Aditya PoV
Sudah seminggu ini aku selalu kepikiran tentang Hira, wajah pucat pasi dan ketakutan yang aku lihat ketika di poli kesehatan.
"Papa....Ki...mau ke rumah Opa Hanif....kakak Hira nginap di sana...kemaren ga puas menulisnya." Wajah cemberut Kihana meminta aku mengantarkan dia ke rumah Om Hanif.
"Kamu senang belajar dengan Kakak Hira? Sekarang kita ke rumah eyang dulu...eyang kangen katanya." Aku bersiap untuk mengantarkan Kihana ke rumah orang tua Olivia.
"Senang....tapi kakaknya banyak diam....aku kan jadi binggung kalau mau ajak bicara....aku masih anak kecil ga tahu obrolan orang dewasa." Anak ini sangat kritis apapun yang dirasakannya pasti langsung disampaikannya.
"Ya udah nanti Papa coba bicara dengan Kakak Hira...untuk mengajak Kakak Kihana ngobrol tentang lukisan." Aku mencoba membujuk Kihana yang tahun ini berumur delapan tahun.
Hira Arinta Siregar nama itu yang terus berputar di pikiran Aku, sejak dia jatuh pingsan Minggu lalu Aku selalu berpikir dengan keadaannya. Apalagi mendengar cerita dari Medina dan Sakura bahwa dia di usir oleh ayah kandungnya.
Tahun ini, empat tahun Olivia meninggalkan aku bersama buah cinta kami. Ibu dari anak ku ini mengidap kanker kista stadium akhir, Aku terlambat mengetahui kondisi Oliva. Melanjutkan pendidikan di Amerika mengharuskan meninggalkan Olivia dan Kihana bersama mertua Ku, Ketika menyelesaikan pendidikan di sana, Aku terkejut dengan kondisi kesehatan istriku.
Wajah kuyu, berat barat turun drastis dan paling aku sesali adalah Olivia melakukan kemoterapi. Aku tidak ada di samping dia saat membutuhkan support dari seorang suami. Aku seperti laki-laki yang tidak tahu diri, meninggalkan istri dalam penyakitan.
Dua bulan Olivia bertahan untuk kesembuhannya, Namun Tuhan lebih menyayangi istriku. Olivia meninggal setelah mengucapkan kata yang tidak pernah aku lupakan.
"Bintang....tolong jaga anak aku....jangan sia-sia buah cinta kita....Kihana anak kita....Kamu jangan nangis ya kalau aku udah pergi...kasian Kihana." Suara Olivia berlomba dengan peralatan yang terpasang di tubuhnya.
"Bintang Aditya Prawira....Aku ikhlas jika nanti kamu bertemu dengan seorang wanita yang bisa menerima anak Aku...kamu boleh memberikan seluruh jiwa cinta dan kasih sayang kamu kepada dia....Aku berterima kasih kamu telah mau menerima perjodohan ini... walaupun kamu tidak pernah membuka hati kamu untuk aku....Aku berharap wanita yang kamu pilih kelak...wanita yang tulus mencintai kamu dan Kihana." Olivia pergi dengan tenang saat aku membacakan dua kalimat syahadat di dekat telinganya.
Olivia merupakan tetangga dekat rumah aku di Jawa tengah, ketika aku menyelesaikan pendidikan militer Mama memberitahu untuk menjodohkan aku dengan anak temannya.
Sebenarnya aku belum siap untuk berkomitmen saat ini, umur ku masih dua puluh delapan tahun. Orang tua Olivia meminta Mama menjodohkan anaknya dengan Aku, Mama mendesak agar segera menikah karena umur Aku sudah cukup matang.
Aku harus menerima perjodohan ini, Papa seorang jenderal ikut turun tangan agar aku menikahi Olivia. Jika Papa sudah berucap maka perintah dilaksanakan.
Selama aku menikah dengan Olivia, perasaan yang menggebu dan mendamba seorang laki-laki pada perempuan itu tidak pernah muncul dari diri ku.
Aku marah dengan keadaan, orang tua ku memaksa menikah perempuan yang memiliki penyakit. Fakta itu baru aku ketahui setelah Kihana lahir, dokter memberitahu jika rahim Olivia harus di angkat karena ada benjolan yang terdapat pada bagian rahimnya.
Olivia Kania istri dari Sersan Mayor Bintang Aditya Prawira mantan peca-du alkohol, Fakta ini aku temukan ketika sebuah video rekaman ulang tahun temannya. Olivia sangat mahir dalam meneguk minuman haram itu, berbagai macam jenis alkohol dia minum.
Harga diri ku hancur dengan perilaku Olivia ketika aku tidak berada di rumah, Ini sebabnya aku tidak bisa menerima dia dalam hatiku dengan tulus. Perempuan manja dan hanya menghambur uang hanya untuk bersenang-senang. Sikap manja Olivia tumbub akibat orang tuanya selalu menuruti kemauan dia apapun itu.
Sejak kepergian Olivia, Aku tidak berniat untuk mencari ibu pengganti untuk Kihana. Banyak perempuan yang datang kepada Ku atau meminta Papa dan Mama untuk mengenalkan dia kepada ku, semuanya aku tolak permintaan itu.
