Bab 19. Kenapa Harus Ketemu Dia Lagi

Rahma memperhatikan aktifitas bongkar barang dari mobil box miliknya Ko Achong. Berupa belanjaan bahan-bahan kue untuk stok di gudang dan persiapan mengolah pesanan Bu Puput yang akan diproses mulai hari ini. Ada Sandi yang bertugas mengecek ulang daftar belanjaan sesuai rincian yang ada di faktur pembeliaan.

"Ko, tumben-tumbenan ikut nganterin?" Rahma menoleh ke arah koko yang berdiri di sampingnya, sedang memberikan intruksi kepada sopir agar hati-hati menurunkan dus berisi coklat bubuk dan gula halus.

"Sengaja pengen ketemu kamu. Mau minta kue gratis."

"Si koko bisa aja." Rahma terkekeh dengan jawaban santai pria Tionghoa bernama asli Andreas Chong. Tapi pria sipit itu lebih familiar dipanggil ko Achong sesuai nama toko grosir miliknya Toko Achong.

"Nih masih pada anget, ko." Rahma menyimpan sepiring aneka jajan pasar di meja tempatnya duduk bersama ko Achong. Acara bongkar sudah selesai

"Yes. Bener-bener rejeki nih." Ko Achong menggosok-gosok telapak tangannya dengan mata berbinar. Ia mulai mencicipi lontong isi daging sapi yang masih hangat digabung dengan risoles isi telur puyuh yang kulitnya terasa lembut saat dikunyah. Tak lupa gigitan cabe rawit menambah merem melek si mata sipit itu.

Membuat Rahma mengulum senyum melihat ekspresi wajah koko yang kini pipinya memerah sebab kepedasan. "Ekspresinya biasa aja, ko." Ia tak kuat menahan tawa sebab kini pria tampan berkulit putih itu melotot sambil mengipas-ngipas mulut dengan tangan. Akhirnya tawanya lepas begitu saja dengan renyah.

"Nih minum!" Rahma mendekatkan gelas berisi teh celup aroma melati. "Sok jagoan makan rawit sampai 2 gitu." lanjutnya sambil menggeleng dengan sisa tawa yang masih terlepas.

Koko menghembuskan nafas lega dengan bibir yang merah sebab rasa pedas masih menempel. "Abisnya enak sih." Giliran koko yang tersenyum usai meneguk minumannya. Ia menatap lembut wajah Rahma yang kini menahan senyum dengan menutupkan tangan ke bibir. "Aku seneng liat kamu ceria lagi seperti dulu. Gitu dong semangat, kamu masih punya Dika."

Rahma menurunkan tangannya. Senyum yang menggantung kini mengendor begitu mendengar ucapan koko.

"Alhamdulillah, ko. Dukungan keluarga membuat aku kuat. Terutama Dika, moodboster banget."

Suasana mendadak hening sesaat.

"Lagi suntuk di toko." Koko memecah keheningan sambil melanjutkan mencomot kue bika yang harum aroma jeruk purut. "Apalagi ada Mami baru datang dari Jakarta. Nodong nanyain pacar yang katanya mau dikenalin. Berisiknya kayak nagih utang." Pungkasnya sambil menepuk jidat.

Rahma terkekeh. Ia mengenal Koko sebagai temannya Malik saat di Jakarta. Yang lalu memilih resign dari pekerjaannya di bank swasta, untuk melanjutkan dan mengembangkan usaha dagang orang tuanya di Bandung.

"Salah sendiri php in Mami kamu. Wajar nagih terus." Sahut Rahma yang lalu memperlihatkan layar ponselnya untuk konfirmasi sudah membayar total tagihan belanjaannya via transfer m-banking.

Koko mengangguk usai melihat layar ponsel Rahma. "Susah nyari cewek yang cocok diajak nikah. Kalau cocok diajak main, banyak."

