama. Demi Aithan, Darren kuliah lagi, pada hal ia sudah menyelesaikan studinya di Kerajaan Dives Cain. Dives dalam bahasa Latin artinya kaya sedangkan Cain adalah sapaan nama leluhur Aithan. Artinya Cain yang kaya. Sehingga kerajaan itu bernama Dives Cain.
Leluhur kerajaan Dives berdarah campuran Spanyol dan Cina.
"Kita pulang saja. Aku mau istirahat sebentar sebelum ke lapangan basket." Ujar Aithan.
Darren memang selalu memanggilnya pangeran jika mereka hanya berdua saja. Namun jika mereka ada ditengah banyak orang, Darren memanggil Aithan dengan namanya.
Keduanya pun melangkah menuju ke tempat parkir.
"Pangeran, semalam ada apa? Kenapa saya mendengar kalau nona Gisel marah-marah?"
"Aku putus dengannya."
"Tapi kan dia gadis yang sangat cantik."
"Kamu kan tahu kalau aku sama sekali tak mencintainya. Gisel yang memaksakan hubungan ini. Mana pernah aku menyatakan cinta padanya?"
Darren mengangguk. Di kampus ini, Aithan adalah salah satu cowok yang paling diincar oleh banyak cewek cantik. Di samping Aithan yang adalah mahasiswa terpandai, ia juga tampan dan tentu saja mereka tahu kalau dua mobil yang sering dipakai Aithan adalah mobil mewah yang limited edition. Apalagi Aithan adalah bintang basket di kampus ini.
Saat mereka akan masuk ke dalam mobil, Aithan melihat sebuah foto yang jatuh tak jauh dari mobilnya. Ia memungut foto itu lalu tersenyum. Sebuah foto berukuran 5R
Gadis yang sangat menarik, guman Aithan dalam hati.
"Apa itu pangeran?"
Aithan masuk ke dalam mobil dan memberikan foto itu. "Cantik!" guman Darren lalu mulai menjalankan mobilnya.
Tangan Aithan mengambil kembali foto itu yang diletakan Darren di dashboard mobilnya. Ia membalikan foto itu. Sayangnya tak ada nama ataupun petunjuk lainnya. Aithan menyimpan foto itu di dalam tasnya.
**********
Argani membuka lembar bukunya satu persatu. Ia mencari fotonya. Foto yang akan dikirim olehnya untuk anak-anak di panti asuhan.
Setahun sudah Argani berada di sini dan anak-anak memintanya untuk mengirimkan foto. Sudah ada beberapa foto yang Argani pilih termasuk foto dirinya yang menggunakan kaos putih dengan mantel yang dikirim oleh anak-anak pada saat usianya yang ke-18 dua bulan yang lalu.
Tadi Argani sedang ada di tempat parkir. Ia menunggu Lea, temannya. Mereka satu kelompok dalam tugas yang diberikan oleh dosen. Argani kuliah di jurusan kedokteran. Setelah memberikan hasil analisanya pada Lea, Argani langsung pulang ke asramanya.
Apakah foto itu jatuh? Duh, gimana nih!
Gadis berambut panjang itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia kemudian membaringkan tubuhnya. Ia ingin istirahat sebentar sebelum akhirnya pergi ke lapangan basket karena akan ada pertandingan antar fakultas sore ini.
**********
Anak-anak fakultas kedokteran duduk di sebelah timur podium. Sementara bermain fakultas kedokteran dan fakultas ilmu pengetahuan dan sejarah.
Mata Argani memandang pria berambut cepak. Dia adalah mahasiswa asal Indonesia juga. Namanya Reza Armando. Sudah lama Argani mengaguminya dalam hati namun tak berani berharap. Reza adalah kakak tingkatnya. Ia adalah anak pengusaha yang sangat terkenal di Indonesia yang memiliki puluhan rumah sakit dan apotik.
"Argani, aku suka dengan Aithan. Kau lihat dia kan? Tampan, seksi dan sangat menarik." Kata Lea yang duduk di sampingnya.
"Kenapa kamu justru mengidolakan pemain basket dari fakultas lain? Coba lihat para pemain di tim kita. Tampan semua kan?"
Lea mengangguk. "Tim kita semuanya tampan. Apalagi kak Reza. Sayangnya mereka semua sudah punya pacar."
"Kak Reza juga?"
"Memangnya kamu nggak tahu kalau kak Reza suka dengan Hilary?"
"Hillary yang di fakultas hukum?"
"Benar."
