Darren dan Argani kini duduk di balkon belakang asrama itu. Argani memang tak mau menerima tamu laki-laki di dalam kamarnya. Di samping ia tak mau orang lain salah mengira, ia juga merasa kini dirinya sudah mempunyai pacar dan itu berarti ia harus menghormati nama baik kekasihnya.
"Ada apa, Darren?" tanya Argani setelah mereka duduk selama beberapa menit dan Darren tak juga bicara.
"Maafkan aku, Argani. Mungkin apa yang akan kukatakan ini kurang menyenangkan untuk kau dengar."
Argani menatap Darren. Ia yakin ini pasti ada hubungannya dengan Aithan karena Darren sahabat baik Aithan.
"Apakah ada hubungannya dengan Aithan?"
"Ya."
"Karena perbedaan status sosial kami?" tanya Argani membuat Darren sedikit kaget karena gadis itu ternyata bisa menembak isi pikirannya.
"Ya." jawab Darren.
Argani tersenyum. "Aku tahu sejak awal pasti ini yang akan di permasalahkan oleh banyak orang. Mungkin juga oleh keluarga besar Aithan saat mereka tahu hubungan kami. Tapi tak bisakah kami bahagia? Hubungan kami kan baru saja dimulai. Kami tak tahu apa yang akan terjadi di depan. Bisa saja kami putus dan tak melanjutkan hubungan ini. Aku baru 19 tahun, Aithan baru akan 23 tahun. Kami bukan berusia 27 atau 30 yang siap untuk menikah. Aku akui, aku jatuh cinta pada Aithan. Dia melakukan banyak hal yang membuat aku suka padanya. Aku tak pernah bertanya, mengapa Aithan suka padaku. Kami baru saja bahagia. Biarkan kami bahagia, Darren. Biarkan cinta kami menjadi kuat. Seandainya dikemudian hari, Aithan menyadari bahwa aku tak pantas untuknya, percayalah, aku yang akan mundur. Aku tak akan seperti gadis lain yang memaksakan diri untuk bisa bersama Aithan." Argani berhenti sejenak. Lalu ia kembali menatap Darren. "Kamu sahabatnya Aithan. Ia selalu bercerita tentang dirimu. Aku pikir kamu akan mengerti bahwa cinta itu tak bisa ditahan. Biarkan Aithan bahagia. Tidakkah kau ingin melihat dia bahagia?"
Pertanyaan Argani membuat Darren terdiam. Selama ini Aithan tak pernah menganggap ia dan Tio sebagai pelayan. Aithan menjadikan mereka sebagai sahabatnya. Meminta Argani untuk menjauhi Aithan, sama saja ia akan menyakiti Aithan.
"Argani, bagaimana nanti jika keluarga Aithan memang sama sekali tak menginginkanmu? Bagaimana jika Aithan harus diperhadapkan dengan pilihan antara keluarganya atau dirimu?"
Argani diam sejenak. "Aku tak tahu bagaimana sikapku saat itu. Namun yang pasti akan kulakukan apa saja agar Aithan bahagia."
Darren berdiri. Ia hanya bisa mengikuti kata hatinya sekarang ini. Dengan langkah pelan, ia meninggalkan Argani. Namun baru sampai di depan pintu, ia berbalik. "Aku mohon, jangan katakan pada Aithan kalau aku menemuimu."
Argani mengangguk. Ia tersenyum dan membuat Darren merasa tenang.
Tio yang menunggu kedatangan Darren nampak antusias melihat pengawal terbaik kerajaan itu kembali ke kamar mereka yang bersebelahan dengan kamar Aithan.
"Bagaimana?" tanya Tio.
Darren duduk di atas lantai sambil membuka sepatunya. "Dia gadis yang baik, Tio. Pantas saja pangeran begitu mencintainya. Dia bukan tipe gadis matre yang hanya ingin mengambil keuntungan dari pangeran. Usianya baru 19 tahun namun ia sangat dewasa. Aku saja jadi kagum padanya."
"Lalu bagaimana nanti ke depan?"
"Kita berdoa saja agar pangeran bosan padanya. Argani tipe gadis yang sederhana. Mungkin juga ia akan menyerah dengan serangan kaum elit di universitas ini."
Tio menyandarkan punggungnya di dinding. "Kita akan berdiri di samping pangeran sekarang. Dan kita akan siap dengan hukuman mati dari Permasyuri."
"Aku menganggap pangeran seperti adikku sendiri, Tio. Aku tak mau menyakitinya."
