Risma sudah tiga hari menempati rumah barunya. Randi dan Riana juga sudah masuk sekolah terhitung hari ini. Randi dan Riana duduk di kelas satu Sekolah Dasar. Sekolah Dasar Negeri II. Hanya berjarak lima menit jika berjalan kaki menggunakan kaki mungil Randi dan Riana. Meskipun usia mereka baru tujuh tahun, tapi keduanya sudah mandiri. Tidak perlu diantar oleh Risma, mereka sudah berani.
“Kita berangkat sendiri saja bunda. Dekat kok, kan tidak sendiri. Bunda jaga adek Rama saja” ucap Randi saat Risma hendak mengantar mereka dengan menggendong Rama.
“Iya bunda. Kita berani kok. Kan kita sudah besar, sudah sekolah. Lagi pulakan sekolahnya dekat dan tidak menyeberang” tambah Riana meyakinkan Risma.
“Baiklah kalau anak-anak bunda sudah berani berangkat sendiri. Nanti sampai sekolah,tidak boleh nakal ya? Baik-baikdengan teman baru. Kalau ada yang nakal dan sampai melukai kalian, jangan dibalas tapi bilang saja pada guru. Oke sayang?” nasehat Risma dan si kembar hanya mengangguk.
“Kami berangkat bunda. Assalamualaikumm bunda, Rama” pamit Randi dan Riana bersama. Randi dan Riana menyalami Rismadan mencium tangan bundanya. Risma mengecup kening keduanya dan si kembar mencium pipi Rama setelah Rama mencium tangan mereka. Begitulah Risma mengajarkan anak-anaknya untuk saling menghormati dan menghargai satu sama lainnya.
“Padahal bunda pengen mengantar mereka di hari pertamanya belajar. Tapi ya sudahlah, ayo kita masuk sayang. Biarkan abang dan kakak berangkat sendiri. Jangan surutkan semangatnya. Oke”
“Ote bunda” jawab Rama membuat Risma tergelak. Risma yakin bahwa rama belum mengerti apa yang dia keluhkan tadi. Tapi dia menjawab seolah mengerti apa yang Risma ucapkan.
“Pintar banget sih anak bunda ini. Siapa coba namanya?” ucap Risma sambil mendusel-dusel pipi tembem Rama.
“Yama bunda. Macak bunda lupa cama anak cendili cih?” omel Rama dengan bibir monyongnya membuat Risma tergelak.
“Iya sayang. Maafkan bunda ya, Rama anak yang ganteng dan pintar. Utuk utuk, nggak boleh marah ya sayang” bujuk Risma dan Rama langsung melipat kembali bibirnya yang sudah monyong.
“Rama belajar di sini ya. Bunda akan memasak untuk kakak dan abang pulang nanti. Rama kalau mau kuenya, ambil sendiri ya, bunda taruh di meja bagian pinggir” ucap Risma sambil meletakkan toples kecil berisi biskuit di meja untuk cemilan Rama. Rama sudah bisa membuka tutup toples sendiri karena Risma tidak terlalu kencang
menutupnya. Jika hendak disimpan, barulah Risma kencangkan agar tidak ada semut yang datang.
Setelah memastikan Rama bermain dengan tenang dan disekitar Rama tidak ada yang membahayakan, barulah Risma meninggalkan Rama di ruang tamu. Meskipun begitu, Risma tetap memantau dari dapur sehingga bisa tenang memasaknya. Meskipun agak lama karena harus membagi konsentrasinya, tetapi Risma merasa senang karena masakannya matang dan Rama aman. Itu yang terpenting.
Ting tong. Bel berbunyi dan Risma tahu siapa pelakunya. Rama yang mendengar bel berbunyi langsung berlari menuju pintu membuat Risma mengikuti langkah kaki mungilnya.
“Sayang, pelan-pelan” tegur Risma.
“Jeng jeng jeng” teriak Wiliam begitu pintu terbuka. Risma sudah menduganya. Padahalkan pintu tidak terkunci, ternyata Wiliam sengaja.
“Rama sama om Wil dulu ya? Bunda mau mandi, gerah” pamit Risma pada Rama.
“Kak Wil,kalau mau makan, Risma sudah masak. Ambil sendiri yah?”