Argani merasakan ada sesuatu yang sakit dalam hatinya. Hilary adalah pemenang Putri kampus tahun ini. Ia berasal dari Belanda dan merupakan anak salah satu keluarga bangsawan di sana.
Mata Argani memandang Hillary yang duduk di deretan bangku paling depan. Pantas saja gadis itu terlihat begitu bersemangat mendukung fakultas kedokteran. Pasti karena ada Reza di sana.
"Kita hanya bisa mengagumi mereka saja tanpa berani berharap mereka akan menjadi milik kita. Sudah untung kita bisa kuliah di sini." Ujar Lea. Ia juga mahasiswa yang mendapatkan beasiswa seperti Argani. Lea berasal dari Singapura.
Kepala Argani mengangguk setuju. Ia juga tahu diri. Tak mungkin meraih bintang jika tangan tak sampai. Di dunia ini tak ada lagi kisah gadis yang beruntung seperti Cinderella. Karena kisah Cinderella hanyalah sebuah khayalan. Tak mungkin akan menjadi kenyataan. Seorang pria kaya dengan status sosial yang tinggi, tak mungkin akan melirik gadis miskin seperti dirinya.
Dari lapangan basket, Aithan yang baru saja memasukan satu bola ke ring gawang menghentikan tatapannya di deretan bangku para penonton. Kenapa aku seperti melihat gadis di foto itu ya?
***********
"Good morning my Lord!" sapa Tio. Salah satu juru masak kerajaan yang dikirimkan oleh ibunya untuk menyiapkan makanan bagi Aithan. Tio adalah pria asal Perancis, sedikit gemulai. Aithan bahkan sering tertawa jika melihat Tio menari. Badannya gemulai seperti perempuan.
"Good morning, Tio." Aithan membalas sapaan Tio lalu duduk di depan meja makan. Tio langsung menyajikan sarapan bagi sang pangeran.
"Pangeran Aithan, kenapa foto gadis itu masih saja kau taruh di dekat tempat tidurmu?"
"Supaya aku dapat menyapanya sebelum dan sesudah bangun tidur."
"Pangeran kan nggak tahu dia itu siapa. Jangan-jangan dia gadis jahat, yang judes dan serakah."
Aithan tersenyum. "Mamaku selalu mengajarkan padaku, jika hendak menilai karakter seseorang, pandanglah matanya sangat dalam. Karena mata akan memancarkan apa isi hati seseorang."
"Pangeran kan hanya melihat matanya dari foto itu saja. Apakah pangeran jatuh cinta padanya? Foto itu sudah hampir 4 bulan ada di sana."
Aithan menghabiskan susunya. Lalu ia menatap Tio. "Menurutmu apakah orang akan jatuh cinta hanya dengan melihat foto saja?"
"Bahkan ada yang jatuh cinta hanya mendengar suara saja." Ujar Tio dengan wajah yang sangat serius.
"Benarkah?"
"Siapa yang jatuh cinta?" tanya Darren yang baru keluar dari kamarnya.
"Pangeran kita."
"Pada gadis di foto itu?" tebak Darren membuat Tio mengangguk. Daren hanya bisa menggeleng. Ia memang merasa kalau sang pangeran sedikit aneh beberapa bulan ini. Semenjak ia menemukan foto seorang gadis di tempat parkiran, ia tak pernah dekat dengan gadis manapun juga. Ia bahkan sudah mencari keberadaan gadis itu. Memang belum semua fakultas di datanginya. Namun belum juga ada tanda-tanda gadis itu ada.
Selesai sarapan Aithan kembali ke kamarnya. Ia menatap sejenak foto gadis itu. "Hei nona manis, apakah kita dapat bertemu hari ini?" tanyanya sambil mengusap permukaan foto itu yang sudah dimasukannya ke dalam bingkai.
"Apakah kita langsung ke kampus hari ini?" tanya Daren saat mereka sudah berada dalam mobil. Hari ini Aithan ingin menyetir.
"Iya. Tapi aku mau ke fakultas kedokteran dulu. Aku mau menemui Reza untuk membicarakan kegiatan amal untuk korban banjir di Cina. Rencananya, tim basket kampus kita ini akan mengadakan pertandingan amal untuk disumbangkan kepada mereka. Reza kuliah pagi, jadi aku saja yang ke sana. Jadwal kuliahku kan nanti jam 11 siang."
Daren mengangguk. Ia tahu kalau pangeran Aithan memiliki jiwa sosial yang tinggi. Seperti ibunya Permaisyuri Viola.