Tio mengangguk. Ia sudah mengenal pangeran sejak pangeran berusia 10 tahun
Pangeran sangat jauh berbeda dengan kedua kakaknya. Pangeran tak pernah sombong dan sellau bersikap rendah hati kepada siapa saja. Itulah sebabnya Tio percaya, pangeran Aithan yang lebih cocok menjadi raja menggantikan ayahnya.
*********
Argani masuk ke dalam kantin untuk mengisi perutnya yang kosong. Sejak pagi jadwal kuliahnya sangat padat dan ia tak sempat sarapan. Sebagai mahasiswa yang menerima beasiswa, Argani memiliki kartu khusus yang akan membuatnya makan secara gratis di kantin fakultas kedokteran ini. Dan yang membuat pengolah kantin sangat senang, jika Argani memiliki waktu luang, ia tak segan membantu mereka dengan mencuci peralatan makan yang kotor ataupun ikut membersihkan ruangan kantin.
Nyonya Walen langsung tersenyum melihat kedatangan Argani. Wanita berusia sekitar 50 tahun itu bahkan menggoda Argani.
"Aku pikir, setelah menjadi pacar si tampan Aithan, kau tak akan makan lagi di sini."
Argani tersenyum. "Bagaimana mungkin aku berubah hanya karena pacaran dengan Aithan? Aku tetaplah Argani, yang suka makan secara gratis di sini karena masakan mu sangat enak nyonya Walen."
Walen tersenyum senang. Ia mempersilahkan Argani untuk makan apa saja yang ia mau. Argani pun makan dengan lahap. Selesai makan, karena jam kuliahnya sudah selesai, Argani seperti biasa langsung membantu mengumpulkan peralatan makan yang sudah kotor dan membersihkan meja-meja yang ada.
Monica dan para gang nya pun masuk sambil menatap Argani yang sedang membereskan meja.
Ketika duduk, Monica dengan gaya sombongnya memanggil Argani untuk memesan makanan mereka. Dengan sikap ramah, Argani pun melayani semua keinginan mereka. Namun, ketika makanan itu sudah diantarkan ke meja mereka, Laura dengan sengaja menumpahkan jus yang dipesannya ke lantai.
"Pelayan, tolong dibersihkan ya?" teriak Laura.
Argani mengambil alat pel dan mulai membersihkan lantai yang kotor itu. Namun sementara ia membersihkan lantai di dekat meja mereka, satu persatu makanan yang mereka pesan mulai dijatuhkan ke lantai. Argani mulai kesal. Ia membanting sapu yang dipegangnya.
"Mau kalian apa?" tanyanya masih berusaha menahan suaranya agar tak terdengar marah.
"Kamu keberatan? Bukankah ini sudah tugasmu? Kamu sudah makan gratis di kantin fakultas kita, jadi sudah seharusnya kamu membersihkan semua kotor di tempat ini. Suka-suka kitalah mau membuang makanan ini. Kan kita membayarnya tak sama sepertimu yang makan gratis." Ujar Sarah lalu menumpahkan saos ke lantai.
Semua yang ada di kantin itu hanya diam saja menonton adegan yang memang jarang mereka lihat. Bahkan nyonya Walen sendiri tak berani bertindak karena ia bisa saja kehilangan pekerjaannya di kantin ini.
Argani yang melihat saos itu mengotori lantai, sudah tak tahan dengan semua kemarahannya. Ia dengan cepat mengambil air putih yang ada di gelas dan menyiramnya ke baju Sarah.
"Kamu....!" Sarah naik pitam. Ia dengan cepat melayangkan tamparannya ke pipi Argani namun Argani dengan cepat menahan tangan gadis itu.
"Ah.....sakit!" Sarah berteriak. Monica dan Laura dengan cepat mendorong tubuh Argani sehingga gadis itu jatuh ke lantai. Dan dua orang gadis yang lain segera mengambil minuman mereka yang lain dan menyiramnya ke wajah Argani. Saos yang agak pedas itu membuat mata Argani perih dan membuat ia tak bisa melihat dengan jelas. Kesempatan itu digunakan oleh gang Monica untuk memukul Argani.
Di saat itulah, Darren, Reza dan Aithan muncul.
"Apa yang kalian lakukan?" teriak Aithan lalu segera mendorong gadis- gadis itu. Tak peduli dengan mereka yang menjerit kesakitan karena kuatnya tangan Aithan yang mendorong mereka. Aithan langsung memeluk Argani dan meminta Darren untuk mengambil air putih untuk membersihkan wajah Argani.
"Aku sebagai ketua dewan mahasiswa akan menuntut kalian semua. Tindakan kalian sudah keterlaluan!" teriak Reza dengan amarah yang sangat memuncak.
"Argani yang sudah memancing kami lebih dulu. Coba saja tanya pada semua yang ada di sini." ujar Sarah.
