Argani menatap wajahnya di cermin. Sejak 30 menit yang lalu ia siap. Ia sampai 3 kali ganti baju. Pilihannya jatuh pada celana jeans dipadu dengan kemeja warna putih, lengan panjang. Tak lama lagi musim dingin jadi cuaca memang agak dingin akhir-akhir ini.
Rambut panjangnya diikat satu, ia memoles bedak dan sedikit lipgloss agar bibirnya tak kering.
Pintu kamarnya diketuk. Argani membukanya dan terkejut melihat Aithan sudah berdiri di sana dengan celana jeans biru dan kemeja putih.
"Baju kita....." keduanya sama-sama mengungkapkan kalimat itu sambil menunjuk baju mereka masing-masing.
"Ternyata selera kita sama." kata Aithan membuat wajah Argani sedikit memerah.
"Kita pergi sekarang?" tanya Argani.
"Boleh."
"Sebentar aku ambil tas ku dulu." ujar Argani lalu ia masuk kembali ke kamarnya. Aithan sempat mengintip kamar Argani yang nampak sangat rapih dan bersih. Bernuansa hitam, putih dan biru.
"Ada apa?" tanya Argani saat Aithan masih berdiri di depan kamarnya.
"Kamarmu cantik. Secantik orangnya."
"Ih..., jangan menggombal."
"Aku bilang yang sebenarnya, Ar."
"Ayo, kita pergi!" ajak Argani karena ia belum terbiasa dengan kata-kata manis yang diucapkan oleh Aithan.
Aithan meraih tangan Argani dan menggenggamnya erat.
"Aithan....!" Argani sebenarnya agak malu jika harus bergandengan tangan namun Aithan sama sama sekali tak mau melepaskan pegangan tangannya. Untung saja Sabtu begini asrama biasanya sepi saat pagi hari. Para mahasiswa memanfaatkan hari ini untuk tidur ataupun membersihkan kamar mereka.
Sesampai di depan asrama, Aithan langsung memberikan helm untuk Argani pakai. Ia sendiri memakai helmnya.
Saat Argani sudah duduk di belakang, Aithan mengambil kedua tangan Argani dan melingkarkannya di pinggangnya. "Peluk aku supaya kamu nggak jatuh."
"Modus. Bilang saja ingin aku memelukmu."
Aithan hanya terkekeh namun ia bahagia karena Argani tetap melingkarkan tangannya di pinggangnya.
Motor matic itu pun perlahan bergerak meninggalkan kompleks asrama putri membuat Lea yang baru saja turun dari mobil Leon, sedikit mengerutkan dahinya. Itukan Argani? Dan itu kan Aithan? Kenapa mereka bisa bersama ya? Apakah mereka ada hubungan? Argani memang cantik, tapi Aithan, diakan anak orang kaya? Bagaimana mungkin bisa bersama Argani?
**********
Motor yang ditumpangi Aithan dan Argani berhenti di sebuah tempat wisata di salah danau yang sangat indah.
"Danau ini sangat indah." ujar Argani sambil membuka helm nya.
"Dan tenang. Aku suka datang ke sini jika tugas kuliah sangat banyak. Aku selalu butuh ketenangan untuk belajar." kata Aithan lalu kembali meraih tangan Argani dan mengajaknya berjalan mengelilingi danau itu sampai akhirnya mereka berhenti di salah satu pondok dan duduk di sana. Aithan memesan makanan melalui sambungan telepon yang ada di sana.
"Ar, saat aku di pesawat dan membaca surat yang kau berikan, ingin rasanya aku meminta pilot untuk memutar balik arah pesawat dan kembali ke London. Aku sangat senang waktu itu. Aku bahkan melompat-lompat dalam pesawat." kata Aithan sambil memegang kedua tangan Argani.
"Mengapa sampai begitu? Nanti kamu dikira orang gila."
"Nggak masalah. Aku memang sedang tergila-gila padamu." ujar Aithan lalu mencium kedua tangan Argani.
