Sudah hampir sebulan Aithan pindah ke apartemen ini. keberadaan Aithan yang pindah tempat tinggal mengegerkan satu kampus. Belum lagi dengan Aithan yang datang ke kampus menggunakan motor matic yang murah.
"Aithan, apakah kamu kerasan tinggal di sana?" tanya Reza saat mereka baru saja selesai main basket.
"Ya. Tempatnya cukup bersih. Fasilitas airnya bagus. Aku hanya sedikit mengadakan renovasi di bagian kamar mandinya."
"Memangnya kenapa sampai kamu pindah ke sana?"
Aithan tersenyum. "Untuk membuktikan pada seseorang bahwa aku bisa keluar dari zona nyamanku sebagai anak orang kaya. Dan ternyata hidup di sana itu cukup menyenangkan walaupun kadang ribut karena ruangannya tak kedap suara."
Reza jadi tertawa mendengarnya. "Ada-ada saja kau ini. Siapa dia?"
" Siapa dia?"
"Siapa?"
"Seseorang yang ingin kau buktikan?"
"Cewek."
"Pasti dia sangat istimewa. Anak mana?"
"Kedokteran."
"Apa? Yang mana?" Reza nampak penasaran.
Aithan tersenyum penuh misteri. "Nantilah. Kalau dia sudah menerima cintaku."
"Memangnya gadis itu menolakmu?"
"Ya."
"Wah, aku jadi penasaran, siapa yang berani menolak Aithan?"
"Bagaimana dengan pertandingan di LA? Apakah jadi?" Aithan mengalihkan pembicaraan . Ia tak mau Reza sampai tahu tentang Argani. Karena sebagaimana perjanjian mereka, Aithan harus bersikap biasa pada Argani.
"Jadi dong. Makanya kita harus semakin sering latihannya. Dua bulan lagi."
"Sekitar tanggal berapa?" tanya Aithan penasaran. Dia ingat kalau Argani akan berulang tahun dua bulan lagi. Dan itu berarti Argani akan memberitahukannya apakah gadis itu menerimaku cintanya atau tidak.
"Kalau nggak salah ingat jadwalnya tanggal 24."
"24?" Itukan tanggal ulang tahunnya Argani?
"Kenapa? Ada yang special ditanggal itu?"
"Iya. Jam berapa berangkatnya?"
"Kalau nggak salah pesawatnya jam 8 malam. Nggak tahu juga kalau ada perubahan."
Aithan bernapas agak lega. Ia berpikir masih punya kesempatan untuk bisa bersama Argani.
*********
Argani terkejut melihat dandanan Aithan yang sangat beda dari biasanya. Ia menggunakan kaos oblong dan celana pendek sampai lutut, sendal jepit dan topi tanpa merk. Semua yang melekat di tubuhnya nampak biasa Saja.
Semalam Aithan meneleponnya dan mengajak Argani pergi ke suatu tempat. Seperti biasa, Aithan akan menunggunya di tempat yang agak jauh dari asramanya karena Argani yakin bahwa satu asrama akan heboh melihat ia dijemput oleh salah satu cowok paling diincar di kampus ini.
"Kemana semua baju bermerk mu?" tanya Argani sambil menahan tawanya. Aithan kelihatan sangat kaku menggunakan sandal jepit.
"Ku tinggalkan di apartemen ku yang lama. Kemarin aku pergi ke pasar dan membeli beberapa pakaian di sana. Ternyata enak juga dipakainya."
"Aithan, kamu serius ingin menggunakan ini semua?" tanya Argani.
"Tentu saja. Ini juga baju kan? Aku ingin mengajak kamu pergi ke suatu tempat."
"Kemana?"
"Kamu pasti akan suka. Nih, pakai jaketnya." Aithan menyerahkan sebuah jaket yang ternyata sama juga dengan jaket yang kini akan dipakainya.
"Aku membeli jaket ini di pasar juga. Jaket couple. Kamu suka kan?"
"Tentu saja." Ujar Argani dengan hati yang berbunga. Ia pun memakai jaket itu kemudian menggunakan helmnya. Ia naik duduk di belakang Aithan dan cowok itu pun menjalankan motornya.