"By the way, diundang Melisa anaknya Bu Puput kan?" Lanjut koko memastikan. Ia mengenal anaknya Bu Puput sebagai teman SMA nya.

Rahma mengangguk.

"Mau berangkat bareng? Nanti aku jemput."

Rahma menggeleng. "Nggak usah. Aku berangkat bareng Ayah dan Uma. Undangannya keluarga." Ia terpaksa berbohong demi menolak ajakan koko secara halus.

"Oke. Cabut ah, udah kenyang. Thanks makanan gratisnya. Mantap." Koko mengacungkan jempolnya sambil bersiap pergi.

"Sebentar, Ko. Aku mau nitip buat Mami ya." Rahma menahan Koko untuk menunggunya mengemas aneka kue untuk mami nya.

"Duh, jadi enak kalau gini." Koko menerima kantong plastik berisikan 1 dus aneka kue dengan candaan.

"Makasih ya, Rahma. Sukses terus usahanya."

Rahma mengangguk. "Salam sama Mami."

****

Pembeli keluar masuk meramaikan suasana toko. Ada yang take away atau pula yang menikmati jajanan sambil bersantai di meja-meja yang tersedia di area depan toko dengan sekat kaca yang tembus pemandangan lalu lintas jalan raya.

Rahma memeriksa kerapihan dan kebersihan penataan aneka kue dalam display kaca. Lalu menyuruh Lia mengelap kaca dari dalam yang tampak beruap sebab karyawamnga itu memasukkan kue yang masih panas.

"Brownies di sebelah mana ya, teh?"

Rahma menolehkan wajah ke asal suara. Tampak 2 orang perempuan berhijab tengah bertanya di kasir. Ia bisa menangkap gestur, jika 2 orang itu baru pertama datang ke tokonya.

"Teteh mau nyari brownies? sebelah sini." Rahma berinisiatif mendahului menjawab, memotong ucapan Fitri yang sudah membuka mulut.

Ia tersenyum lebar sambil membantu menunjukkan letak brownies dalam kemasan dus. "Ada yang kukus dan pangggang. Ada beberapa varian rasa. Silakan dipilih...." Pungkasnya dengan penuh keramahan.

"Wah banyak varian jadi bingung milih." Pengunjung yang tak lain adalah Sarah dan Olla tampak mengkerutkan kening. "Iyan mana, La. Dia kan yang tahu dulu beli yang mana buat Umi."

"Masih di luar kayaknya. Bentar aku susulin."

"Bentar ya teh. Soalnya saya nggak tahu harus beli yang mana. Disuruh mertua." Ujar Sarah terkekeh sambil menatap Rahma yang berdiri menghadap rak display.

"Santai aja teh." Rahma tetap memasang senyum ramah. "Teteh bisa jalan-jalan dulu lihat-lihat kue yang lainnya," lanjutnya sambil menunjuk sekeliling yang berderet rak display.

"Lia, bawa sini 1!" Rahma memanggil Lia yang akan menyimpan box bika ambon di rak depan.

"Nah, ini fresh from oven. Kata konsumen yang udah langganan, rasanya enak bikin ketagihan." Promo Rahma mengulurkan box bika ambon ke tangan Sarah.

"MasyaAllah, ini wangi jeruknya terasa banget." Sarah membuka penutup box yang kemudian tercium aroma wangi. "Masih anget lagi. Saya coba 1 deh. Kalau enak, nanti beli lagi buat oleh-oleh pulang." Pungkasnya sambil menutup lagi kemasan box.

"Oh bukan orang Bandung, ya?!" Rahma memberikan keranjang tempat menyimpan jajanan yang akan dipilih.

"Saya tinggal di Bekasi. Ke Bandung lagi berkunjung ke mertua. Makanya pas disuruh beli brownies, nggak tahu belinya di mana. Nah itu dia orangnya yang harus pilihin..."

