Setelah drama pengungkapan perasaan sayang antara Risma dan anak-anak, Randi kembali mempertanyakan jawaban dari kuis yang dibuatnya. Karena drama yang sempat menyita perhatian tadi, pengunjung sampai lupa untuk mencari jawabannya. Randi mengerti akan hal itu. Dan dia memberi waktu sedkit lagi untuk memikirkan
jawabannya.
Tak lama dari itu, ada seorang kakek yang berdiri dan menghampiri Randi di panggung.
“Apa kakek akan menjawab kuis Randi?” tanya Randi sopan. Risma selalu mengajarkan pada ketiga anaknya untuk menjaga sopan santunnya pada semua orang.
“Iya nak. Jawaban kakek adalah ini” kakek itu menyerahkan sebuah tempat rokok kosong pada Randi. Randi tertawa dan membenarkan jawaban kakek.
“Selamat ya kek, kakek berhak mendapatkan hadiahnya. Bunda, hadiahnya untuk kakek ini ya?” Randi menunjuk kakek dan menunjukkan pada semua pengunjung jawabannya.
“Astaga, ternyata gudang garam. Oh ya tuhan, gudang garam, gudangnya garam, seperti lautan” pekik salah satu pengunjung.
“Aku tidak terpikirkan kalau ternyata jawabannya rokok yang cukup terkenal” timpal yang lain.
“Wah, kakek itu beruntung sekali ya?”
Celutukan demi celutukan terdengar kala jawaban terbongkar. Acara terus berlanjut dengan suka rela dari para pengunjung yang ingin menyalurkan hobi bernyanyinya. Mulai dari yang benar-benar bisa bernyanyi sampai yang hanya asal keluar suara saja. Hari bebas mengekspresikan diri malam ini. Bahkan banyak yang sudah bau tanah masih berjoget dan ada yang ikut berkaraoke. Pokoknya okelah.
*****
Waktu bergulir begitu cepat, tanpa terasa sudah tiga tahun lebih Risma mengelola cafenya tanpa meninggalkan perannya sebagai ibu tunggal. Usaha cafe miliknya berkembang dengan pesat. Bahkan sekarang tanah dan bangunan itu sudah menjadi milik Risma ditambah bangunan yang ada disebelahnya. Target Risma juga semakin berkembang. Kini dia menyediakan ruang private untuk orang-orang kantor yang ingin privasi atau mengadakan meeting. Bangunan sebelah telah dirubah sedemikian rupa dengan pintu penghubung. Bangunan itulah yang dimanfaatkan Risma menjadi private room agar privasi dari pelanggannya benar-benar terjaga. Tidak ada ruang kedap suara di cafe Risma. Sebagai seorang perempuan, tentu saja hal itu sangat berpengaruh. Risma tidak mau jika cafenya digunakan untuk hal-hal yang tidak diinginkan. Dengan tidak adanya peredam suara di cafenya, Risma berharap dapat segera menolong orang yang berteriak minta tolong. Entah itu karena kecelakaan sendiri atau karena ada kekerasan di dalamnya.
Hari ini Risma telah berjanji pada Rama untuk menjemput sekolah. Rama sekarang sudah kelas dua sekolah dasar, sedangkan kembar sudah kelas lima. Risma turun dari ruangannya dan menghampiri bagian kasir.
“Mbak, Risma keluar dulu ya, jemput anak-anak. Sudah janji rama tadi”
“Oh, iya bu. Silahkan. Percayakan semuanya pada kami” Ara, wanita berusia 35 tahun dengan satu anak.
“Baiklah. semangat” Risma memberi semangar pada karyawannya. Begitulah Risma memperlakukan pegawainya. Tidak memandang mereka siapa, dan hal itulah yang membuat mereka betah bekerja di cafe Duo RR.
Risma melangkahkan kakinya dengan ringan. Senyum terus terpancar dari bibirnya. Saat hendak membuka pintu, bertepatan dengan dua pria tampan juga membuka pintu.
“Selamat datang di cafe kami” Risma menunduk memberi hormat tanpa melihat wajah orang tersebut.
“Hem” hanya itu jawaban dari pengunjungnya. Risma mendongak untuk menyapa secara langsung dan seketika wajahnya membulat tak percaya. Halitu tak luput dari pandangan pria itu.
Dia? Kenapa wajahnya sangat mirip dengan Randi dan Riana? Siapa pria ini? Risma bertanya dalam hati.
“Kenapa? Terkejut karena saya terlalu tampan?” pria itu justru narsis dengan angkuh.
“Eh, maaf. Silahkan masuk dan semoga menikmati sajian kami” Risma tidak menghiraukan kenarsisan pria itu. Dia bergeser dan memberi jalan pada penggunjungnya. Terlihat dari sorot mata pria itu, ada rasa penasaran pada sosok Risma. Namun dia tetap melanjutkan langkahnya dengan gaya yang arogan.
“Huft, semoga saja bukan seperti yang aku pikirkan” guman Risma dan melangkah keluar. Tak butuh waktu lama, Risma telah sampai di sekolah sang putra juga anak kembarnya. Hanya saja jadwal kepulangan mereka tidak sama. Lagi pula, si kembar lebih suka naik sepeda bareng dengan teman-teman yang lain saat pulang sekolah. Beruntung kota yang ditempati Risma adalah kota yang ramah dengan anak-anak. Meskipun banyak kendaraan yang berlalu lalang, namun setiap sisi ada jalur khusus untuk sepeda. Ada pula jalur khusus tempat penyeberangan bagi pengendara sepeda. Karena itu pula Risma membiarkan anak-anaknya bersepeda sendiri.
