Setelah mencari informasi tentang Argani, Aithan dan Daren kembali ke fakultas kedokteran.
"Pangeran, kenapa balik lagi ke sini?" tanya Daren.
"Aku ingin melihat dia. 15 menit lagi jam kuliahnya akan selesai." Kata Aithan sambil turun dari mobilnya. Ia menutup pintu lalu bersandar pada pintu mobil sambil memasukan kedua tangannya di saku celananya. Kacamata hitam yang dipakainya, belum dilepaskan nya dari hidung mancungnya.
Benar saja, tak lama kemudian, nampak rombongan mahasiswa keluar dari arah gedung fakultas kedokteran. Dan di sana ada Argani. Ia nampak sedang berjalan dengan seorang gadis bermata sipit.
Aithan menatap Argani tanpa berkedip. Rambut panjang gadis itu yang melambai-lambai terkena tiupan angin sore membuatnya nampak semakin cantik. Tanpa make up, gadis itu terlihat luar biasa di mata Aithan.
Darren melirik ke arah Aithan. Selama hampir 5 tahun ia menjadi pengawal pribadi pangeran ketiga, ia tak pernah melihat Aithan begitu terpesona menatap seorang gadis.
"Pangeran, apa yang akan kita lakukan selanjutnya?" tanya Darren.
"Pulang ke apartemen."
"Apa?"
"Cukup bagiku melihatnya dari jauh seperti saat ini. Aku belum ingin mendekatinya. Karena aku tak mau ia menganggap aku lelaki yang maniak atau genit."
"Ok." Darren langsung mengikuti langkah sang pangeran menuju ke pelataran parkir.
"Pangeran, dia baru berusia 18 tahun beberapa bulan yang lalu." ujar Darren mengingatkan.
"Memangnya kenapa? Aku kan belum akan melamarnya."
"Apakah dia tak terlalu muda untuk pangeran?"
"Aku sebentar lagi 23 tahun. Kami hanya beda 5 tahun. Cocok kan?"
Darren mengangguk. "Pangeran sungguh jatuh cinta padanya?"
"Dia cantik dalam penampilannya yang sederhana. Dia tetap menarik walau tak menggunakan baju, sepatu dan tas dari merk terkenal. Dan dia akan jadi calon dokter termuda. Bayangkan saja, ia masuk fakultas kedokteran saat usianya belum genap 17 tahun. Belum dua tahun kuliah, ia sudah menyelesaikan 70% mata kuliahnya dengan nilai A+. Aku bisa bayangkan kalau dia akan menjadi dokter saat usianya belum genap 20 tahun. Aku suka gadis yang pintar."
"Dia bukan kaum bangsawan, pangeran."
"Dan aku bukan putra mahkota. Jadi aku dapat memilih pasangan menurut keinginanku sendiri."
Darren hanya bisa menarik napas panjang. Mana berani ia membantah keinginan sang pangeran.
***********
Hujan turun di malam ini. Argani baru saja keluar dari perpustakaan pusat telah hampir empat jam ia ada di sana. Perpustakaan pusat merupakan perpustakaan terbesar di kampus ini. Memang masih-masing fakultas memiliki perpustakaannya sendiri namun buku-buku yang ada hanya terbatas. Namun di perpustakaan pusat, Argani dapat menemukan apa saja yang diinginkan nya termasuk mencari berita-berita yang sudah lama di komputer yang secara gratis sudah disediakan di sana sebanyak 50 unit. Tentu saja hal ini sangat menolong bagi Argani untuk menghemat biaya pulsanya.
Argani berdiri di depan perpustakaan. Bukan cukup deras dan ia bisa basah jika harus menerobos hujan, menuju ke halte bis untuk kembali ke asramanya.
Gadis itu memeluk dirinya sendiri sambil berdoa agar hujan cepat berhenti. Apalagi sekitar kampus mulai sunyi karena ini sudah hampir jam 10 malam.
"Hai.....!"
Argani menoleh mendengar sapaan itu. "Aithan?"
Wajah tampan pria itu tersenyum. "Senang sekali karena kau masih mengingat aku."
"Tentu saja aku masih ingat. Kita bertemu 2 minggu yang lalu kan?"