Rahma mengikuti arah pandangan tamu pembelinya itu. Dua orang beriringan masuk. Dan ia fokus mengunci pandangan pada sosok pria tinggi yang berjalan paling belakang. Pria yang juga menatapnya sambil mengulas senyum.

"Yan, dulu kamu beli yang mana nih?"

"Brownies kukus ori. Brownies panggang topping almond, sama bolen keju. Beliin juga kue yang lainnya untuk orang dapur teh. Aku yang bayar semuanya."

"Beli bika ambon ya, Yan?"

"Boleh. Apa aja boleh."

"Yeay si ganteng yang baik hati lagi nraktir unlimited. Sikat, La..."

"Aku mau ini ah, red velvet."

Rahma mendengar dengan jelas semua percakapan ketiga orang itu. Tak tahu kenapa ia masih berdiri terpaku diantara mereka. Ia bahkan harus menunduk pura-pura sibuk merapihkan pajangan untuk menghindari beradu tatap dengan pria yang menjawab pertanyaan namun dengan tetap memandang ke arahnya.

.

.

"Mbak, saya mau pie buah. Di mana ya?" Mizyan kini mulai menyapa Rahma. Sebagai mantan player, ia tahu pasti jika Rahma sedang pura-pura sibuk, padahal menutupi salah tingkah.

"Itu---"

"Bisa dianter, mbak?!"

Rahma mengangguk dengan tersenyum kikuk. Ia berjalan mendahului dengan hati yang menggerutu.

Kenapa harus ketemu dia lagi.

"Silakan." Ia berhenti di depan etalase full kaca khusus pajangan aneka kue tanpa kemasan. "Kalau beli satuan pakai plastik ini, kalau beli 10 pakai box ini."

"Dika di mana, Bun? Boleh ketemu nggak?" Mizyan mengabaikan penjelasan sang owner toko. Ia malah mulai beraksi memancing reaksi Rahma.

"Dika ada di rumah. Maaf saya tinggal dulu, masih banyak pekerjaan."

"Eh bentar dulu." Mizyan menjegal jalannya Rahma. "Please, ambilkan 10 ya, Bun. Saya nggak bisa rapih nyusunnya."

Ia bukannya mendapat servis. Namun mendapat tatapan galak dari wajah cantik yang saat tadi terlihat ramah dan penuh senyum menyambut Sarah dan Olla. Ia tahu pasti, sebab ia menikmati senyuman itu dari balik kaca luar.

"Hei, kamu udah pikun ya?" Rahma menghardik dengan suara rendah takut terdengar pengunjung lain. "Sudah saya bilang jangan panggil begitu." pungkasnya dengan ketus sambil menyerahkan box yang sudah diisi 10 pie buah.

"Ups." Mizyan menutup mulutnya dengan mimik kaget. "Aduh iya, maaf kok bisa lupa. So, sorry," Ia menatap Rahma dengan sorot penyesalan.

"Kalau mau bayar, di sana kasirnya." Rahma tidak menanggapi namun mengalihkan pembicaraan sambil berlalu meninggalkan pria yang menurutnya menyebalkan itu.

Mizyan bukannya tersinggung ditinggalkan begitu saja. Malah mengulum senyum merasa dapat hiburan yang membuat hatinya membuncah bahagia.

"Kak Iyan, teh Sarah ngajak nyantai dulu di sana."

Kedatangan Olla membuyarkan senyum yamg masih menghias wajah. Ia menetralkan kembali ekspresinya agar tak ada orang yang tahu akan perasaannya saat ini.

"Oke."

.

.

Rahma mendudukkan bo kong dengan keras di kursi kerjanya di lantai 2. Emosi yang tiba-tiba muncul siang hari membuat energinya serasa terkuras sampai sebotol air minum dalam tumbler diteguknya habis. Ia mengurut pelipisnya sambil berucap istigfar berulang-ulang untuk menormalkan kembali suasana hati.