"Apakah setiap kali pacaran kamu seperti ini?"
"Seperti apa?"
"Ya....seperti ini?"
"Mengucapkan kata-kata manis maksudmu? Nggak. Karena selama ini, aku tak pernah menyatakan cinta pada seorang gadis."
"Tapi yang aku tahu kalau kamu memiliki pacar sebelum aku."
"Merekalah yang menyatakan cinta padaku."
"Apa?"
"Kamu nggak percaya?"
"Tapi bagaimana bisa?"
Aithan tersenyum. Ia membelai wajah Argani dengan punggung tangannya kemudian mendekat ke arah gadis itu sehingga jarak diantara mereka menjadi tanpa batas. "Pacar pertamaku namanya Julia. Dia teman kakakku jadi lebih tua 3 tahun dariku. Saat itu usiaku 17 tahun. Dialah yang menyatakan cinta padaku. Lalu pacar keduaku namanya Ivana. Dia juga kakak tingkat ku. Setelah itu Gisela. Dia juga yang menyatakan cinta padaku. Kami putus sebelum aku mengenalmu. Jadi kalau mau dikata, kamu adalah cinta pertama bagiku."
"Memangnya dengan mereka kamu nggak cinta?"
"Tidak. Karena jantungku tak pernah berdetak cepat, seperti saat pertama kita bertemu, hatiku tak pernah merasakan rindu seperti aku yang begitu merindukanmu, sehari saja tak melihatmu. Denganmu aku selalu merasa bahagia, berbeda saat bersama mereka dimana aku sering merasa bad mood. Hanya kau yang bisa membuat aku sabar menunggu jawaban atas pernyataan cintaku."
Argani merasa tersanjung mendengarnya. Ia merasakan dadanya sesak dengan perasaan cinta karena perkataan Aithan. "Aithan, jangan sakiti aku. Jangan buat hatiku melambung terlalu tinggi namun akhirnya kau akan membuatku merasa sakit karena terjatuh."
"Itu tak akan terjadi, sayang. Aku bersumpah bahwa kau adalah cinta sejati ku."
Keduanya pun saling berpelukan dengan perasaan bahagia. Namun pelukan itu harus dilepaskan karena pelayan sudah datang mengantarkan makanan mereka.
"Makanannya enak." ujar Argani.
"Aku dan Darren suka makan di sini."
"Darren itu sahabat mu?"
"Ya. Dia sahabat baikku."
Argani menikmati makanan itu sambil sesekali Aithan bersikap manja dan meminta Argani menyuapinya.
"Aithan terima kasih untuk hadiahnya. Aku suka. Pasti kamu sangat berlelah untuk bisa membelikan ini untukku kan?"
Aithan tersenyum sambil menggeleng. "Tak ada kata lelah untuk orang yang kita cintai. Aku justru merasa bangga bisa memberikan itu untukmu bukan dari kekayaan orang tuaku."
Aithan memang bekerja selama 4 bulan di sebuah cafe yang adalah milik sahabatnya. Kalung yang Aithan berikan bukanlah kalung biasa. Itu Aithan pesan khusus dari kerajaannya. Permata yang mengelilingi liontin bunga matahari itu bukanlah permata biasa. Karena bunga matahari adalah lambang anggota kerajaan. Uang gaji yang Aithan dapatkan memang tak cukup untuk membeli kalung itu. Makanya ia menggunakan penghasilannya sebagai salah satu pemegang saham di perusahaan kerajaan.
"Aku merasa tersanjung." ujar Argani saat keduanya kembali berjalan menyusuri tepian danau. Nampak beberapa pasangan yang sedang menikmati waktu berdua di sana. Ada bahkan yang saling berciuman membuat Argani sedikit jengah dan langsung memalingkan wajahnya.
"Kau memang istimewa." bisik Aithan. Ia melepaskan pegangan tangannya, lalu tangannya melingkar di pinggang Argani saat ia merasakan kalau gadis itu sedikit kedinginan.