Aithan mengangguk. 2 minggu ia hanya bisa menatap Argani dari jauh sambil melihat keseharian gadis itu. Satu yang membuat Aithan senang, Argani suka sekali membaca. Dan ia akan menghabiskan waktunya berjam-jam di perpustakaan. Seperti juga hari ini. Aithan yang sedang mencari sesuatu di perpustakaan pusat ini, menjadi bersemangat saat melihat Argani sedang duduk di sudut ruangan. Dia bahkan rela menunggu selama berjam-jam dan Aithan bersyukur atas turunnya hujan malam ini.
"2 minggu waktu yang cukup lama."
Argani tersenyum. "Aku tak akan mudah melupakan orang yang sudah bertemu denganku. Apalagi kamu cukup familiar di kampus ini."
"Ah, aku jadi tersanjung."
Argani terkekeh. Dan hati Aithan bagaikan di penuhi dengan bunga-bunga saat melihat wajah Argani yang tertawa kecil. Sungguh menggemaskan.
"Hujan nampaknya tak mau berhenti. Kau mau pulang bersamaku? Aku bawa payung dan mobil."
"Tidak. Terima kasih. Aku tak mau merepotkan mu."
"Aku tak merasa direpotkan. Lagi pula tak baik meninggalkan mu sendiri di sini. Di perpustakaan ini kurang aman karena letaknya yang agak jauh dari gedung-gedung yang lain."
Argani mengangguk setuju. Perpustakaan pusat ini memang letaknya paling belakang.
Namun ia tetap tak mau pergi bersama Aithan. Ia tak mengenal pria ini secara baik.
"Kau takut pergi denganku?" tanya Aithan.
"Bu...bukan." Argani buru-buru menggeleng.
"Aku bukan orang jahat atau lelaki nakal yang berusaha mengambil keuntungan dari seorang gadis yang terjebak hujan."
Argani merasa tak enak. "Baiklah."
Aithan jadi senang. Ia langsung membuka payung yang ada di tangannya. "Ayo kita pergi!"
Keduanya berjalan bersisian menerobos hujan yang semakin keras saja turunnya.
Ketika melewati jalan yang berair, Argani hampir saja terpeleset. Untung saja Aithan dengan cepat menahan pinggangnya sehingga gadis itu tak terjatuh.
"Terima kasih." Ujar Argani dengan jantung yang berdebar. Ia dapat merasakan kalau tadi wajah mereka sangat dekat.
"Sama-sama" Duh ingin rasanya aku memeluk dia lebih lama.
Aithan membuka pintu mobil bagi Argani setelah itu ia pun berputar dan naik dari pintu sebelah kiri mobil.
"Asramanya yang mana?" tanya Aithan, membuka pembicaraan pada hal ia sudah tahu dimana Argani tinggal.
"Di asrama putri Rose." jawab Argani sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Kau merasa kedinginan?" tanya Aithan. Ia menambah pemanas dalam mobilnya.
"Lumayan. Hujannya sangat deras."
Terima kasih hujan, kau membuatku bisa dekat dengannya. Guman Aithan dalam hati.
Mereka pun tiba di depan asrama Ros. Asrama ini ada beranda depannya sehingga Argani tak perlu memakai payung saat turun.
"Terima kasih ya, Aithan. Selamat malam." kata Argani sambil membuka sabuk pengamannya.
"Selamat malam juga, Argani."
Gadis itu turun. Ia menutup kembali pintu mobil sambil melambaikan tangannya. Setelah mobil Aithan pergi, ia pun melangkah masuk ke dalam asrama. Kamarnya ada di lantai dua.
"Argani.....!" Lea teman seangkatannya memanggil dia. Kamar Lea memang tepat berada di depan kamar Argani.
"Ada apa?" tanya Argani sambil membuka pintu kamarnya.
"Kamu sudah baca pengumuman di website universitas kita?" tanya Lea sambil ikut masuk ke dalam kamar bersama Argani.
"Belum."
"Kamu adalah salah satu mahasiswa yang akan berangkat ke Cina untuk misi kemanusiaan mewakili universitas kita."
Mata Argani membulat. "Benarkah? Kamu nggak bohong kan?"
"Nggaklah."
"Wah, akhirnya. Aku bisa pergi Ke Cina. Berapa orang yang akan berangkat?"
"7 orang mahasiswa dan 1 orang dosen pendamping. 5 mahasiswa lainnya berasal dari fakultas kedokteran. 3 lainnya berasal dari fakultas lain. Ketua rombongannya adalah Aithan Cainio." Lea terlihat begitu bersemangat. "Andai saja aku salah satu mahasiswa yang pergi ya..."