“Bunda” teriak Rama sambil berlari menghampiri sang bunda yang menyender pada sepeda motor kesayangannya.
“Hai sayang. Assalamualaikum” Risma memberikan tangannya.
“Waalaikumsalam bunda” jawab Rama dan meraih tangan bundanya lalu mengecupnya.
“Bagaimana sekolahnya? Lancar? Ada masaah?”
“Alhamdulillah lancar bund dan tidak ada masalah apapun” jawab Rama dengan bangga.
“Baguslah. Ada tugas rumah sayang?”
“Tidak ada bund” Rama melepas tasnya dan mengeluarkan agendanya. Agenda khusus dari Risma untuk ketiga anak-anaknya karena pihak sekolah tidak menyediakan agenda.
“Ini bunda, lihatlah” Risma menerima dan membaca agenda hari ini.
“Ada tugas menggambar ya sayang? Terus ada tugas agama yaitu menghafal surah al-kafiruun” Risma membaca tugas yang berikan hari ini. Disana juga tertulis kapan harus diselesaikan. Begitulah cara Risma mengontrol anak-anaknya. Selain melatih tanggung jawab, agenda itu juga sebagai pengingat bahwa ada tugas yang harus diselesaikan atau kapan ada ulangan harian.
“Iya bunda. Tapi buku gambar Rama habis” Rama menyerahkan buku gambar yang tinggal enam lembar.
“Ini kenapa sudah habis? Bukanya harusnya masih ada lagi empat tempat yang kosong?” Risma bertanya dengan lebut, namun juga membolak-balik buku gambar dan meneliti sambil menikmati coretan tangan putranya.
Rama menunduk takut tanpa mau melihat wajah Risma.
“Sayang, lihat bunda, katakan ada apa” Risma mensejajarkan tubuhnya dengan tinggi Rama.
“Tadi ada dua teman yang tidak bawa buku gambar, jadi aku sobekkan dan aku kasihkan. Kasihan kalau mereka tidak dapat nilai” lirih Rama. Risma tersenyum setelah tahu hilangnya dua lembar atau empat halaman dari buku gambar putranya.
“Jangan takut sayang. Apa yang kamu lakukan sudah benar. Bunda bangga pada Rama” Risma memeluk Rama dengan sayang. Apa yang Risma ajarkan ternyata mampu diaplikasikan Rama dengan baik. Rama membalas pelukan ibunya.
“Kalau begitu, mari kita beli buku gambar. Di tempat biasa kan?”
Rama dengan semangat naik motor di belakang sang bunda. Tangannya memeluk erat perut Risma dari belakang. Bibirnya tak pernah berhenti tersenyum saat tahu kalau dia akan dibelikan buku gambar baru. Risma juga akan membelikan buku gambar baru untuk kedua anaknya yang lain. Risma hampir setiap hari mengecek kebutuhan sekolah anak-anaknya. Sehinga baik Rama ataupun si kembar tidak pernah telat jika berhubungan dengan alat-alat
sekolah.
Cara Risma menyetok alat-alat sekolah ya dengan seperti hari ini. Jika salah satu anaknya ada yang sampai kehabisan alat, maka Risma akan mengajak untuk membeli bersama dan sekalian dengan kedua saudara lainnya. Kali ini, Risma menyetok buku gambar untuk ketiga anaknya. Masing-masing dibelikan dua oleh Risma. Buku gambar Rama tentu lebih kecil dari milik Randi dan Riana. Hanya buku gambar saja yang dibeli mereka. Tujuan Risma mengajak mereka ikut serta dalam berbelanja kebutuhan adalah untuk mengajarkan mereka menghargai uang. Jika mereka tidak menggunakan alat-alat tulis dengan baikatau sampai hilang, mereka harus mendapatkan yang baru dengan uang. Harapan lainnya adalah agar anak-anaknya lebih menghargai barang milik sendiri sehingga lebih bijaksana dalam menggunakannya. Ajaran yang sudah sangat sulit dilakukan di jaman modern seperti sekarang. Namun Risma tidak mau jika sampai anak-anaknya menjadi orang yang tidak bisa menghargai apapun. Sekecil apapun itu, Risma mengajarkan untuk menghargainya.
*****
Maaf ya kakak-kakak readers, bunda baru nongol. Solanya bunda hari senin habis vaksin dosis I, vaksin moderna. Setelah itu badan bunda rasanya mau patah. Lengan dan kaki linu semua juga demam plus ***** makan berkurang. Jadi bunda istirahat dulu agar cepat pulih dan alhamdulillah sudah pulih, hanya saja masih belum terlalu enak makan.
*****
Ketemu lagi sama bunda di novel DUREN ANTIG. Novel ini selow update seperti novel-novel sebelumnya. Bagi readers baru yang belum membaca novel bunda sebelumnya, boleh dikepoin dengan klik profil dan pilih novel yang ingin dibaca. Ada PERNIKAHAN DADAKAN, OH SUAMIKU dan TUAN MUDA NYANTRI NONA MUDA JADI BU NYAI.
Jangan lupa untuk Like, Komentar, Vote, Beri Hadiah dan Rating Bintang limanya. Terimakasih karena sudah bersedia mampir. Salam sayang dari bunda untuk readers semua.
*****
NEXT
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Kurnit Rahayu
knpa muka si kembar mirip laki2 lain?pa s kmbar bukn anky Erik...?
2021-12-16
1
🎮 ⏤͟͟͞ROcthie ଓε⚽🏚€
Risma... sosok Ibu panutan
2021-10-15
4
ama luph endhe
tetap semamgat bunda, slalu jaga kesehatan... 💪💪😘😘
2021-09-13
2