Ia alihkan pandangan menatap layar LED yang menggantung di dinding. Enam CCTV menampilkan tiap sudut yang terpantau kamera.

Pandangannya terpusat pada kamera 3. Pada meja di mana pria menyebalkan itu sedang tertawa-tawa dengan seorang wanita yang tadi ia temui di bawah.

Hm, tadi yang lebih tua mungkin kakaknya cewek ini.

Rahma membuat praduga sambil mengetuk-ngetuk jari ke meja.

Cewek ini mungkin pacarnya. Happy banget ketawa-ketawa.

Tanpa sadar, Rahma tersenyum sinis.

Dasar buaya.

Bisa-bisanya genit sama aku padahal lagi jalan sama pacar.

Rahma terlonjak dari duduknya sampai punggungnya tegak. Merasa kaget sebab pria menyebalkan itu kini tengah mendongak menatap camera. Seolah kini ia dan dia sedang bertatap-tatapan. Dia tersenyum manis.

Terpopuler

Comments

muth yasin

muth yasin

ketus tapi mau

2024-10-04

0

muth yasin

muth yasin

aduduuuuh yang perhatian

2024-10-04

0

Mmh dew

Mmh dew

❤🧡💛💚💙💜LOVE

2024-08-03

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Saat Terakhir
2 Bab 2. Mizyan Abdillah
3 Bab 3. Duka Cita
4 Bab 4. Life Must Go On
5 Bab 5. See You Tonight
6 Bab 6. The New You
7 Bab 7. Ayah
8 Bab 8. On The Way Room 202
9 Bab 9. Room 202
10 Bab 10. Nda, Ayah Pulang!
11 Bab 11. Aku Hanya Manusia Biasa
12 Bab 12. Senja Kala
13 Bab 13. Single Mom
14 Bab 14. Tempat Pelarian
15 Bab 15. Tamu Tak Diharapkan
16 Bab 16. Robot Sapi
17 Bab 17. Your Face Distracts My World
18 Bab 18. Banyak Jalan Menuju Roma
19 Bab 19. Kenapa Harus Ketemu Dia Lagi
20 Bab 20. Dia Lagi?
21 Bab 21. Salah Sambung Ya, Bun
22 Bab 22. Selangkah Lebih Maju
23 Bab 23. Sepasang Mata
24 Bab 24. Hujan Malam Minggu
25 Bab 25. Dadah, Om
26 Bab 26. Kenapa Aku Jadi Kepo?
27 Bab 27. Holiday in Bali
28 Bab 28. Holiday in Bali (2)
29 Bab 29. Fokus di Kamu Saja
30 Bab 30. Secercah Asa
31 Bab 31. Secercah Asa (2)
32 32. With a Pleasure
33 Bab 33. Wasiat
34 Bab 34. Merasa Familiar
35 Bab 35. Menghargai Perbedaan
36 Bab 36. Kamu Selalu Hadir di Kala Sulit
37 Bab 37. I Can Make You Love Me
38 Bab 38. Salah Tingkah
39 Bab 39. Hibah
40 Bab 40. Menjelang Kepergian
41 Bab 41. Room Paling Ujung
42 Bab 42. Medan, at The Moment
43 Bab 43. Medan, at The Moment (2)
44 Bab 44. Medan, at The Moment (3)
45 Bab 45. Last Time in Medan
46 Bab 46. Meraba Hati
47 Bab 47. Petunjuk
48 Bab 48. My Son
49 Bab 49. Firasat
50 Bab 50. Mereka Mencemaskanku Nggak Ya?!
51 Bab 51. Malu, Bertalu, dan Bersemu
52 Bab 52. Deadline 2 Bulan
53 Bab 53. Zonk
54 Bab 54. Kejadian Tak Terduga
55 Bab 55. I'm Here For You
56 Bab 56. Have a Good Fight
57 Bab 57. Berharap Cemburu
58 Bab 58. Cara Balas Budi
59 Bab 59. Gegana
60 Bab 60. Surat Berwarna Biru Muda
61 Bab 61. Pounding to Meet You
62 Bab 62. Apa Maunya?
63 Bab 63. Go ahead
