Aditya melihat lama ke arah Hira, perempuan ini unik menurutnya. Hira seperti ketakutan jika di tatap lama, Namun memiliki jiwa keberanian jika sudah terdesak.
"Kamu tunggu sebentar....saya meminta bawahan saya membeli di koperasi kompi ini." Jelas Aditya setelah mengetik sesuatu kepada seseorang.
"Ga lama kan om? aku takut bisa bocor....mana sih si Bunga Sakura...Tas aku juga kemana ya." Hira yang masih berdiri di balik pintu toilet seperti kebingungan mengatasi masalah kedatangan tamu bulannya.
Aditya tidak habis pikir dengan Hira yang memanggil dirinya dengan Om. sejak kapan Tantenya Hira menjadi istrinya.
Tok....tok...tok..
Suara ketukan pintu poli klinik memecah kesunyian keduanya, Hira yang kikuk di tatap lama Aditya memilih untuk menutup kembali pintu toilet. Dirinya merasa takut jika ada seseorang mengetahui dirinya dengan Om Tentara satu ruangan.
"Masuk" suara berat Aditya menyuruh untuk masuk.
"Permisi Komandan....ini titipannya....saya permisi dulu." Seorang Kowad membawa titipan Aditya untuk Hira.
"Terima kasih...silahkan bertugas kembali." Aditya mengambil barang yang di minta Hira tadi.
"Siap komandan....itu untuk siapa ya komandan?" Kowad yang bernama Waode itu penasaran benda itu diperuntukkan untuk siapa.
"silahkan kembali ke ruangan kamu...saya tidak ada kepentingan untuk menjelaskan kepada kamu." Ucap Aditya tanpa menoleh dan berjalan ke arah pintu toilet poli klinik ini.
"Siap komandan...saya permisi." Waode meninggalkan Aditya dengan seribu pikiran yang berada di dalam otaknya.
"Hira....ini benda yang kamu minta." Suara decitan suara pintu toilet terbuka menampilkan wajah Hira yang sumbringah menerima benda kebutuhan perempuan jika datang bulan.
"Terima kasih ya Om atas bantuannya." Dengan cepat Hira mengambil benda itu dari tangan Aditya.
Tak berselang lama, Hira keluar dari toilet. Tampak wajahnya perempuan itu masih pucat karena kekurangan darah.
"Kamu bisa jalan sendiri? apa perutnya masih sakit?"
"Ga lagi Om....tapi kepala aku pusing....dari tadi belum makan siang....mana si Bunga katanya mau ngajak makan di tempat yang murah tapi enak." Hira mengeluh jika perutnya belum berisi dari tadi pagi.
"Kamu itu masih muda....kenapa udah punya penyakit asam lambung...apalagi makan sering telat....ayo saya bantu jalan...ke ruangan saya....di sana ada makanan untuk pengganjal." Ucapan Aditya yang begitu panjang tidak tercerna oleh otak Hira, mendengar kata makanan kepalanya dengan refleks mengangguk.
Ruangan Aditya tidak jauh dari poli klinik ini, Hira tanpa sadar berpegang pada lengan Aditya agar mengimbangi jalannya agar tidak jatuh.
"Masuk....Saya akan pesankan teh panas agar perut kamu tidak terkejut." Aditya menyuruh Hira agar duduk di sofa ruangan miliknya.
"Terima kasih Om bantuannya." ucap Hira sekenanya, baginya berinteraksi dengan lawan jenis tidak terbiasa.
Dari dulu Hira takut jika berinteraksi dengan Laki-laki apalagi melihat tampang laki-laki menakutkan, dirinya memiliki trauma sejak SMA dengan namanya laki-laki.
Pernah ketika ia sedang mengisi bahan bakar untuk motornya, didatangi sosok laki-laki berperawakan gendut dan hitam legam yang menodongkan senjata di depan umum, Hira yang saat itu sedang mengisi tanpa sengaja melihat kelakuan pria tersebut dan langsung berteriak sehingga mengundang banyak orang, Orang-orang sekitar langsung menangkap laki-laki itu dan membawanya ke kantor polisi. sejak saat itu dirinya tidak mau mengisi dengan getengan.
"Mas Aditya....lihat Butet ga?....dia ga ada di poli klinik... tadi obat dia lama disiapkan....jadi lama aku nunggunya." Sakura masuk ke ruangan Aditya mencari keberadaan Hira.
"Dia lagi nunggu kamu....Dari tadi." Aditya mengarahkan pandangannya ke perempuan yang sejak tadi menundukkan kepala.
"Butet....maaf ya lama....aku tadi nebus obat untuk kamu....sekarang kita makan ya...aku udah order makanan tadi saat nebus obat kamu." Sakura menghampiri Hira yang terdiam melihat kedatangan sosok Sakura.
"Gapapa....Om ini juga baik udah nolong aku....kamu kelamaan bawa tas aku...ponsel aku di dalam tas...mau minta tolong tadinya." Ucap Hira lancar tanpa hambatan, dia tidak melihat senyum Sakura yang terkulum entah apa maksudnya.
"Ya udah...kamu makan dulu...aku pamit dulu....Abang Andro dari tadi udah kayak ambulance ga berhenti nelpon aku...suruh untuk pulang cepat." Sakura bermaksud akan berdiri, langsung di tahan Hira.
"Nanti aku pulang dengan siapa? Motor aku siapa yang bawa...Bunga kok kamu gitu sih....aku kan ga bisa bawa motor." Melupakan makanan yang tersaji di meja, Hira juga ikut berdiri mengikuti Sakura.
