Paula menuju pantai, dia ingin menenangkan diri disana. Di pantai dia merasa lebih tenang, sehingga memudahkan untuk mengambil keputusan.
Lama Paula berdiam diri di bibir pantai, Paula hanya duduk memeluk kedua lututnya. Dia sudah berulangkali menghubungi Alex, tapi tidak satupun panggilannya dijawab. Bahkan pesan yang dikirimnya juga tidak dibaca Alex. Panggilan dan pesan Paula tidak ditanggapi sama sekali oleh Alex membuat Paula semakin sedih.
"Kamu kenapa sih, jawab dong panggilanku!" kata Paula sambil melakukan panggilan pada Alex.
"Kamu dimana, sedang apa?" gumam Paula.
Paula akhirnya menghubungi ibu mertuanya, mami Alex. Paula menanyakan keberadaan Alex dan anaknya. Rasa malu dan gengsinya dibuang jauh-jauh demi sebuah informasi tentang keberadaan suami dan anaknya.
Beberapa jam berlalu, setelah tenang Paula memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Sebelum pulang ke rumahnya, Paula memesan tiket pesawat untuk penerbangan esok hari.
Sesampainya di rumah, Paula mendapati sebuah amplop berlogo pengadilan setempat di atas meja makan saat dia hendak minum. Dalam amplop itu tertera namanya, Paula pun penasaran dan segera membuka amplop itu.
Paula membaca dengan tangan gemetar, dalam surat itu berisi panggilan sidang pertama perceraian. Alex telah menggugat cerai Paula, sidang akan dilaksanakan dua hari ke depan.
Paula syok hingga menjatuhkan surat panggilan tersebut. Ternyata pernikahannya dengan Alex akan segera berakhir. Tidak sedikitpun terlintas dalam pikirannya akan berpisah dengan Alex.
****
"Gue mau ceraikan Paula! Berkasnya sudah masuk pengadilan, sedang diproses saat ini. Gue sudah mantap buat lepasin dia, gue mau lagi mengikat orang yang tidak mau terikat." kata-kata Alex tidak membuat Anton terkejut.
Anton sudah menduga dari awal bahwa pernikahan Alex dan Paula tidak akan berlangsung lama. Hati dan pikiran Alex masih sepenuhnya tertuju pada Ary, sehingga sulit bagi Alex untuk membuka hatinya untuk Paula.
Kesalahan Paula sekecil apapun akan tetap menjadi senjata ampuh untuk berpisah. Anton mengenal betul bagaimana Alex, jika orang tidak bisa menghargainya lagi. Jangan harap akan bisa mendapatkan Alex kembali.
Tidak mudah bagi Alex untuk mempercayai seseorang, jika orang yang telah mendapatkan kepercayaan tapi ingkar, Alex tidak akan lagi mau berurusan dengan orang itu.
"Terserah kamu aja, bro! Kamu tahu mana yang terbaik buat kamu. Gue hanya bisa berdo'a, semoga masalahmu cepet kelar." jawab Anton sambil meminum kopinya.
"Loe ada kabar gak dari si Mundar Mandir?" tanya Alex tiba-tiba.
"Kan kan kalau Ary aja gercep mikirnya, padahal sudah sepuluh tahun pisah." batin Anton.
"Gue gak pernah tukar kabar ma dia! Sama Ary juga gak pernah! Gue sibuk gantiin kamu bantu papi Kusuma ngurusin mall. Gak sempet nyari berita tentang Ary dan kawan-kawan." jawab Anton kesal.
"Gak usah pasang wajah cemberut! Kek cewek aja Lo! Gitu aja marah!" kata Alex sambil tersenyum mengejek karena melihat wajah Anton yang kesal.
"Gimana gak kesel? Seharusnya kamu yang bantu papi Kusuma ngurusin mall, kamu kan anak laki-laki satu-satunya. Masa depan usaha papi Kusuma itu di tanganmu, bukan gue! Gue cuma orang yang beruntung, karena papi Kusuma angkat gue jadi anaknya!" protes Anton.
Sejak Alex dan Anton berteman waktu SMP, mereka sudah seperti keluarga sendiri. Kedekatan mereka melebihi kedekatan saudara kandung. Saling support satu sama lainnya, saling berbagi masalah dan selalu bersama dalam keadaan apapun.
"Ary sudah nikah beberapa Minggu yang lalu." kata Alex tiba-tiba setelah keduanya terdiam cukup lama.
"Terus?" tanya Anton sambil menggigit sandwich.
"Gue yang ingkar janji, harusnya gue datang melamarnya. Tapi gue nikah duluan, sehingga Ary menerima lamaran pria lain. Kalau saja gue gak mabuk dan nidurin Paula, mungkin gue yang menjadi suaminya." kata Alex lesu.
"Berarti Ary bukan jodohmu! Sudah jangan disesali, semua sudah menjadi jalan hidup kalian. Mencintai tapi tidak untuk memiliki." jawab Anton.
"Gue gak bisa lupa! Gue sudah berusaha membuka hati gue untuk Paula, tapi Paula..." Alex tidak bisa melanjutkan kata-katanya.