64 Bab 64. Meraih Satu Tiket
65 Bab 65. Step by Step
66 Bab 66. Step by Step (2)
67 Bab 67. Step by Step (3)
68 Bab 68. I Love You
69 Bab 69. Nasehat Calon Mertua
70 Bab 70. Counting Down
71 Bab 71. Kupinang Kau Dengan Bismillah
72 Bab 72. You Know What I Mean
73 Bab 73. Test Drive
74 Bab 74. Menjelang Pernikahan
75 Bab 75. Menjelang Pernikahan (2)
76 Bab 76. The New Journey
77 Bab 77. Gas Tipis-Tipis
78 Bab 78. Malam Pertama
79 Bab 79. Closing Pembalasan Si Pitung
80 Bab 80. Main Course
81 Bab 81. Mulut Tetangga
82 Bab 82. Terima Kasih Cinta
83 Bab 83. Ahli Modus
84 Bab 84. Menganggap Remeh
85 Bab 85. Bersiap Basmi Hama
86 Bab 86. Bogor, We are Coming
87 Bab 87. Hari Pertama di Bogor
88 Bab 88. The Power of Daging Kambing
89 Bab 89. Tenang, Ada Aku
90 Bab 90. Malam Terakhir di Bogor
91 Bab 91. Ruang Hampa Mark Cornelius
92 Bab 92. Kartu As
93 Bab 93. Sehari Tanpamu
94 Bab 94. Hasutan Alex
95 Bab 95. Papa Buye Pulang
96 96. Cerita Yang Terjeda
97 Bab 97. Dua Pemikiran Berbeda
98 Bab 98. Tonight And Every Night
99 Bab 99. Adek dan Akak
100 Bab 100. Siap-Siap Sidang
101 Bab 101. Tensi Mulai Memanas
102 Bab 102. Sehari Dua Misi
103 Bab 103. Serangan Jantung
104 Bab 104. 100 Juta
105 Bab 105. Rahasia yang Terkuak
106 Bab 106. Ada Satpam
107 Bab 107. Birthday Party
108 Bab 108. Honeymoon
109 Bab 109. 60 Juta
110 Bab 110. Misi Percomblangan
111 Bab 111. Level 2
112 Bab 112. Atu Juja
113 Bab 113. Menyimpan Dendam
114 Bab 114. Mendadak Genit
115 Bab 115. Pesona
116 Bab 116. Ima, Berjuta Pesona
117 Bab 117. Bunda, Itu Baju Papa
118 Bab 118. Mood Swing
119 Bab 119. Saturday Night
120 Bab 120. 20 November
121 Bab 121. 20 November (2)
122 Bab 122. 20 November (3)
123 Bab 123. Buka Kartu
124 Bab 124. Paper Bag Marun
125 Bab 125. Theo dan Alex
126 Bab 126. Payung Hitam
127 Bab 127. Gombalan Menjelang Tidur
128 Bab 128. Pertemuan Tak Terduga
129 Bab 129. Bau Amis
130 130. Ada Apa Dengan Botol
131 Bab 131. Burung
132 Bab 132. Misi di Balik Tasyakur
133 Bab 133. Misi di Balik Tasyakur (2)
134 Bab 134. Ungkapan
135 Bab 135. Iman
136 Bab 136. Ada Apa?
137 Bab 137. Berita Viral
138 Bab 138. Kepanikan Mizyan
139 Bab 139. Ini Takdir
140 Bab 140. Tindakan
141 Bab 141. Tindakan (2)
142 Bab 142. Healing
143 Bab 143. Akhir Kasus
144 Bab 144. Batal Lamaran
145 Bab 145. 11 Januari
146 Bab 146. 11 Januari (2)
147 Bab 147. Pergi
148 Bab 148. Dua Tahun
149 Bab 149. Opa Oh Opa
150 Bab 150. Lupa
151 Bab 151. Kado
152 Bab 152. Kado (2)
153 Bab 153. Welcome Baby
154 Bab 154. Akhir Kisah
155 PENGUMUMAN
156 Bab 155. Bonchap 1
157 Bab 156. Bonchap 2
158 Bab 157. Bonchap 3
159 Bab 158. Bonchap 4
160 Bab 159. Bonchap 5
161 Bab 160. Bonchap 6
162 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 162 Episodes