"Tadi dia mengantarku pulang."
Lea terkejut. "Pulang ke sini?"
"Iya. Dia juga kayaknya dari perpustakaan. Kami sama-sama menunggu hujan reda. Lalu ia menawariku pulang bersama. Karena aku juga sudah kedinginan dan lapar, jadilah aku setuju saja."
"Ah....Argani. kamu beruntung sekali memiliki kesempatan bersama Aithan. Eh, bagaimana dia? Maksudku pribadinya?"
"Kelihatannya baik, tak sombong dan sangat suka menolong kayaknya."
"Dia memang terlihat tak sombong meskipun yang aku tahu kalau dia adalah salah satu anak bilioner. Itu yang membuat aku kagum padanya. Tak seperti anak orang kaya lainnya yang memilih teman hanya dari kalangan mereka saja. Aku pernah melihat, Aithan duduk dengan salah satu pembersih taman kampus dan asyik ngobrol tanpa ada batas."
"Kau suka dengannya?"
"Hanya sekedar kagum saja." Kata Lea. "Tak berani berharap karena itu akan sia-sia saja. Bagaikan pungguk merindukan bulan."
Argani hanya tersenyum. Dia ingat tadi bagaimana saat dirinya hampir jatuh dan dipeluk oleh Aithan. Tubuh cowok itu sangat harum. Pasti minyak wangi yang dipakainya pun sangat mahal. Namun ada sesuatu, dari tatapan mata cowok itu yang membuat Argani bertanya-tanya dalam hatinya. Mata Aithan seperti memancarkan cahaya cinta. Tapi itu tak mungkin. Argani tak mau melambung terlalu jauh.
**********
Di apartemen nya, Aithan baru saja selesai mandi. Ia sudah menggunakan kaos oblong dan celana hitam rumahan. Baju yang biasa ia pakai saat tidur.
Aithan duduk di tepi tempat tidur. Memandang foto Argani yang selalu ia letakan di sana. Tangannya menyentuh foto itu. "Akhirnya kita bisa bertemu, cantik. Aku ingin agar kau menjadi milikku. Aku harap kau mempunyai rasa untukku. Selamat malam, cantik." Aithan meletakan foto itu di dadanya saat ia sudah membaringkan tubuhnya.
Satu jam kemudian.....
Daren masuk ke kamar Aithan. Ia melihat kalau pangeran itu sudah tertidur sambil memeluk foto Argani. Setelah mengambil foto itu dan meletakkannya kembali ke atas nakas, Daren langsung keluar.
"Pangeran sudah tidur?" tanya Tio.
"Iya."
"Dan memeluk foto gadis itu lagi?"
Daren tersenyum. "Sepertinya ia tak bisa tidur tanpa memeluk foto itu. Hari ini saja aku dibuat pusing oleh pangeran karena harus mengatur para mahasiswa yang akan berangkat ke Cina. Dan Argani harus jadi salah satunya. Pada hal kan yang akan berangkat semuanya para donatur yang notabene adalah anak-anak orang kaya."
Tio menarik napas panjang. "Pangeran sepertinya sedang jatuh cinta. Bagaimana jika gadis itu ternyata menyambut cintanya?"
Daren menatap Tio sambil melipat tangannya di depan dada dan menyandarkan punggungnya di sandaran sofa. "Permaisuri pasti akan marah pada kita. Namun, kita tak punya hak untuk melarang pangeran jatuh cinta."
"Bagaimana jika misi mereka memang terjadi?"
Daren menggeleng. "Mungkin aku harus menyingkirkan gadis itu. Namun, pangeran sangat jatuh cinta kali ini."
Tio menepuk pundak Daren. "Pokoknya jangan sampai mereka serius pacaran dan sulit untuk dipisahkan."
Daren hanya mengangguk. Ia sungguh terbeban dengan tugas ini.
**********
Makasi sudah baca part ini.
Misi apakah yang harus Darren laksanakan?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
gia gigin
Sepertinya bakalan banyak air mata😭
2022-12-23
1
Sunny
waduuh di part ini aq mulai dek2an....pasti sulit sekali nanti perjalanan cinta aithan
2021-11-28
1
Mala Mala Sdj
Alur, dialog, n tulisan bagus...colaborasi yg baik...penulisnya cerdas!
2021-11-27
1