"Gue kecewa, karena itu hati gue buat Paula sudah tertutup rapat. Entah kapan hati gue bisa terbuka untuk selain Ary." Alex membuang nafasnya dengan kasar, berharap dapat mengurangi rasa sesak di dadanya.
"Udeehhhh! Gue mau balik ke kantor lagi, papi sudah bolak-balik menghubungi! Kalau gue kelamaan datang ke kantor, bisa dipecat gue jadi anaknya. Dipecat dari pekerjaan, gue masih bisa nyari lagi. Kalau gue dipecat jadi anak papi Kusuma, gak ada lagi bokap gue!" kata Anton sambil berjalan meninggalkan Alex.
"Bayarin ya minum gue! Thanks!" teriak Anton dari pintu kafe.
"Si alan Lo!" teriak Alex.
Alex pun akhirnya membayar semua pesanan mereka tadi. Setelah selesai, Alex memilih untuk pulang ke rumah saja. Dia ingin bermain dengan anaknya, agar lupa masalah yang sedang dihadapinya. Masalah perceraian dan masalah hatinya yang tidak kunjung selesai.
Alex memacu mobilnya dengan kecepatan sedang, rasanya sudah lama dia tidak bercengkrama dengan anaknya.
Beberapa menit kemudian, Alex sampai rumahnya. Dia pun memarkir mobilnya di garasi. Setelah itu dia melangkahkan kakinya memasuki rumah. Saat dia baru saja membuka pintu, dia dikejutkan dengan seorang wanita yang sedang duduk di ruang keluarga.
"Ngapain kamu kesini?" kata Alex dengan penuh emosi.
"Kita harus bicara, Lex!" kata Paula begitu mendengar suara Alex.
"Tidak ada lagi yang harus dibicarakan, kamu tinggal menghadiri sidang di pengadilan." jawab Alex berjalan mendekati Paula.
Alex sengaja mendekati Paula agar suaranya tidak menggelegar, karena berkata keras bila jauh posisinya dengan Paula. Alex tidak ingin Kevin mendengar pertengkaran kedua orang tuanya.
"Apa salahku, kamu tega ceraikan aku!" tanya Paula.
"Apa salahmu?! Coba kamu tanyakan pada dirimu sendiri, apa yang telah kamu perbuat hingga aku menceraikan kamu!" jawab Alex.
"Kenapa kamu tidak beri aku kesempatan untuk memperbaiki diri? Kenapa?!"
"Kesempatan itu selalu ada, hanya saja tidak pernah kamu gunakan dengan baik. Kamu pernah bilang ingin bebas bukan? Maka sekarang aku akan membebaskan kamu! Aku melepaskan ikatan yang ada diantara kita. Mulai sekarang dan seterusnya kamu bebas, kamu bukan istriku lagi." kata Alex panjang lebar.
"Tidak bisa seperti itu, aku masih cinta kamu. Beri aku kesempatan sekali lagi, aku mohon!" Paula memohon dengan bercucuran air mata.
"Kalau kamu mencintai aku, seharusnya kamu selalu berada di sisiku bukan di sisi lelaki lain. Maaf Paula, aku tidak bisa berbagi milikku bersama orang lain. Jadi lebih baik aku melepaskan kamu, kejarlah mimpimu, kejarlah ambisimu. Aku akan memberikan kompensasi yang besar padamu."
"Kamu ingin uang, bukan? Aku akan memberikan rumah kita yang tempati untukmu. Begitu juga dengan kafeku, akan aku berikan satu untukmu." kata Alex.
"Aku tidak mau cerai! Aku mau kamu!" teriak Paula histeris.
"Lebih baik kamu pergi dari sini, sebelum kedua orang tuaku pulang!" perintah Alex.
"Tidak! Pokoknya aku tidak mau!" Paula semakin histeris.
Melihat Paula histeris, Alex memerintahkan satpam rumahnya membawa Paula keluar dari rumah itu.
"Bawa dia ke hotel terdekat, pak!" kata Alex sambil memijit pelipisnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
ɴᴀᴜғᴀʟ
nyesel kan skrng ,dri kmrin kmna aj mlh sibuk m yg lain
2022-02-06
0
Sͨυͪɦͣυᷡ ǪḺǝͷḡ✨𝒜⃟ᴺᴮE𝆯⃟🚀HIAT
semua org emang liat harta pada ijoh mata hehe , silau semua dah 😎
2022-01-19
0
⏤͟͟͞R◇Adist
fih paula skrng nyesel kannn...kmrin kmana...kmu sih jadi cewe g Nerima jadi gituu..udh dribawal crnya slh dptin Alex yaaa ujungnya kyk gini g awet hubgnnya...
login jug kmu ngpin sih kerja emng Alex kunrg ksih uang kmu..buknny lebih lebih yahhh...
bilng bosennn...???ank kmu tuh urusss ..ank aja g pernh diurus..skrng mewek mewek minta kesmptann..
makn tuh kesempatnnnn palsuuu...😏😏
2022-01-19
0