Hira tidak bisa membantah ketika Aditya menanyakan alasannya kenapa harus turun di halte, Aditya sudah berjanji untuk mengantarkan Hira sampai ke rumahnya.
"Kamu takut anak saya tidak menyukai kamu bersama saya...itu alasannya?" Desak Aditya ketika melihat wajah Hira menunduk.
"Aku ga tahu Om....Aku sungkan kan orang asing berada di antara ayah dan anak." Hira mencoba mencari topi kupluk yang berada di tas miliknya agar menutupi dirinya agar tidak terlihat oleh ayah dan ibunya.
Aditya tidak membalas ucapan Hira, benar juga ucapan perempuan ini. Anaknya tidak menyukai jika dirinya berdekatan dengan perempuan manapun.
Kihana terus mendekati mobil Aditya yang masih setia terparkir di depan gerbang sekolah Anak itu.
"Papa...Jemput Kakak." Kihana menghambur ke pelukan Aditya ketika pria itu keluar dari mobilnya meninggalkan Hira sendirian.
"Iya....anak Papa senang sekali ada apa?" Aditya melihat binar kebahagiaan di mata anaknya.
"Seminggu lagi ada acara menggambarkan antar sekolah se kota Surabaya....ibu guru menunjuk kakak sebagai perwakilan sekolah dasar."
"Benarkah....kebetulan juga Papa juga udah menemukan guru privat untuk mengajarkan kakak untuk melukis." Aditya mencari alasan yang tepat agar anaknya tidak terkejut melihat kehadiran Hira di dalam mobilnya.
"Terimakasih Papa...Kihana cinta Papa." Anak itu kembali memeluk Aditya yang berjongkok untuk mensejajarkan tinggi anaknya.
"Ayo ikut Papa...gurunya udah nunggu kamu di mobil dari tadi."
"Loh kok bisa dengan Papa.... aku kira ibu guru yang datang ke rumah kita." Jiwa penasaran Kihana siaga mendengar ayahnya tidak sendirian di dalam mobil.
Aditya membuka pintu penumpang untuk Kihana, putrinya hanya menurut karena Kihana sudah terbiasa duduk di kursi penumpang bersama Aditya disopiri oleh ajudan.
"Kita makan dulu gimana...anak Papa pasti lapar."
"Aku nurut aja." Ucap Kihana lemah, sepertinya dia akan memiliki saingan untuk mendapatkan cinta sang ayah.
Hira tidak bisa berkutik ketika melihat wajah anak Tentara ini tertekuk entah karena apa, Hira kembali melihat ke arah Ayah dan Ibunya semakin mendekati gerbang mungkin mereka akan kembali ke kantor.
"Saya beli makan dulu untuk Kihana....arah rumah kamu kemana mungkin se arah dengan restoran kesukaan anak saya." Ucap Aditya sambil memasang safety belt.
"Jalan Palangkaraya blok C nomor lima."
Aditya mengarahkan mobil menuju alamat yang dikatakan Hira sebelumnya, Semua terdiam dengan pemikiran masing-masing.
Suara ponsel Hira terus berdering dari dalam tas miliknya. Dirinya sungkan untuk mengangkat telepon saat ini.
"Angkat saja...mungkin penting." Aditya buka suara setelah melihat Hira tidak bergerak untuk mengambil ponselnya.
Akhirnya Hira mengambil ponsel dan melihat siapa yang menghubunginya.
"Selamat siang Hira Arinta Siregar mahasiswa jurusan Desain komunikasi visual....bahwa kami dari kampus ingin memberitahu anda....jika pihak kampus merekomendasikan Anda untuk menerima beasiswa berprestasi dari perusahaan multimedia....Anda salah satu mahasiswa dengan lulusan cumlaude tahun ini mendapat tawaran beasiswa ke Amerika melanjutkan pendidikan S2... silahkan untuk dipikirkan dan diskusikan dengan orang tua....kami akan menunggu jawaban anda terima kasih." Panjang lebar pihak kampus menjabarkan tujuannya menelpon Hira siang ini.
Helaan nafas panjang keluar dari mulutnya, tawaran yang menggiurkan. Satu sisi Hira bahagia mendapatkan tawaran melanjutkan pendidikan, Namun tetap saja hatinya sedih mengambil kuliah jurusan ini saja ayahnya sudah mengusir dari rumah. Apalagi mengetahui dirinya mendapat tawaran beasiswa, ayahnya pasti semakin membenci pilihannya ini.
"Ada apa? seperti kamu ada masalah?" Aditya melihat Hira menghapus air mata dengan cepat.
"Ga ada Om...Mata aku kelilipan jika terkena cahaya." Hira tetap Hira setiap masalah akan di pesan sendiri.
"Kakak kenapa?" Kihana mencoba memulai berinteraksi dengan perempuan yang duduk di samping ayahnya.
"Kakak gapapa....ini pasti namanya Kihana ya." Hira menoleh kebelakang melihat anak perempuan yang seumuran dengan ponakan Sakura Venus.
