Ben hari ini berangkat ke Bogor untuk lomba cerdas cermat. Sebelumnya ia belajar pagi ini sejenak dikamar.
Ayu kini sudah selesai membantu menyiapkan nasi goreng untuk semua sarapan. ia beralih melihat anaknya.
Saat sampai ia terkejut Brian udah didepan pintu juga sudah rapi terlihat tampan dan gagah.
"morning bunda." sapa Brian sambil masih membenarkan dasi Ayu tersenyum. Ayu menyadari sitampan lagi kesusahan akhirnya ia mendekati Brian
"kalau kesusahan minta tolong dunk."Ayu ngoceh sambil membenarkan dasi, Brian semakin berdebar saat mereka semakin dekat seperti ini ia menatap lelat-lekat wanita yang ia cintai begitu peka.
Tanpa mereka sadari ada bocah kecil tampan sudah rapi diambang pintu kamarnya
"ehem."
kedua sejoli itu terkejut Ayu dan Brian mengalihkan pembicaraan.
"pagi boy." ucap keduanya
"ciyee kompak."
"pagi orangtua."
"dasar anak nakal."
"kalian tunggulah dibawah, aku akan memanggil Ben."
"Siap Bunda." ucap kedua laki tampan itu dan mereka pun turun kebawah tepatnya diruang makan
Ayu berjalan menuju kamar terlihat putranya itu sedang membereskan peralatan tulisnya.
"ada yang bisa bunda bantu nak."
Ben menoleh keasal suara ia tersenyum entah mengapa ia ingin berada didekat bundanya lebih lama.
"bunda peluk." Ayunda tersenyum melihat anaknya manja ia memeluknya erat.
"kamu kok tumben manja."
"tak tahu bun, pengen lama aja sama bunda. bunda jangan kemana-mana ya."
"Iya sayang. udqh sekrang kamu segera saraapn berangkat nanty telat."
"baik bunda." Ben memperlihat kan gigi gingsulnya
Mereka berdua menyusul keruang makan disana dua laki-laki sedang manyun karena menunggu lama.
"pasti drama dulu deh." celetuk Axel
"iri bilang boss."
"cih nyebelin kakak Dad."
"uudah udah ayo makan dulu Ben biar nanti lancar."
"Iya dad."
Mulailah acara makan yang sadari tadi ditunggu 15 menit berlalu dan sudah selesai ritualnya.
"ayo spesial hari ini Bunda antar kamus ampek disekolah Ben."
"Asyik makasihh bun."
"Nggak makasih sma aku kak kan aku nemeni smapek selesai."
"maakasih adekku tampan." mencubit pipi Axel membuat Axel mendengus. Ayu dan Brian terkekh melihat kelakuan anak mereka.
"Ayo sudah siap." ucap Brian
"Ready." teriak kedua bocah bule itu.
Tak sampek setengah jam kurleb 15 menitan merka samapai disekolah guru dan murid lain yang ikut mengantar sudah datang.
"Nah sana jangan lupa berdoa ya Ben."
"Siap Bunda."
"Semangat Ben."
"Makasih Dad."
Ben dan Axel berlari menuju Gurunya dan diabsen setelah 10 menit para rombongan masuk bis dan melambaikan tangan meninggalkan sekolah menuju Bogor.
Ayu diantar Brian kecoffeshop karena memang jarang disana hanya sekedar mengecek.
"Bri, boleh minta tolong nggak."
"Apa sayang."
"Ihh kamu kok jadi lebay."
"nggak lebay sayang tapi ini cinta tulusku buatmu ibu anak-anakku."
"Oh ya minta tolong apa."
"Kasihkan ini ke Ben ya nanti jika aku nggak bisa ngasih kedia."
"maksudmu apa sayang. kayak mau kemana aja."
"Pokoknya jika Ben juara kasihkan ini." Ayu memberikan kado tak mahal foto Ben dan ayu saat dirumah kontrakan dan sebuah kalung inisial B. dia memberikan ini agar anaknya tak sombong dan selalu rendah hati meski dia berada diposisi atas.
"Iya ada imbalannya nggak."
"Apa ya." Ayu pura-pura mikir sambil tertawa Brian gemas dan menggelitiki.
"Hahahhah. udah bri. fokus nyetir."
"Kamu sih godain aku aja. setelah ini aku pengen kita nikah ya."
"Terserah kamu aja Bri."