Reza langsung menyambut kedatangan Aithan dan mengajaknya berbincang di kantin. Keberadaan Reza bersama Aithan banyak mengundang perhatian para mahasiswi yang ada di sana.
Mereka pun menyusun rencana kerja dan Mencapai kata sepakat untuk kegiatan yang dimaksud.
Aithan langsung pamit ke fakultasnya karena ada jadwal kuliah. Daren sedang menunggunya di halaman parkir.
Saat Aithan menyusuri koridor untuk menuju ke tempat parkir, langkahnya terhenti melihat seorang gadis yang duduk di taman kampus sambil membaca buku. Aithan merasakan jantungnya berdebar kencang saat menatap gadis itu agak lama.
Ya Tuhan, dia adalah gadis yang ada di foto itu. Ternyata dia lebih cantik dari fotonya.
Untuk yang pertama, Aithan merasakan hatinya berbunga. Ia begitu menikmati pemandangan indah di depannya, sampai akhirnya Daren datang.
"Pangeran, ayo pergi! Sudah hampir jam 11."
"Daren, gadis itu.....!" tunjuk Aithan dengan dagunya.
Mata Daren terbuka lebar. "Itu kan gadis di foto yang pangeran temukan."
"Ternyata selama ini dia ada di sini. Calon dokter yang manis. Aku ingin sakit supaya bisa dirawat olehnya." Kata Aithan dengan mata yang berbinar. Daren tahu apa arti tatapan itu. Sang pangeran sungguh jatuh cinta.
Aithan berjalan mendekati gadis itu.
"Hai....!" sapa nya saat sudah berdiri di depan gadis itu.
Sang gadis yang sedang membaca, mendongakkan kepalanya.
"Ya?"
Sepasang mata berwarna coklat dengan alis yang tebal dan nampak rapih, dipayungi dengan dengan buku mata yang lentik.
"Boleh kita berkenalan?" tanya Aithan sambil mengulurkan tangannya.
Gadis itu mengerutkan dahinya. Ia nampak bingung namun ia membalas uluran tangan Aithan. "Argani!"
"Aithan!"
"Aku tahu!" ujar Argani sambil menarik tangannya dari genggaman Aithan.
"Kau tahu?"
"Kau pemain basket."
"Oh yang itu..." Aithan lupa kalau salah satu hal yang membuat orang mengenalnya karena dirinya adalah bintang basket.
"Boleh aku duduk di sini?" Tanya Aithan.
"Tentu saja. Bangku ini milik kampus." Jawab Argani membuat Aithan menjadi gemes. Ingin rasanya ia membelai rambut panjang itu.
"Kamu kuliah di sini?" tanya Aithan memulai pembicaraan.
"Ya. Aku mendapatkan beasiswa untuk kuliah di sini." Kata Argani tanpa menyembunyikan keberadaan dirinya. Ia tahu siapa pria yang duduk di sampingnya ini. Ia bahkan lebih kaya dari Reza.
"Apakah aku menganggu mu?"
"Sedikit."
"Oh...." Aithan terkejut dengan jawaban Argani. Biasanya para gadis akan mengatakan kalau mereka senang jika bersama Aithan. Sungguh kali ini berbeda.
"Aku ada ujian siang ini." Kata Argani sambil mengangkat buku tebal yang sejak tadi dibacanya.
"Baiklah. Aku tak akan mengganggumu lagi. Tapi setelah kamu selesai kuliah, bolehkah kita berjumpa lagi?"
Argani menatap Aithan. "Ada keperluan apa?"
"Aku merasa ingin berteman saja denganmu."
Argani tersenyum. Ia berdiri lalu mengambil tas dukungnya dan memakainya.
"Aku pergi dulu ya..." Pamit Argani lalu segera melangkah pergi.
Aithan memandang gadis itu sampai ia menghilang dari pandangannya.
"Pangeran, ini sudah jam 11." Daren mendekat.
"Kita bolos kuliah hari ini, Daren. Mari kita cari tahu gadis bernama Argani ini." ujar Aithan membuat Daren terkejut. Sebegitu kuatlah pesona gadis ini?
**********
Hallo guys, bagaimana tanggapan nya di awal cerita ini? Semoga suka ya? Dukung kami ya? Emak dan Amanda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
gia gigin
Pesonanya Argani buat Aithan sampai bolos kuliah 😅
2022-12-23
0
mentari
kalo lord bukan panggilan utk pangeran . hanya utm bangsawan sedang
2022-08-22
1
канف
lanjut baca
2022-02-12
1