Baru sebulan aku pindah dinas ke Surabaya dari Manado, Aku bertemu dengan perempuan yang tidak mau berpangku tangan untuk membantu dia. Perempuan yang memiliki pola mata tajam itu tidak pernah menampakkan wajah sedihnya kepada orang lain.
Jiwa satria aku bergejolak untuk selalu membantu dia, Tapi perempuan berdarah Batak ini selalu menolak mentah-mentah bantuan aku. Dia sekuat tenaga untuk berdiri sendiri, menutup mata untuk menerima bantuan orang lain.
Perempuan bernama Hira ini sangat bertolak belakang dengan mendiang istri ku yang merengek meminta selalu aku untuk bersamanya.
"Papa...ayo kita pergi....kenapa begong dari tadi sih." Suara Kihana membuarkan pikiran ku terhadap masa lalu.
Aku mengantarkan Kihana untuk bertemu orang tua Olivia yang sedang berada di Surabaya, Aku tidak mau berlama-lama dengan mantan mertua ku ini. Setiap bertemu dengan mereka selalu ingin ikut campur dengan kehidupan pribadi ku, bertanya apakah aku sudah mencari pengganti anaknya.
"Aditya.... Kamu ga berpikir untuk hidup berumah tangga kembali...Kihana juga butuh sosok ibu...Aditya Mama kamu setuju kok jika....." Ibu Santi mertuaku selalu bertanya begitu jika bertemu dengan dia.
"Saya belum berpikir untuk ke sana....saya bisa mencari pasangan hidup saya sesuai dengan kriteria saya....tidak perlu ibu atau Mama ikut campur kehidupan asmara saya." Aku secara tegas untuk menolak ajak perempuan paruh baya ini, maksud dari ucapannya pasti akan menjodohkan aku kembali.
"Kakak...ayo kita ke rumah Opa Hanif...Papa juga mau ke kantor." Aku membawa pergi Kihana menjauh dari Ibu Santi.
Aku tidak menyukai keluarga Olivia yang selalu ingin ikut campur dengan kehidupan asmara Aku, Bahkan orang tua Olivia ikut menghasut Kihana agar aku mencarikan Ibu sambung untuknya.
Aku membenci dengan pemikiran orang tua itu, masih mengagungkan perjodohan untuk menyambung silaturahmi. Alasan klise bagiku, perjodohan Namun akhirnya hanya untuk membuat mereka serakah.
Tiba di rumah pribadi Om Hanif, aku melihat Hira pamit kepada kedua orang tua Sakura. Aku melihat matanya mengeluarkan binar kesedihan, Hira selalu bisa menutupi kesedihannya dengan senyum palsu yang dipasangnya.
Aku menawari Hira memberikan tumpangan untuk mengantarkan pulang, Kalimat tolak yang selalu aku terima dari perempuan ini. Sakura bahkan tahu jika sejak tadi aku berusaha untuk menawarkan bantuan.
Mata tajam itu menatapku dengan angkuhnya, dia mengatakan jika tidak membutuhkan bantuan jika Tuhan masih memberikan nikmat kaki dan tangan untuk digunakan.
Aku kehabisan cara untuk mencoba mendekati Hira, perempuan yang menyihirku lewat tatapan mata tajamnya. Tuhan memang memberikan aku jalan untuk menembus hati Hira yang rapuh.
"Jangan lakukan lagi...Arinta...ini perintah." Aku menyukai memanggil namanya Arinta.
Perempuan begitu rapuh ketika aku menatapnya, tidak ada mata tajam dan angkuh itu. Keadaannya sangat memperihatinkan, darah mengalir dari sela jari tangan Hira. Bekas sayatan pisau di bagian jari tengah, perempuan ini melakukan self harm (melukai diri sendiri).
"Aku tidak berguna." Kalimat yang keluar dari bibir Hira membuat ku ingin melindungi perempuan ini.
Aku ambil jari itu, langsung aku kulum untuk menghilangkan darah yang mengalir dari jarinya. Aku lihat kiri kanan apakah ada tanaman yang bisa menghentikan luka di jari ini.
Aku mengambil daun dan menempelkan di jari Hira, aku sudah terlatih di alam riba untuk mengobati diri sendiri jika sedang berada di dalam hutan.
"Kamu ikut saya sekarang...saya tidak menerima bantahan." Aku menarik Hira berdiri dan berjalan ke arah motornya.
"Mana kuncinya....biar saya yang bawa." Dia menyerahkan kunci motor miliknya yang berada dalam saku celananya.
"Pegangan...saya takut nanti dapat hukum.... mencelakai warga sipil." Aku menarik tangan Hira agar memeluk purut Ku.
Senyuman ku terbit, sentuhan tangan yang berada di depan perut ku mengalir getaran yang belum pernah aku rasakan selama ini sebagai laki-laki.
Ternyata Tuhan memiliki cara untuk mendekati aku dengan Hira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Desrina Tobing
tu takdir hidup KK thourr kasih 🤗🤗🤗 nikmatilh Aditya 🤭🤭
2022-05-09
0
Zarniati Za
mas bintang,,salut aku sm kamu maaasss,,,semangat ya mas runtuhkan benteng si Hira mas
2021-09-17
1
Nani kusmiati
senang nya om Aditya di peluk Hira 🥰🥰🥰, tetap semangat author👍👍👍
2021-09-17
1