"Dia tidak akan terlupakan, walaupun aku sesibuk apapun! Dia selalu di hati dan pikiranku!" jawab Ary berapi-api.
Ary sangat menyayangkan teman suaminya menginginkan dirinya melupakan Rendy.
"Rendy menempati ruang tersendiri di hatiku, dan itu tidak tergantikan oleh siapapun juga!" tegas Ary.
"Kami tahu bagaimana perasaan kamu, tapi apakah kamu akan terus meratapi kepergian Rendy? Waktu terus berjalan, hidup harus tetap dijalani walaupun itu berat. Apakah kamu akan hidup dengan bayang-bayang orang yang sudah meninggal?" Brandon mengambil nafas sejenak.
"Kami bukannya menginginkan kamu melupakan Rendy, tapi kami ingin kamu melupakan kesedihanmu. Mau sampai kapan kamu meratapinya? Kami tahu kamu begitu kehilangan dia, begitu merindukan dirinya. Dengan memakai barang miliknya bukan mengurangi rasa rindu, tapi kamu akan semakin merindukan dirinya." Brandon berusaha menasehati Ary.
"Maaf, bukannya kami menggurui. Sok tua, sok tahu, serba sok lah! Tapi percayalah, kami pernah tahu rasanya patah hati. Jadi melupakan seseorang yang sudah pergi itu menyibukkan diri. Dengan sibuk dengan berbagai aktivitas, dengan sendirinya rasa kehilangan itu sirna." Rommy menimpali.
"Seseorang yang sangat berarti pasti tidak akan terlupakan, walaupun dia sudah pergi untuk selamanya. Dia akan tetap di hati kita. Itu pasti, dan semua orang merasakan hal yang sama. Hanya saja cara menyikapi yang berbeda." kata Brandon.
"Kami hanya ingin, kamu melupakan kesedihanmu. Cari kegiatan yang bermanfaat, agar kita bisa lupa sejenak akan kehilangan sesuatu yang sangat berharga." sahut Rommy.
"Okelah kalau begitu. Aku ikut menjalankan usaha ini, tapi aku tidak bisa sepenuhnya membantu. Aku hanya belajar saja, selebihnya tetap kalian yang menjalankan dan memutuskannya." jawab Ary dengan senyum terukir di bibirnya.
"Kapan kamu bisa mulai belajar?" tanya Brandon.
"Mulai sekarang! Kebetulan aku hari ini free, besok aku harus kembali ke Kulonprogo." jawab Ary.
"Tapi aku tidak bisa sering datang kesini. Kalau pas aku berkunjung kesini, baru aku akan singgah dan belajar." sambung Ary.
"Oke, tidak masalah! Yang penting kamu mau belajar mengurus usaha peninggalan suamimu. Itu saja, karena tidak selamanya kami yang mengurusnya bukan?" kata Brandon.
Brandon yang lebih tua dari Rommy selalu berpikiran bijak. Dia selalu bisa mengambil keputusan yang tepat. Tidak heran, jika selama Rendy hidup dia yang menghandle semua urusan.
Diantara mereka bertiga, Rendy, Rommy dan Brandon. Brandon lah yang paling tua, Brandon dulu sebenarnya kakak tingkat Rommy dan Rendy. Rendy dan Brandon bertemu secara tidak sengaja di kantin kampus. Saat itu Rendy sedang mencari orang untuk menjadi teknisi di tokonya.
Rendy membangun usahanya dimulai dari toko kecil yang berada di samping kampus. Karena mulai banyak permintaan, Rendy mencari personil satu lagi. Brandon yang saat itu mengambil kuliah magister, mengalami kekurangan dana karena belum bekerja.
Mereka bertemu tidak sengaja bertemu di kantin, melihat wajah Brandon yang kusut Rendy mulai mendekati dan mengajak ngobrol. Dari obrolan itulah akhirnya mereka bekerjasama.
Brandon dan Rommy sangat setia dengan Rendy. Rendy sebelum meninggal sudah berpesan pada mereka berdua agar menjaga Ary. Selain itu juga mengembangkan usaha yang sudah dirintis mereka bertiga.
Selama ini keuangan Brandon dan Rommy berasal dari Rendy. Mereka berdua bisa kuliah tanpa meminta bantuan dari orang tua. Mereka cukup setia dengan Rendy, uang akan terus mengalir. Walaupun tak sebanyak para CEO, keuangan Rendy cukup untuk mendirikan usaha dan berbagi pada sesama.
Seharian Ary belajar tentang pembelian dan penjualan barang. Melayani pembeli dan belajar mengenal barang yang berhubungan dengan komputer dan sparepartnya.
"Huffttt, capek juga ya ternyata. Rame banget tokonya!" kata Ary sambil duduk di belakang meja kasir.
"Pelan-pelan! Kalau capek istirahat dulu, kamu kan bos disini." jawab Brandon.
"Ini minum dulu!" kata Brandon lagi sambil menyerahkan segelas jus jeruk pada Ary.
