Hari ini adalah pelaksanaan wisuda Hira dan Sakura, keduanya sudah bersiap sejak subuh. Sakura memaksa Hira untuk menginap di rumah agar memudahkan untuk merias wajah paginya.
"Aku ga nyangka....kamu akan secantik ini jika make-up....bikin pangling Butet." Sakura memberikan dua jempolnya sekaligus.
"Bunga....Aku kok seperti inang-inang pergi mantenan....aku di kasih bedak tabur aja ya." Masih sempat Hira protes dengan hasil MuA pilihan keluarga Sakura.
"Eh....jangan di hapus....hari ini... hari spesial kita...kapan lagi Hira Arinta Siregar terlihat cantik di mata anak teknik...teman aku banyak Lo yang naksir kamu."
Hira hanya pasrah melihat wajahnya di lukis sedemikian rupa, rambut sebahunya di tata dengan menambahkan Aksen bunga mewar putih.
"Double Arin...udah siap belum....Papi dan Mami udah nunggu kalian di bawah." Andro masuk ke kamar Sakura untuk menyapa sang adik.
"Udah kok Abang Andro...hasilnya luar biasa....hari SPESIAL kita loh." ada kode kedipan mata diberikan Sakura kepada kakaknya.
Andro mengetahui kode yang dimaksud Sakura, ini akan menjadi hadiah terindah untuk Hira. Semuanya bersiap untuk pergi menuju kampus tempat diadakan acara wisuda tersebut.
Sakura dan Hira satu mobil dengan Hanif dan Rianti yang mengunakan mobil aVansa tahun 2012, sesuai dengan permintaan Sakura kedua orangtuanya harus merakyat.
Hari spesial Hira, kedua orang tuanya memilih untuk menghadiri acara pernikahan pihak keluarga Johan Siregar. Hira kembali merasa kesepian dalam keramaian, melihat antusias keluarga Sakura membuat dirinya iri dengan Sakura.
Tadi pagi dirinya sempat mengirim foto kepada Mamak di Medan untuk melihat jika dia memakai kain hadiah dari Ratna, Hira merasa sendiri dan terpuruk bersamaan.
"Butet....Nanti kita ketemu di pintu timur ya... Aku gabung dulu dengan anak Arsitektur lainnya." Sakura memisahkan diri untuk mencari keberadaan temannya.
Hira mencari nomor tempat duduknya, memakai sepatu high heels sangat menyulitkan baginya untuk melangkah bebas.
"Ehh...Butet kau mau duduk dimana? Ayo di samping aku aja." Dinda berbicara dengan logat Batak menarik Hira duduk disampingnya.
"Kamu kelihatan beda ya....pasti orang tua kamu membayar mahal untuk MuA hari ini."
"Terima kasih pujiannya....Aku juga lihat wajah kau beda dengan hari biasanya...lebih dewasa." Hira mencoba menghibur diri agar tidak terlihat menyedihkan di saat acara penting ini.
Acara pembukaan wisuda di mulai, setiap rangkaian acara memiliki makna tersendiri bagi mahasiswa. Terutama Hira, dia terkenang pada masa kuliah tiga tahun lalu. Hidup mandiri bekerja sebagai barista kopi di kedai kopi milik temannya. Lalu mencoba mengirim karikatur ke media massa, Hira memutuskan berhenti di kedai kopi itu karena harus bergadang menyelesaikan tugas kuliahnya.
Sekarang saatnya fakultas Hira untuk maju ke depan, memindahkan tali jambul toga. Lebih dari lima puluh orang dari prodi Desain komunikasi visual di wisuda hari ini.
Seorang MC membacakan nilai prestasi yang pernah di raih mahasiswa ketika masih aktif di kampus, Hira termasuk dalam jajaran mahasiswa berprestasi itu.
"Hira Arinta Siregar nomor pokok mahasiswa 01123478 Mahasiswa dari program studi Desain komunikasi visual dengan nilai Suma cumlaude dengan indek prestasi komulatif empat koma nol dengan nilai A." Semua orang bertepuk tangan mendengar anugerah gelar yang diberikan kampus kepadanya.
Dengan langkah pasti, Hira berjalan menuju podium untuk memindahkan jambulnya. Orang-orang di dalam sini pasti bangga mendengar prestasi yang di raih oleh Hira. Namun berbeda dengan Hira, perempuan itu merasa hancur dan remuk tidak ada satupun keluarganya yang melihat hasil pencapaiannya dalam akademik.
Pukul dua belas siang, mahasiswa keluar dari gedung tempat diadakannya acara wisuda tersebut. Sakura sudah menunggu di pintu timur tempat mahasiswa keluar dari acara tersebut.
"Arin....dimana si Butet... anak-anak DkV udah pada bubar." Andro tidak melihat batang hidung Hira berada di antara temannya.
Mendengar ucapan Andro, perasaan Aditya tidak karuan. Dia menitipkan Kihana bersama dengan Medina, meminta adiknya dan berserta keluarganya untuk duluan ke foto studio.