Mereka berjalan agak jauh ke luar kota. Sampai akhirnya motor itu menaiki suatu tempat yang agak berbukit.
"Ini tempat apa?" tanya Argani saat turun dan melihat sebuah bangunan yang agak tua dengan model kuno.
"Panti asuhan."
"Oh....?" Argani terkejut sekaligus juga senang.
"Aku mendengar kalau di panti asuhan ini sedang butuh dana untuk memperbaiki beberapa ruangannya. Mereka meminta bantuan jika ada yang mau menolong mereka untuk bekerja secara gratis memperbaiki beberapa ruangan itu karena memang mereka kekurangan dana. Setiap hari ada beberapa orang yang datang untuk bekerja. Jadi, hari ini aku mengajakmu ke sini untuk melakukan bakti sosial. Apakah kamu mau?"
Argani mengangguk senang. "Tentu saja."
Keduanya pun masuk ke dalam. Segera mendaftar ke salah satu pengurus panti asuhan untuk menjadi salah satu pekerja. Aithan dan Argani mendapat bagian untuk mengecat satu ruangan. Keduanya melakukan pekerjaan itu dengan sangat senang. Mereka kadang bercanda gurai. Argani tak menyangka kalau Aithan sangat rendah hati dan mau melakukan pekerjaan seperti ini. Ia bahkan membersihkan salah satu toilet tanpa rasa jijik.
Tak jauh dari bangunan itu, Darren dan Tio hanya bisa menunggu dalam mobil tanpa bisa turun karena memang Aithan tak mengijinkan mereka.
"Pangeran punya jiwa sosial seperti permaisuri Viola. Namun, dia juga melakukan semua ini untuk membuat Argani senang karena ia tahu Argani berasal dari panti asuhan." ujar Darren.
"Menurutmu, apakah hubungan mereka akan serius?"
"Entahlah, Tio. Aku berharap kalau ini hanya obsesi semata yang akan hilang dengan sendirinya saat pangeran sudah bosan pada Argani."
"Kamu belum pernah menemui Argani?"
"Aku takut pangeran marah padaku. Lagi pula mereka juga belum jadian."
"Darren, kau harus cepat menemuinya. Karena aku tak pernah melihat pangeran tertawa bahagia seperti ini kecuali saat ia bersama Argani."
Darren mengusap wajahnya. Ia lebih baik diajak pergi berperang dari pada harus melukai hati pangeran Aithan.
*********
"Sebaiknya kita mandi sebelum pulang. Tapi aku nggak membawa baju." ujar Argani setelah mereka selesai mengecat ruangan itu bahkan selesai membersihkan toiletnya. Tanpa Argani ketahui, Aithan lah yang menyumbang semua cat dan bahkan bangunan lainnya yang dibutuhkan oleh panti asuhan ini.
"Aku sudah siapkan baju." Aithan membuka tas ranselnya dan mengeluarkan sebuah kantong plastik berwarna putih. "Mandilah!"
Argani terkejut. "Kau menyiapkan ini?"
"Semoga kau suka. Maaf, baju itu juga aku beli di pasar."
Argani tersenyum. "Baiklah. Aku akan memakainya." Kata Argani lalu segera menuju ke toilet yang lain, yang ada di panti asuhan itu.
Selesai keduanya mandi, Argani terkejut melihat kalau kaos yang mereka gunakan ternya berwarna sama dengan tulisan yang saling berhubungan. Kaos Aithan bertulisan seperti ini : HI GIRL, I LOVE YOU. Dan di kaos Argani bertuliskan : HI BOY I LOVE YOU TOO.
"Memangnya kau yakin kalau aku akan mengatakan hal ini?" tanya Argani sambil menunjukan tulisan yang ada di kaosnya.
Aithan tersenyum. "Itu doa ku, Argani. Aku ingin kau merasakan apa yang kurasakan. Aku ingin kau merindukan apa yang juga ku rindukan. Dan aku ingin kau menerima sambutan tanganku yang selalu terulur untukmu."
"Jangan merayuku, Aithan."
"Aku hanya mengungkapkan isi hatiku. Apakah salah?" tanya Aithan sambil menatap Argani tanpa berkedip.