"Mas Aditya boleh aku minta tolong....Si butet lagi sakit....bisa minta diantarkan pulang....Aku udah di telpon Pak Hanif untuk segera pulang." Sakura juga tidak tega meninggalkan Hira dengan Aditya, tapi ketika dia masuk ruangan Aditya mata pria itu tidak lepas dari sosok Hira yang duduk menunduk.
"Ini jadi urusan Mas....kamu boleh pergi...bawa motor teman kamu ini." Sorak Sorai Sakura menggema ketika Aditya dengan senang hati menuruti permintaanya.
"Mbak Medina pasti senang dengan yang ini....Semoga sukses ya Mas....dia susah untuk ditaklukkan." Ucap Sakura ketika meninggalkan Aditya dengan Hira.
Dengan berat hati Hira tinggal bersama Aditya di ruangan pria itu, tadinya dia ingin ikut bersama Sakura. Perempuan itu memperlihatkan ponselnya bahwa dirinya harus cepat pulang karena sosok Hanif Darmawangsa muncul dengan panggilan video call berarti harus segera pulang.
Makanan siang untuk Aditya datang di bawakan oleh salah satu petugas kantin di kompi ini, Makanan ala Tentara empat sehat lima sempurna komplit pikir Hira ketika melihat banyak lauk pauk di makanan itu.
"Ayo makan dulu....setelah ini kamu mau minum obat...saya temani kamu makan jika sungkan makan sendiri." Ucap Aditya mengambil dua gelas minum untuk dia dan Hira.
Hira mengangguk patuh, makan siang hari ini seperti di temani algojo, sosok Aditya yang pendiam menambah Aura menakutkan bagi Hira.
"Kamu satu jurusan dengan Sakura?" Aditya mencoba untuk memulai obralan ringan dengan Hira di sela makan siang bersama mereka untuk menghilangkan rasa kikuk di antara keduanya.
"Beda Om....Si Bunga Sakura Arsitektur aku desain komunikasi visual."
"Suka menggambar kamu?" tanya Aditya kembali.
"Bukan sekedar suka namun udah menjadi hobi....Gambar aku juga sering dimuat di surat kabar." Ucap Hira antuasias, dirinya senang karena ada seseorang menanyakan kesukaannya yang selalu di benci oleh ayahnya.
"Boleh saya lihat hasil gambar kamu...anak saya suka menggambar."
"Boleh banget....aku yakin anak Om pasti suka dengan karya aku." Dengan cepat Hira mengambil ponselnya dan memperlihatkan draf karikatur karya dirinya.
Aditya memandang karikatur hasil karya Hira, teknik menggambar perempuan ini halus bahkan dalam setiap karikatur itu terselip pesan moral untuk orang-orang yang membacanya.
"Hebat kamu ya...dari hobi bisa menghasilkan uang...saya boleh melihat gambar yang lain...tema anak-anak." Aditya terpana akan hasil gambar Hira yang luar biasa menakjubkan.
"Ada satu Om....gambar ini pribadi...belum ada di publis di media masa....karena udah berbaik hati memberikan aku bantuan...aku kasih gambar ini untuk anak Om." Hira memperlihatkan karikatur bertema anak kepada Aditya.
Gambar ini menjelaskan seorang anak tersenyum bahagia di antara kedua orang tuanya, namun gambar selanjutnya sosok ayah tiba-tiba menjauh meninggalkan anak itu. gambar kedua yaitu seorang anak seperti kebingungan di tengah Padang yang luas. Terakhir ada sosok baru yang memberi warna di tengah kebingungan anak tersebut, senyuman anak itu kembali terbit.
"Kihana pasti senang dengan gambar kamu ini." Aditya memilih salah satu gambar yang dilihatnya tadi.
"Cantik sekali nama anak Om...pasti ibu juga cantik....aku kasih juga gambar bertema kasih sayang...hadiah untuk istri Om."
"Istri saya sudah meninggal...kamu kasih saja gambar bertema anak-anak." Sela Aditya ketika Hira sibuk mencari karikatur pasangan suami istri.
"Maaf aku ga tahu."
"Ga papa kamu juga belum mengenal saya....cepat habiskan makanannya...setelah ini minum obat kamu." Aditya membereskan makan siangnya yang telah habis.
Hira menghabiskan makanannya dengan perlahan, lalu meminum obat yang sudah di tebus Sakura tadi.
"Ayo saya antarkan pulang...sekalian mau jemput anak saya di sekolahnya."
Aditya melajukan arah mobilnya menuju sekolah anaknya, ketika sampai di gerbang sekolah Kihana, Hira melihat ayahnya dan ibu sedang berbicara dengan pihak kepala sekolah seperti ada acara pertemuan dengan dinas pendidikan dan kebudayaan.
"Om Aku turun di halte depan aja." Hira takut ayahnya melihat keberadaannya di dalam mobil Tentara.
"Saya sudah janji dengan Sakura....anak saya sebentar lagi mau keluar...itu dia." Aditya menunjuk sosok gadis kecil memakai seragam sekolah dasar berlari ke arah mobilnya bertepatan kedua orang tuanya berjalan ke arah mobil Aditya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
🍀 chichi illa 🍒
semangat
2022-05-20
0
ᵉᶜ✿ 𝕜𝕙𝕠𝕚𝕣𝕦𝕟 𝕟𝕚𝕤𝕒
semangat kak
2021-11-23
0
Zarniati Za
semangat ya thorr dengan ide brilian nya💪💪💪
2021-09-09
1