DiBogor tepatnya Ben dan teman-temannya mengikuti lomba. peserta per sekolah ada 3 orang perwakilan dan diikuti 20 sekolah. Mereka sekarang bersiap lomba peserta sudah menduduki tempat masing-masing.
Axel yang setia menunggu kakaknya duduk bersama tema lain. Lomba pun dimulai, Setengah jam akhirnya sekolah dari Ben dan kota A seri akhirnya di adu kembali dalam grand final dan kuis ini menjadi penentu.
"Gila kakakmu genius banget belum sampe 1 menit dia udah jawab aja. nah kalau aku mikir bisa setengah jam."
"Salah otakmu."
"hahahha."
Semua bersorak memberi semangat pada sekolahnya masing-masing. Ben mencium foto bundanya ia berdoa. "Ini semua untuk bunda."
Ditempat lain
Ayu merasa lelah akhirnya memutuskan pulang lebih cepat ia sekerang berdiri ditepi jalan menelpon Brian tapi belum fiangkat juga ia tak sadar bahaya mengintainya. dari kejauhan seorang wanita geram melihat kehidupan Ayu. Akhirnya iq membalsa dendam hari ini wanita itu menancap pedal gas kencang dan bersiap menabrak
Brakkk
Seketika badan Ayu terpental hingga orang -orang dekat Ayu berteriak histeris. kejadian itu berbarengan dengan gelas Brian tersenggol dan pecah sedangkan Ben memenangkan Lomba.
para warga melihat mobil tabrak lari dengan cepat memfoto plat nomornya dan yang mencoba mengejar karena setelah menabrak si pengenudi sempat berhenti sbentar dan menancap gas kembali.
Ayu terkapar dijalan dan petugas ambulan datang membawanya kerumahsakit saat dalam perjalanan nama Ben terus disebut. warga yang ikut membawanya menelpon nomor Brian panggilan terakhir di ponsel Ayu.
"Haloo selamat siang."
"Hey ini ponsel calon istri saya. diamna dia."
"begini tuan saya mohon maaf memakai ponsel nona ini karena mendesak. anda segeralah kerumah sakit sejahtera. karena nona ini kecelakaan."
"Apa."
pyarrr
ponsel Brian remuk dan remuk pula hatinya tak terasa matanya mengeluarkan air mata. Johan yang jarang melihat moment itu ia melongo segera bertanya.
"Bri, sadar ada apa." Johan menggoyang tubuh Brian yang tengah duduk bengong pandangan kosong
"Ayu.. ayu kecelakaan. gue harus kerumahsakit."
Brian berlari secepat mungkin Johan mengikuti dengan nafas sengal-sengal
"Brian, tunggu."
Brian tak bisa membendung air matanya sakit yang ia rasa. tak sampai 20 menit ia sudah sampai rumahsakit. Dia berlari menanyakan pada petugas resepsionis.
"pasien kecelakaan seorang wanita mbak barusan."
"pasiennya masih diugd tuan."
tanpa mengucap terimakasih ia menerobos pintu ugd. terlihat wanita cantik itu menutup mata dan dipasang selang oksigen dengan banyak perban dibadan dan didahi.
Brian menghampiri dengan wajah tak karuan.
"Bangun sayang.. bangun.. kamu ngerjain kau kan."
Johan yang barusan datang ia tak mampu melihat boss nya bersedih. ia mencoba menenagkan Brian membawanya.
"Maaf tuan. saya dokter yang menangani pasien ini."
"bagaimana kondisinya."
"Ia kehabisan darah tapi kami sudah menanganinya dan tolong sabar menunggunya terbangun dari koma karena benturan dikepalanya cukup keras."
Brian semakin kacau ia ingin membunuh dokter itu.
"LAKUKAN YANG TERBAIK BUAT ISTRIKU ATAU KURATAKAN RUMAHSAKIT INI RATA DENGAN TANAH." Bentak Brian sambil mencengkaram kerha baju dokter. dokter gugup ketakutan Johan menenangkan melepaskan dokter tersebut.
Johan menyuruh dokter itu untuk segera pergi agar tak dimakan hidup-hidup oleh Brian.
Suster itu membawa brangkar Ayu menuju ruang perawatan vvip atas kemauan Brian. Brian duduk termenung menjaga diluar ruangan Ayu bingung mengatakan kepada Ben.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Umi Ningsih Mujung
😍❤️
2021-09-16
0