Argani merasakan ada aliran panas yang membuat buku kuduknya berdiri saat mereka menjadi begitu dekat.
"Kita pergi nonton, yuk!" ajak Aithan.
"Asal jangan film action ya? Aku suka komedi."
"Boleh."
Keduanya pun kembali ke kota dengan motor matic Aithan. Setiap kali tangan Argani terlepas, Aithan akan memintanya memeluk Argani. Sampai akhirnya Aithan menjadi semakin berbunga-bunga saat ia merasakan kalau Argani menyandarkan kepalanya di punggungnya. Sungguh, Aithan merasa tak ada kebahagiaan seperti ini sepanjang hidupnya.
Mereka pun tiba di bioskop. Kebetulan ada film komedi romantis yang sedang tayang. Aithan merasa bahagia karena selama ini, ia tak pernah menonton bioskop dengan seorang gadis. Ia hanya pernah masuk bioskop saat masih remaja. Selebihnya, jika ia ingin menonton maka pengawal pribadinya akan menyediakan film apa saja yang ingin Aithan lihat. Di apartemen nya, ia memiliki TV yang layarnya sangat besar. Jika bosan, ia dan Darren biasa main game dan Tio akan karoke dengan gaya lucunya yang membuat Aithan dan Darren tertawa. Dan kini, demi Argani, Aithan mau melakukan semua ini. Ia bahkan sangat bahagia saat melihat bagaimana Argani tertawa setiap kali ada adegan lucu.
Selesai menonton dan makan malam bersama, Aithan pun mengantarkan Argani pulang. Sebenarnya ia ingin menahan Argani untuk lebih lama dengannya. Namun Aithan tak ingin membuat kesan buruk di kencan mereka yang pertama.
"Terima kasih untuk hari ini." Kata Aithan saat mengantarkan Argani sampai di depan pintu kamarnya.
"Justru aku yang harus berterima kasih. Hari ini aku sangat senang."
Aithan kembali memegang wajah Argani. Kali ini sangat dekat. Argani memejamkan matanya. Apakah Aithan akan menciumnya?
Aithan mencium dahi Argani. Ia tahu kalau Argani belum pernah berciuman sebelumnya. Ia akan sabar menunggu sampai gadis itu siap. Tentu saja dengan momen yang tepat agar ciuman pertama Argani akan sangat berkesan.
"Mimpi yang indah ya?" Ujar Aithan lalu mencium pipi Argani.
Gadis itu pun membuka matanya. Ia lega karena Aithan tak mencium bibirnya. Bukannya ia tak mau, namun ia tak ingin dianggap murahan di kencan pertama mereka.
"Kamu juga mimpi yang indah."
"Usahakan ada aku di mimpimu, ya? Seperti aku ingin ada kamu di mimpiku."
Argani mengangguk. "Selamat malam, Aithan."
"Selamat malam, sayang." Aithan pun melangkah meninggalkan Argani. Ia tersenyum pada beberapa pasang mata yang menatapnya tak percaya. Mungkin mereka bingung saat tahu kalau Aithan berkencan dengan gadis yang biasa.
Argani pun segera masuk ke dalam kamarnya sebelum para gadis mendekatinya dan bertanya. Karena bagi Argani, kebahagiaan yang ia alami hari ini tak ingin tergantikan oleh pertanyaan sinis dari mereka yang menganggap Aithan tak pantas untuknya. Argani ingin tidur dan bermimpi tentang Aithan.
************
Romantis nggak sih?
Awas ya kalau Darren menjadi penghalang.
Salam manis Amanda
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
gia gigin
Ihhh 😍😍🥰🥰🥰🥰🥰
2022-12-23
1
ICHA GHEA
tuch daren ma tio gk ush main thor sampek mereka menika
2022-01-05
0
Ety Nadhif
setiap hubungan apapun,pertamanya manis,,,blm ada pahit" nya
2021-12-13
0