Begitulah keakraban antara Wiliam dan Risma. Wiliam juga biasa makan di rumah Risma. Bahkan Wiliam pernah dengan sengaja ingin makan dirumah Risma. Katanya dia merindukan masakan Risma. Aneh memang, tapi itulah Wiliam.
“Mandilah, biar Rama denganku. Jangan khawatir, aku pastikan masakanmu ludes olehku” jawab Wiliam dengan tengilnya.
“Awas saja kalau itu terjadi. Randi dan Riana masih disekolah. Jangan buat dia pulang dengan kelaparan” tegas Risma dan Wiliam terkekeh. Bukan mengkhawatirkan perutnya, tapi Risma justru mengkahawatirkan perut anak-anaknya. Tapi memang begitulah orang tua, rela menahan lapar dan haus asal anak-anaknya kenyang.
*****
Rama duduk di pangkuan Wiliam, sedangkan Risma duduk di sampingnya.
“Jam berapa anak-anak pulang?” tanya Wiliam sambil memainkan mobil pemadam bersama Rama.
“Jam sepuluh sih jadwalnya. Satu jam lagi. Kenapa memangnya?”
“Tidak ada. Lalu apa rencanamu? Kerja atau bagaimana?”
“Aku maunya buka usaha sendiri agar tidak meninggalkan anak-anak. Kalau aku kerja, aku pasti harus menitipkan anak-anak. Nggak mungkinkan kalau aku kerja bawa mereka. Belum lagi Randi dan Riana yang harus sekolah” Wiliam menganggukkan kepalanya. Dia mengerti berada di posisi Risma pasti tidak mudah.
“Lalu?”
“Mungkin aku akan buka warung saja. Yang menjangkau kalangan bawah sampai menengah” ucap Risma setelah berpikir beberapa hari ini. Wiliam manggut-manggut.
“Kak Wili bisa menemaniku mencari tempat tidak? Kalau bisa sih sekitar sini saja”
“Aku usahakan. Aku lihat jadwal dulu”
“Terimakasih
ya kak Wil” ucap Risma berbinar-binar.
“Sama-sama. Apapun untukmu. Andai dulu Ria mau aku nikahi” ucap Wiliam sendu. Risma mengerti perasaan Wiliam. Makanya Wiliam tidak sulit menerima Risma dan anak-anak Risma dalam hidupnya.
“Mau Kak Wili menikah dengan Kak Ria ataupun tidak, Kak Wili tetap sahabat dan kakak buat Risma dan om kesayangan anak-anak. Kami menyayangi Kak Wili dengan sepenuh jiwa” Risma memeluk Wiliam dan Wiliam membalas serta memgusap punggung Risma.
“Oh ya, kapan kalian mengunjungi kakek dan nenek kalian? Bukankah ini pertama kalinya kamu ke kota ini? Tentu Tuan dan Nyonya Permana sudah sangat merindukan cucu-cucunya” Wiliam mengingatkan Risma agar tidak lupa mengunjungi mertuanya itu.
“Iya kak. Akhir pekan Risma dan anak-anak akan berkunjung ke sana. Si kembar juga sedang libur, jadi tidak tergesa-gesa”
“Baiklah. Akhir pekan nanti aku temani. Tenang saja, anggapsaja sopir gratis”
“Hahaha, Kak Wil bisa saja. Tapi ngomong-ngomong, Kak Wil nggak ada niat buat cari penggantinya Kak Ria gitu?” Risma tahu hal ini sensitif bagi Wiliam, namun dia juga penasaran.
“Nanti aku pikirkan, dan kamu sebagai juri apakah cocok dengan karakterku atau nggak”
“Kenapa mesti aku?” tanya Risma tak mengerti.
“Karena wanita yang bersanding denganku harus mengerti kedakatan kita. Artinya dia harus menerima kehidupanmu juga. Mengerti? Kamu tetap prioritasku sampai ada yang memprioritaskan dirimu”
“Kak Wili, jangan terlalu baik padaku. Aku takut tergantung pada Kak Wili terlalu dalam” Risma berkata dengan tatapan memohon.
“Jangan khawatir. Kamu wanita yang cukup mandiri, tidak akan sulit kamu lepas dari rasa ketergantungan. Apalagi kamu telah dididik Erik dengan sangat baik” ucap Wiliam tanpa sadar telah mengingatkan Risma pada mendiang suaminya. Risma menunduk sedih mengingat suaminya yang kini sudah ada di surga. Memang sulit melepaskan bayangan Erik dalam waktu yang singkat.