"Iya...aku Kihana...darimana tahu nama aku?" Kihana tersenyum melihat Hira yang mengunakan kupluk tidak seperti perempuan dewasa melainkan seperti teman bermain yang seumuran dengannya.
"Oh... Om...maksud kakak Papa kamu cerita tadi....katanya suka menggambar ya."
"Hobi aku melukis....jika rindu Mama aku selalu melukis."
"Wah....kamu berbakat ya.... Gambar apa yang kamu suka lukis." Hira mencoba menghilangkan pikiran tentang tawaran beasiswa tadi dengan mengajak Kihana mengobrol.
"Aku suka melukis bunga seperti nama Aku Kihana....terus menggambar lingkungan alam....kalau kakak hobinya apa?"
"Hobi kakak juga melukis....sama seperti kamu....lihat hasil gambar kakak untuk kamu." Hira memperlihatkan gambar yang dipilihkan Aditya tadi.
"Ini benaran untuk aku....kakak hebat menggambar bisa gerak-gerik gitu." Kihana bersorak gembira melihat karikatur hasil karya Hira.
Aditya melihat interaksi keduanya tersenyum, Kihana sangat susah untuk berdekatan dengan orang baru, jiwa posesifnya turun dari sang istri Olivia.
"Disini aja Om....kos aku ga boleh menerima tamu laki-laki... terima kasih bantuan hari ini."
"Nanti kakak kirim ke Bou bunga Sakura ya... gambarnya....Semoga kamu suka ya hadiah dari kakak."
"Bou? Aku ga ngerti siapa Bou bunga Sakura."
"Tante Sakura maksudnya...kamu pasti kenalkan? Kakak pamit dulu ya semoga harinya menyenangkan.... terimakasih tumpangannya Om." Hira keluar dan berjalan ke arah pagar bangunan berlantai tiga itu.
Aditya melihat tempat tinggal Hira, hunian yang mewah memiliki parkir mobil dan setiap kamar memiliki AC pikirnya.
"Kakak tadi yang akan jadi guru lukis aku ya Pa?" Ucap Kihana memecah pikiran Aditya tentang Hira.
"Kamu mau kan kalau kakak tadi jadi guru privat melukis kamu." Aditya mencoba perlahan membuka hati untuk perempuan lain.
Aditya menoleh melihat ponsel Hira yang tertinggal, layarnya menampilkan sebuah pesan singkat.
"Bapak tidak akan datang di acara wisuda kamu Boru....Jangan salahkan Bapak....ini sudah pilihan kamu....Bapak dan Mamak tidak akan datang di acara wisuda kamu....kami mau pergi ke Medan." Aditya terkejut membaca pesan yang tertulis pengirimnya Pak Johan Siregar bersanding emoticon love.
"Kamu mau ikut Papa... mengembalikan ponsel kakak ini.... ketinggalan sepertinya." Aditya tidak tahu dimana kamar Hira lebih baik mengembalikan ponsel ini dengan mengajak Kihana.
Turun dari mobilnya berjalan menuju pagar kos Hira, seorang satpam menghampiri dirinya.
"Saya ingin bertemu dengan Hira...ponselnya ketinggalan di mobil saya."
"Hira yang mana pak ada tiga.....Aghira....Anahira...atau Si Butet Hira Siregar." Satpam itu menyebutkan ada tiga penghuni bernama Hira.
"Hira Arinta Siregar.... saya Aditya Prawira cuma ingin mengembalikan ponsel milik dia."
"Tunggu sebentar ya pak...bapak bisa menunggu di kursi sana ...kasian anaknya kelihatan kecapekan." Dengan Ramah satpam itu mengarahkan Aditya untuk menunggu Hira.
Satpam memanggil Hira beberapa kali namun tidak ada sahutan dari dalam, lebih sepuluh menit tidak jua menyahut. Satpam akhirnya memanggil pengurus kos ini untuk membuka dengan kunci cadangan.
Dengan tergesa-gesa satpam itu berlari agar mengetahui keadaan Hira di dalam kamar kos ini.
Pengurus dan satpam terkejut melihat Hira jatuh tengkurap, pelipisnya mengeluarkan darah segar seperti perempuan ini pingsan.
"Tolong...tolongin...kita bawa ke rumah sakit saja." Dengan bergegas pengurus meminta penghuni perempuan untuk memopong tubuh Hira.
"Papa kakak itu kenapa?" Kihana melihat tubuh Hira dibopong oleh beberapa perempuan.
"Hira......Bawa ke mobil saya....tadi juga pingsan...dia memiliki penyakit asam lambung." Aditya dengan sigap meminta untuk membawa Hira ke dalam mobilnya.
"Papa kita bawa ke Klinik Tante Medina aja....Tante kan dokter...Klinik Tante dekat dari sini."
"Ayo...kita ke sana Tante Medina sekarang." Aditya ketularan panik melihat darah segar yang keluar dari pelipis Hira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
🍀 chichi illa 🍒
semangat kakak
2022-05-20
0
Desrina Tobing
ada2 aj ulah mu Hira biar Deket truass Ama pak perwira tuu🤗🤗🤗
2022-05-08
0