"Kita pulang, yuk!" ajak Argani. Ia takut dengan apa yang saat ini ia mulai rasakan untuk Aithan.
Ketika motor Aithan akhirnya berhenti tak jauh dari asrama Argani, cowok itu menahan tangan Argani.
"Argani, bukalah hatimu untukku. Jangan pandang aku ini anak orang kaya. Aku tak pernah meminta untuk dilahirkan ditengah keluarga seperti ini. Andai saja aku tahu kalau aku akan jatuh cinta padamu, aku mungkin akan meminta pada Tuhan keluarga yang sederhana. Jangan pandang keluargaku. Tapi pandanglah aku yang begitu ingin bersamamu."
"Aku takut mereka akan menganggap aku cewek matre yang mengejar kekayaanmu."
Aithan memegang pipi Argani. "Aku nggak kaya, Ar. Kuliah saja belum selesai. Tutuplah mata dan telinga mu. Jangan perduli dengan apa yang mereka katakan. Karena aku yakin kita saling mencintai. Aku dapat melihat itu di matamu."
Argani mundur dua langkah. "Aku pergi dulu ya?" Ia kemudian membalikan badannya dan segera melangkah. Namun baru beberapa langkah ia berbalik. Tersenyum manis ke arah Aithan sambil berkata," Terima kasih mau turun dua tangga lagi hari ini. Aku suka kaos dan jaketnya." Lalu ia membalikan badannya lagi dan melangkah pergi.
Aithan memegang dadanya yang bergetar mendengar perkataan Argani. "Cintailah aku, sayang." ujar Aithan lalu segera menjalankan lagi motornya.
***********
Persiapan untuk pergi ke LA sudah selesai. Sejak pagi Aithan tak bisa menghubungi Argani. Hari ini gadis itu ulang tahun dan Aithan menunggu janji Argani mengenai kejelasan hubungan mereka.
"Dia nggak ada di asramanya, pangeran. Ia juga tak ada di perpustakaan. Hari ini dia nggak ada jadwal kuliah." lapor Darren.
Aithan menarik napas panjang dan menghembuskan dengan sedikit kesal. Ia sudah menyiapkan sebuah hadiah yang indah untuk Argani dan gadis itu menghilang.
"Dia memang sengaja melakukan ini. Mungkin dia menolak cintaku. Ah, Darren, aku rasanya nggak semangat untuk ikut pertandingan antar universitas di LA." Aintan membaringkan tubuhnya. Hatinya gelisah.
"Pangeran, ini sudah jam 6 sore. Sudah saatnya kita ke bandara." kata Darren.
Aithan memasukan kotak hadiah itu ke dalam tas ranselnya. Lalu dengan langkah yang lemah, ia mengikuti Darren.
Saat mereka tiba di bandara, anggota tim basket yang lain pun sudah hadir.
"Kenapa nampak nggak semangat?" tanya Reza.
Aithan hanya tersenyum kecut.
Ponselnya berbunyi. Matanya langsung berbinar saat melihat nama Argani ada di sana.
"Ar, kamu di mana?"
"Aku di luar. Boleh keluar sebentar?"
Tanpa diminta dua kali Aithan pun langsung berlari ke luar. Ia melihat Argani yang berdiri tak jauh darinya.
"Baca surat ini jika sudah ada dalam pesawat ya?" ujar Argani sambil mengulurkan sebuah amplop berwarna putih.
"Apa ini?"
"Jawabanku atas pernyataan cintamu."
"Kenapa harus pakai surat? Kenapa nggak bilang langsung?"
"Aku inginnya begitu. Janji ya, harus di dalam pesawat."
Aithan mendengar panggilan penumpang. Ia jadi semakin resah.
"Argani, selamat ulang tahun!" ujar Aithan sambil memberikan sebuah kotak.
Argani menerimanya. "Selamat bertanding Aithan." katanya lalu segera pergi meninggalkan cowok itu.
**********
Apa isi suratnya????
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
gia gigin
jadi baper lihat mereka 🤭
2022-12-23
1
ICHA GHEA
jdi penasaran
2022-01-05
0
Frisky cipan
baru lanjut lagi
2021-12-22
1