“Aku akan membuka hati suatu hari nanti. Tapi akan aku pastikan bahwa dia bukan sebagai pelarian hati yang kosong” monolog Risma yang di dengar oleh Wiliam.
“Aku akan mendampingimu nanti. Jangan khawatir” hibur Wiliam. Risma memandang Wiliam dengan intens. Andai saja laki-laki ini bisa dia cintai sebagai pria, tentu dia akan mau menjadikan pria didepannya ini ayah dari anak-anaknya. Menggantikan Erik yang sudah tiada. Sayang, rasa sayang yang ada dalam hati Risma hanya sekedar
rasa sayang sebagai adik saja.
Merasa dirinya ditatap dalam oleh Risma, Wiliam menatap balik netra hitam adik dari wanita yang cintai. Perasaan Wiliam tak berbeda dengan Risma. Andai dia bisa mencintai Risma seperti dia mencintai Ria, tidak akan Wiliam biarkan Risma dalam kesendirian.
*****
Bunda mau curhat nih kakak2 readers. Bunda tuh sebel banget sama reader yang kasih komentar dengan menyangkut pautkan agama. Bunda tegaskan sekali lagi di sini. Novel bunda seratus persen tidak mendiskriminasi agama manapun.
Masak gara-gara David di novel bunda yang berjudul “PERNIKAHAN DADAKAN” dulunya suka ONS atau cinta satu malam dikatakan melecehkan agama? Apa hubungannya coba? Dikaitkan dengan yang versi sekarang rajin shalat. Memang di cerita bunda dulunya David suka ONS karena pergaulan bebas selama di luar negeri dan sebelum kembali ke Indonesia kan sudah taubat dan akhirnya rajin shalat. Pertanyaan bunda, dimananya yang menyatakan itu adalah sesuatu yang melecehkan agama? Please deh, kalau komentar itu mbok yo sing apik. Jangan sangkut pautkan agam di sini. Kalau sudah beragama islam, terus tidak bisa menjadi orang bejat? Tidak suka main perempuan? Tidak suka minum? Atau bahkan judi? Kalau sudah islam terus tidak pernah melakukan dosa atau salah? Lalu apa gunanya kata taubat? Allah menurunkan sifat Rohman dan Rohimnya bukan tanpa alasan. Manusia ditakdirkan menjadi tempat salah dan lupa. Jadi tolong jangan menghakimi seseorang hanya karena kebejatan yang bahkan kita sendiri tidak tahu sebejat apa diri kita.
Fakta yang ada, kebanyakan dari mereka yang menjadi kupu-kupu malam, mucikari, gigolo atau pekerjaan yang sejenisnya adalah lebih dari 50% beragama islam. Kalau sudah begini, apa yang mau dikata? Mau menyalahkan siapa? Mengatakan ini pelecehan agama?
Maaf ya kakak2 readers, bunda jadi cuap-cuap nggak jelas. Habisnya bunda jengkel sih. Jiwa emak-emak bunda kan jadi keluar. Ngomel-ngomel panjang lebar nggak jelas begini. Jangan bosen ya baca tulisan bunda.
*****
Ketemu lagi sama bunda di novel DUREN ANTIG. Novel ini selow update seperti novel-novel sebelumnya. Bagi readers baru yang belum membaca novel bunda sebelumnya, boleh dikepoin dengan klik profil dan pilih novel yang ingin dibaca. Ada PERNIKAHAN DADAKAN, OH SUAMIKU dan TUAN MUDA NYANTRI NONA MUDA JADI BU
NYAI.
Jangan lupa untuk Like, Komentar, Vote, Beri Hadiah dan Rating Bintang limanya. Terimakasih karena sudah bersedia mampir. Salam sayang dari bunda untuk readers semua.
*****
NEXT
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Siti Masruroh
semangat trs bun islam itu indah kokv
2023-04-02
0
Rinjani
aduh yg pasti baca aja u soal agama org novel ajaa🙏🙏🙏
2023-03-21
0
🎮 ⏤͟͟͞ROcthie ଓε⚽🏚€
Tetap semangat ya Bunda, biarkan mereka mau berkata apa, sukses selalu buat Bunda, sehat sehat ya Bunda 🤗🤗🤗
2021-10-13
4