Dengan keahlian Aditya, dia bisa melacak keberadaan ponsel Hira. Untung saja sambungan Internet ponsel Hira hidup.
Tepat di belakang gedung DkV sinyal ponsel Hira berada, jantung Aditya mulai berpacu. Apa lagi yang akan dilihatnya dari seorang Hira Arinta, jika tiga hari lalu melukai jari tangannya sendiri.
"Hwa....hwaa....Mamak kenapa ga bilang jika Nantulang Yori mengadakan pernikahan....apa kalian memang udah membuang aku....aku bisa terima jika bapak tidak mau datang ke wisuda aku....tapi kenyataannya keluarga Opung mengadakan pernikahan...apa aku memang sudah tidak di anggap keluarga Siregar."
"Bilang kepada bapak Johan Siregar jika aku Hira Arinta Siregar melepaskan nama Siregar....Dia malu jika aku tidak jadi dokter bedah yang menjadi impiannya.... Aku...aku tidak akan muncul lagi di rumah Johan Siregar....Aku akan menghilang dari dunia ini jika memang hati bapak bahagia." nafas Hira terputus-putus menyampaikan kekecewaannya terhadap ayahnya.
Hira mengetahui dari sepupunya membuat cerita di sosial media, hati semakin kecewa bahwa uang Johan lah digunakan untuk mengadakan pesta mewah di kampungnya daerah Medan.
Hira merasa dicampakkan selamanya, di hari yang spesial menurut sebagian mahasiswa, tapi baginya neraka.
"Dia ga bangga dengan gelar ini....anaknya cuma si Arvind bukan aku....Johan apa salah aku...anak mu ini juga bisa membanggakan kamu....Akhhhhh." Hira mengeluarkan semua tangisnya, apa salah dia kepada kedua orangtuanya sehingga di benci sampai sekarang.
"Salah aku apa Johan...Aku tidak berguna....gelar setinggi apapun tidak pernah membanggakan Kau Johan." Suara tangis Hira terdengar pilu.
"Arinta....jangan begini....kamu masih punya saya.... keluarga kamu itu saya....jangan buang air mata kamu menangisi orang yang saat ini sedang bersenang-senang di sana." Aditya menghentikan aksi Hira yang memukul dadanya.
"Kamu harus bahagia bersama saya.... kehilangan sosok kasih sayang ayah bisa saya gantikan Arinta....kamu harus kuat." Aditya menarik Hira ke dalam pelukannya.
"Saya bangga kamu menjadi mahasiswa berprestasi di kampus ini....tidak mudah mencapai sebuah prestasi itu....jangan sia-siakan air mata kamu."
"Melihat kamu seperti ini...tugas saya untuk membahagiakan kamu akan gagal...saya sudah berjanji dengan kamu akan selalu ada di sisi terpuruk kamu." Aditya mengusap punggung Hira yang bergetar menandakan dia sedang menangis.
"Tinggalkan aku....aku tidak ingin melihat siapapun saat ini....aku tidak butuh orang untuk mengasihani nasib ku." Hira mengurai pelukan Aditya, menghapus air mata yang sejak tadi terus meluncur di pipinya.
"Arinta....bagaimana lagi saya untuk meyakinkan kamu... perasaan saya itu tulus untuk kamu." Aditya tidak habis pikir dengan jalan pikiran Hira, apa maksud perkataan ingin sendiri. Apa dia lupa dengan janjinya di kota tua dua hari lalu.
"Jangan temui aku lagi...aku akan menyusahkan kamu di masa depan....aku perempuan terbuang yang akan selalu di pandang rendah." Hari ini emosi Hira sepertinya di aduk oleh orang terdekatnya.
"Saya akan buktikan ke kamu bagaimana jika saya tanpa kamu." Habis sudah kesabaran Aditya memberikan pengertian kepada perempuan ini.
Aditya menarik tengkuk Hira, bibirnya mencari bibir Hira yang menolak untuk diciumnya. Aditya menahan kedua pipi Hira untuk bisa mencium bibir perempuan ini.
Bibir basah itu bertemu dengan bibir yang bergetar, Aditya melesak lidahnya agar bisa mengabsen gigi perempuan ini.
"Open your mouth." Daru nafas Aditya memberat, dia kehilangan akal agar bisa mempertahankan perempuan ini berada di sisinya.
"Balas ciuman saya." Aditya tahu jika ini ciuman pertama Hira, jelas bibirnya terketup sempurna, Aditya tidak merasakan balasan dari Hira.
Pak komandan main sosor aja di belakang gedung....ga takut di tangkap pihak kampus berbuat me-sum... Keberuntungan berpihak pada Aditya kerena memakai baju batik sehingga orang tidak mengenalinya sebagai Tentara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
🍀 chichi illa 🍒
bapak nya keterlaluan ...😔😔😔
2022-05-20
0
Desrina Tobing
sosr truss pak komandann urusann msalh blkangnn hehehe 🤗
2022-05-09
0
Mita Karolina
Dan see, saya tahu rasanya kecewa ketika berharap bapaknya mau datang ke acara wisuda anaknya,tp gak datang karena alasan gak jelas
2021-10-07
1