"Terima kasih. Setiap hari rame seperti ini?" tanya Ary sambil mengambil gelas dari tangan Brandon.
"Iya, tapi weekend yang paling rame. Sabtu dan Minggu banyak yang datang untuk servis komputer. Tapi sebagian besar, mereka kesini untuk membeli komputer dan segala perlengkapannya." jelas Brandon.
"Dimana si Rommy? Kok aku gak lihat sejak tadi!" tanya Ary sambil menyesap jus jeruknya.
"Rommy seperti biasa, mojok ma pacarnya!" jawab Brandon.
"Hah?" kata Ary kaget.
"Nggak usah kaget gitu, mbak! Mas Brandon cuma bercanda, mas Rommy itu yang paling rajin disini. Bahkan sampai gak sempet pacaran. Dia di workshop, lagi banyak pesanan, mbak!" sela Yuna.
Yuna kasihan melihat Rommy yang selalu sibuk dengan komputer, tanpa kenal waktu. Untuk mengurus diri sendiri saja tidak sempat apalagi pacaran. Sebenarnya Yuna menyimpan rasa pada Rommy tapi hanya dipendam saja. Yuna sering memperhatikan Rommy, dengan membawakan Rommy makan dan minum ke workshop.
"Oh, kirain beneran pacaran! Aku gak lihat dia lewat sini dari tadi." kata Ary.
"Habis ini mau langsung pulang atau jalan-jalan dulu?" tanya Brandon pada Ary.
"Langsung ke rumah aja, capek! Besok pagi aku harus kembali ke Kulonprogo. Sebenarnya rencananya sekarang ini, tapi capek banget aku." jawab Ary.
"Buru-buru amat, besok kan masih hari Minggu? Bisa pulang sore harinya kan?" tanya Brandon.
"Banyak kerjaan disana yang belum beres. Kalau pulang pagi, aku masih bisa istirahat. Kalau pulang malam, takutnya malah kemalaman sampai sana. Lagian aku gak pakai sopir." jelas Ary.
"Aku antar ya, pulangnya aku naik bis aja. Biar kamu nggak terlalu capek." tawar Brandon.
"Nggak usah! Kamu bantu si Rommy aja, kasihan dia. Sibuk terus, sampai lupa bergaul." tolak Ary halus.
"Si Rommy memang begitu orangnya, workaholic!" jawab Brandon.
"Kalau sudah serius kerja, jadi lupa semua!" imbuh Brandon.
"Sudah tahu temennya kek gitu, seharusnya didukung! Ditemenin biar gak lupa waktu!" jawab Ary.
"Nemenin Rommy, yang ada kita tak kasat mata dihadapan dia! Rendy dulu sama kek Rommy, kalau sudah utak atik komputer lupa semuanya. Hanya kamu yang tidak pernah lupa!" jawab Brandon sambil menahan tawanya.
Ary yang mendengar jawaban Brandon jadi tahu, kalau suaminya dulu seorang workaholic.
Pantes aja sakitmu makin parah, kamu lupa makan, lupa minum obat. Batin Ary.
"Kamu jadi temen ngapain kok gak mau mengingatkan mereka? Temen macam apa kamu!" kata Ary ketus karet jengkel pada Brandon.
"Bukan tidak mau mengingatkan, hanya saja mereka yang susah meninggalkan pekerjaannya." bela Brandon.
"Terserah lah! Jangan sampai kamu kehilangan lagi temenmu. Cukup seorang saja yang meninggalkan kamu." Ary berdiri hendak bersiap-siap untuk pulang ke Kulonprogo.
"Tenang saja, Rommy kuat kok! Dia bukan perokok, juga bukan pecandu alkohol. Dia berbadan sehat!" jawab Brandon menenangkan Ary.
"Walaupun sehat, walaupun fisiknya kuat! Kalau bakteri atau virus menyerang tetap saja sakit! Yang penting jaga kesehatan!" kata Ary.
"Okelah kalau begitu, aku pamit pulang ya!" imbuh Ary.
"Terima kasih sudah mau datang kemari dan belajar mengenal usaha peninggalan almarhum." kata Brandon sambil mengantarkan Ary sampai tempat parkir.
Maaf telat up egen🤧🤧🤧
Jangan lupa gambar jempolnya dipencet!
Masih menunggu kopi ma bunga mawar 🙏🙏🙏
Terima gaziiiiiihhhh😘😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
⏤͟͟͞R◇Adist
jagn jgn brnadon ad HTI ma Ary😱
2022-01-21
0
**✿𝕾𝖆𝖒𝖘𝖎✿**
itulah gunanya banyak temen baik banyak yg kasih support klo kita lg down
2022-01-19
0
༄༅⃟𝐐✰͜͡w⃠🆃🅸🆃🅾ᵉᶜ✿☂⃝⃞⃟ᶜᶠ𓆊
waaaaaaaaaduuuuuh
2022-01-17
0