1
Bab 1. Saat Terakhir
2
Bab 2. Mizyan Abdillah
3
Bab 3. Duka Cita
4
Bab 4. Life Must Go On
5
Bab 5. See You Tonight
6
Bab 6. The New You
7
Bab 7. Ayah
8
Bab 8. On The Way Room 202
9
Bab 9. Room 202
10
Bab 10. Nda, Ayah Pulang!
11
Bab 11. Aku Hanya Manusia Biasa
12
Bab 12. Senja Kala
13
Bab 13. Single Mom
14
Bab 14. Tempat Pelarian
15
Bab 15. Tamu Tak Diharapkan
16
Bab 16. Robot Sapi
17
Bab 17. Your Face Distracts My World
18
Bab 18. Banyak Jalan Menuju Roma
19
Bab 19. Kenapa Harus Ketemu Dia Lagi
20
Bab 20. Dia Lagi?
21
Bab 21. Salah Sambung Ya, Bun
22
Bab 22. Selangkah Lebih Maju
23
Bab 23. Sepasang Mata
24
Bab 24. Hujan Malam Minggu
25
Bab 25. Dadah, Om
26
Bab 26. Kenapa Aku Jadi Kepo?
27
Bab 27. Holiday in Bali
28
Bab 28. Holiday in Bali (2)
29
Bab 29. Fokus di Kamu Saja
30
Bab 30. Secercah Asa
31
Bab 31. Secercah Asa (2)
32
32. With a Pleasure
33
Bab 33. Wasiat
34
Bab 34. Merasa Familiar
35
Bab 35. Menghargai Perbedaan
36
Bab 36. Kamu Selalu Hadir di Kala Sulit
37
Bab 37. I Can Make You Love Me
38
Bab 38. Salah Tingkah
39
Bab 39. Hibah
40
Bab 40. Menjelang Kepergian
41
Bab 41. Room Paling Ujung
42
Bab 42. Medan, at The Moment
43
Bab 43. Medan, at The Moment (2)
44
Bab 44. Medan, at The Moment (3)
45
Bab 45. Last Time in Medan
46
Bab 46. Meraba Hati
47
Bab 47. Petunjuk
48
Bab 48. My Son
49
Bab 49. Firasat
50
Bab 50. Mereka Mencemaskanku Nggak Ya?!
51
Bab 51. Malu, Bertalu, dan Bersemu
52
Bab 52. Deadline 2 Bulan
53
Bab 53. Zonk
54
Bab 54. Kejadian Tak Terduga
55
Bab 55. I'm Here For You
56
Bab 56. Have a Good Fight
57
Bab 57. Berharap Cemburu
58
Bab 58. Cara Balas Budi
59
Bab 59. Gegana
60
Bab 60. Surat Berwarna Biru Muda
61
Bab 61. Pounding to Meet You
62
Bab 62. Apa Maunya?
63
Bab 63. Go ahead
64
Bab 64. Meraih Satu Tiket
65
Bab 65. Step by Step
66
Bab 66. Step by Step (2)
67
Bab 67. Step by Step (3)
68
Bab 68. I Love You
69
Bab 69. Nasehat Calon Mertua
70
Bab 70. Counting Down
71
Bab 71. Kupinang Kau Dengan Bismillah
72
Bab 72. You Know What I Mean
73
Bab 73. Test Drive
74
Bab 74. Menjelang Pernikahan
75
Bab 75. Menjelang Pernikahan (2)
76
Bab 76. The New Journey
77
Bab 77. Gas Tipis-Tipis
78
Bab 78. Malam Pertama
79
Bab 79. Closing Pembalasan Si Pitung
80
Bab 80. Main Course