"Sayang...., bagaimana matamu?" Tanya Aithan.
"Masih agak perih." ujar Argani namun ia berusaha berdiri. Aithan membantunya untuk berdiri.
"Argani adalah pacar ku. Menganggu Argani berarti juga menganggu ku. Kalian sungguh gadis sombong yang hanya mengandalkan kekayaan dan kedudukan orang tua kalian. Apakah kalian pantas menjadi dokter dengan akhlak seperti ini? Seharusnya para pria kaya di universitas ini membuka matanya lebar-lebar. Kalian tidak pantas dijadikan kekasih mereka." Aithan memandang Darren. Ia kemudian membisikan sesuatu di telinga Darren.
"Ayo ke ruang kesehatan. Aku akan memeriksa matamu." kata Reza pada Argani.
Dengan penuh kasih disaksikan oleh seluruh penghuni kantin yang ada, Aithan menggendong tubuh Argani ala bridal style. Walaupun Argani memintanya untuk diturunkan namun Aithan tetap memeluk kekasihnya itu.
Reza yang merupakan mahasiswa jurusan akhir di fakultas kedokteran ini sudah memiliki ijin untuk menggunakan seluruh alat kesehatan di pusat kesehatan kampus. Ia dengan teliti memeriksa mata Argani.
"Ada radang sedikit namun tak berbahaya. Aku akan memberikan obat tetes." ujar Reza.
Aithan membantu Argani untuk duduk kembali. Tak lama kemudian Darren datang dan membawakan baju ganti untuk Argani. Argani pun ganti pakaian di dalam toilet.
"Kak Reza, terima kasih banyak ya?" ujar Argani sebelum pergi dengan Aithan. Reza hanya mengangguk. Hati kecilnya berkata kalau Argani adalah gadis yang manis. Ia bahkan merasa sedikit menyesal karena dulu tak begitu memperhatikan Argani. Pada hal banyak dosen yang memuji kecerdasan gadis itu. Namun Reza membuang semua perasaan itu yang tiba-tiba saja muncul. Ia adalah sahabatnya Aithan dan ia tak mau menusuk sahabatnya itu dari belakang.
Saat keduanya sudah ada di dekat tempat parkir, Argani melihat mobil Aithan ada di sana.
"Sayang, aku terpaksa membawa mobil karena tak mungkin mengantarmu dengan curahan salju seperti hanya menggunakan motor." kata Aithan melihat Argani yang menatap mobilnya itu tanpa berkedip.
Argani akhirnya ikut masuk ke dalam mobil.
"Aku akan mencari mobil yang lebih sederhana selama musim salju ini." ujar Aithan sambil menjalankan mobilnya.
"Aithan, jangan mengubah gaya hidupmu hanya karena ingin membuktikan padaku kalau kau bisa dengan cara hidupku. Bagiku, sudah cukup semua yang kau lakukan untukku." kata Argani sambil memegang tangan Aithan membuat pria itu tersenyum.
Mereka tiba di apartemen Aithan. Pria itu dengan sengaja mengajak Argani untuk mampir ke apartemennya dulu karena Darren sebenarnya sedang memasang sistem keamanan di kamar Argani.
Argani duduk di atas lantai yang dialas karpet tebal sementara Aithan membuat minuman hangat untuk mereka berdua.
"Aithan, apakah kau sungguh serius dengan hubungan kita?" tanya Argani saat Aithan sudah selesai meletakan dua gelas coklat hangat di depan meja bulat yang ada di hadapan Argani.
"Kenapa kau tanyakan itu? Apakah kau masih ragu dengan perasaanku padamu?"
Argani menatap Aithan. "Siapa kamu? Seberapa kaya keluargamu? Adakah sesuatu tentang dirimu yang kau sembunyikan dariku?"
Aithan terdiam. Haruskah ia mengatakan pada Argani kalau ia seorang pangeran? Apakah Argani justru akan menjauh darinya saat tahu siapa dirinya?
**********
Bagaimana selanjutnya? Mampukah Aithan berterus terang?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
gia gigin
Argani memang pantas di sukai dgn para pria idola kampus sebab selain pintar, Argani memiliki pribadi humble 😍Argani tgl lahirnya kita ternyata sama2 tgl 24🤭
2022-12-23
1
Jeng Anna
Wahhh baru ini nemu si cewek berpikir ke depan dan sanggup ngomong, biasanya a i u trus ketahan lamaaaa banget sampe ratusan episode baru berani ngomong ehhh itu di novel lain Thor definitely not yours 😘
2022-07-09
1
Sunny
🎶katakanlah katakan sejujurnya......apa mungkin kita bersatu....🎶🎶🎶
2021-11-30
0