81
Bab 81. Mulut Tetangga
82
Bab 82. Terima Kasih Cinta
83
Bab 83. Ahli Modus
84
Bab 84. Menganggap Remeh
85
Bab 85. Bersiap Basmi Hama
86
Bab 86. Bogor, We are Coming
87
Bab 87. Hari Pertama di Bogor
88
Bab 88. The Power of Daging Kambing
89
Bab 89. Tenang, Ada Aku
90
Bab 90. Malam Terakhir di Bogor
91
Bab 91. Ruang Hampa Mark Cornelius
92
Bab 92. Kartu As
93
Bab 93. Sehari Tanpamu
94
Bab 94. Hasutan Alex
95
Bab 95. Papa Buye Pulang
96
96. Cerita Yang Terjeda
97
Bab 97. Dua Pemikiran Berbeda
98
Bab 98. Tonight And Every Night
99
Bab 99. Adek dan Akak
100
Bab 100. Siap-Siap Sidang
101
Bab 101. Tensi Mulai Memanas
102
Bab 102. Sehari Dua Misi
103
Bab 103. Serangan Jantung
104
Bab 104. 100 Juta
105
Bab 105. Rahasia yang Terkuak
106
Bab 106. Ada Satpam
107
Bab 107. Birthday Party
108
Bab 108. Honeymoon
109
Bab 109. 60 Juta
110
Bab 110. Misi Percomblangan
111
Bab 111. Level 2
112
Bab 112. Atu Juja
113
Bab 113. Menyimpan Dendam
114
Bab 114. Mendadak Genit
115
Bab 115. Pesona
116
Bab 116. Ima, Berjuta Pesona
117
Bab 117. Bunda, Itu Baju Papa
118
Bab 118. Mood Swing
119
Bab 119. Saturday Night
120
Bab 120. 20 November
121
Bab 121. 20 November (2)
122
Bab 122. 20 November (3)
123
Bab 123. Buka Kartu
124
Bab 124. Paper Bag Marun
125
Bab 125. Theo dan Alex
126
Bab 126. Payung Hitam
127
Bab 127. Gombalan Menjelang Tidur
128
Bab 128. Pertemuan Tak Terduga
129
Bab 129. Bau Amis
130
130. Ada Apa Dengan Botol
131
Bab 131. Burung
132
Bab 132. Misi di Balik Tasyakur
133
Bab 133. Misi di Balik Tasyakur (2)
134
Bab 134. Ungkapan
135
Bab 135. Iman
136
Bab 136. Ada Apa?
137
Bab 137. Berita Viral
138
Bab 138. Kepanikan Mizyan
139
Bab 139. Ini Takdir
140
Bab 140. Tindakan
141
Bab 141. Tindakan (2)
142
Bab 142. Healing
143
Bab 143. Akhir Kasus
144
Bab 144. Batal Lamaran
145
Bab 145. 11 Januari
146
Bab 146. 11 Januari (2)
147
Bab 147. Pergi
148
Bab 148. Dua Tahun
149
Bab 149. Opa Oh Opa
150
Bab 150. Lupa
151
Bab 151. Kado
152
Bab 152. Kado (2)
153
Bab 153. Welcome Baby
154
Bab 154. Akhir Kisah
155
PENGUMUMAN
156
Bab 155. Bonchap 1
157
Bab 156. Bonchap 2
158
Bab 157. Bonchap 3
159
Bab 158. Bonchap 4
160
Bab 159. Bonchap 5
161
Bab 160. Bonchap 6
162
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!