Bab 4. Life Must Go On

Duka bukan hanya milik Rahma sebagai orang terdekat, terkasih, teristimewa, sang pemilik hati almarhum Malik. Namun pula dirasakan Nico sang sahabat karib. Empat puluh hari berlalu, tapi hati masih terasa kebas dan basah sebab kesedihan belum mengering. Memang, setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Syarat mati tak harus tua, dan di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkanmu kendatipun bersembunyi di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.

Riak air kolam renang berkilatan terkena sorot 3 lampu LED yang menempel di tembok benteng. Nico memandangi galeri ponsel. Terakhir kali kebersamaannya bersama Malik kala peresmian pabrik baru dengan kapasitas produksi lebih tinggi dan karyawan lebih banyak. Berdua mereka tersenyum lebar sambil beradu tos tangan di udara. Kerja keras ia dan Malik membuahkan hasil manis dengan meningkatnya omset penjualan.

Nico bahkan masih membiarkan meja kerja Malik yang satu ruangan dengannya, tidak merubahnya sama sekali, tetap terpajang satu bingkai foto Rahma dan baby Dika. Meski 6 bulan terakhir pun sudah tidak ditempati Malik sebab sakit yang makin memberat.

"Mereka berdua moodboster aku."

Nico ingat betul ucapan Malik setiap sahabatnya itu memandang foto anak istrinya dengan binar bahagia kentara di matanya.

Pijatan lembut di pundak membuat Nico mendongak dari fokusnya memandangi foto bersama kala pernikahan Malik Rahma di Aceh dengan gaya bebas yang gokil abis. Ia tak menyadari kedatangan sang istri yang menyusulnya ke teras belakang.

"Sudah malam, mas harus istirahat. Besok mau ke Jogja kan?" Suci, sang istri mengingatkannya sambil tak henti memijat pundaknya. Membuat Nico merasa lebih rileks.

"Yang ini!" Nico menunjuk kepalanya meminta Suci beralih memijat kepala yang terasa berat sebab banyak beban yang memenuhi otaknya yang biasanya dibagi 2 dengan Malik kini harus ia pikul sendiri.

"Mas, mulai sekarang sebaiknya punya asisten deh. Biar gak terlalu cape." Suci menangkap gurat lelah yang akhir-akhir ini tergambar di wajah suaminya itu.

"Iya. Nanti pulang dari Jogja aku seleksi." Nico menikmati pijatan lembut di kepalanya dengan mata terpejam.

"Sayang, besok mau ke rumah Rahma?"

"Iya. Manda juga pengen main sama Dika. Biar suasana rumah rame, biar Rahma terhibur."

"Sekalian minta nomer rekening Rahma." Nico menarik tangan Suci agar duduk di sisinya. "Ada hak Malik setiap bulannya yang akan dikirim ke rekening Rahma. Perusahaan juga akan memberi santunan dana setiap bulannya selama Rahma belum menikah lagi"

Suci mengangguk dengan senyum penuh kelegaan. "Alhamdulillah. Masa depan Dika terjamin kalau gitu."

"Apartemen Malik dijual buat biaya pengobatan. Yang aku tau aset yang tersisa tinggal rumah, ruko, kendaraan, sama saham perusahaan."

"Nanti kalau sikon sudah pas, aku akan urus balik nama saham atas nama Rahma."

Suci tidak menyela, memilih menjadi pendengar yang baik dan menyetujui tindakan bijak suaminya itu.

"Oh iya, tadi siang Rahma ngabarin, ada tante Indah datang."

Nico tampak terkejut mendengar nama yang disebutkan Suci. Tante Indah pertama datang ke pemakaman saat semua keluarga bersiap pulang. Bahkan berlaku kasar mendorong Rahma sambil marah-marah dengan menyebut Rahma sebagai perempuan pembawa sial.

"Dia bikin ulah nggak?" Nico seakan enggan menyebut nama ibu kandung Malik itu. Meski harusnya hormat pada orangtua. Baginya, tante Indah adalah pengecualian. Sebab wanita paruh baya itu angkuh dan egois.

"Tsnte Indah ingin membawa Dika jalan-jalan, katanya."

"Tapi anaknya nggak mau. Malah meronta dan nangis kencang."

Nico menghembuskan nafas kasar. "Anak kecil aja udah punya feeling, neneknya niat nyulik kali."

"Ishh. Tak boleh suudzon." Suci menggelengkan kepala tidak setuju dengan komentar Nico yang kini merebahkan kepala di pangkuannya.

****

Empat bulan 10 hari.

Tak terasa waktu bergulir. Dan Rahma melaluinya dengan rasa terseok dan tertatih sebab harus terbiasa sendiri. Tak ada lagi dada bidang tempat ia menyandarkan kepala sambil bermanja. Bahkan ia harus terbangun tengah malam karena tiba-tiba tersaji segala kenangan manis di kamarnya itu. Bagaimana Malik memintanya mendengarkan hafalan surah juz amma. Sampai hafal semua surah juz ke 30 itu dalam hitungan bulan.

Termasuk kilasan saat Malik mencumbunya, bagaimana aksi pijat memijat berubah menjadi candaan penuh tawa dan berujung plus-plus. Tembok kamar bagaikan layar bioskop yang tengah memutar film. Tampak jelas tersaji di depan mata. Membuat Rahma menangis tanpa suara dan beristigfar serta mengirimkan doa untuk almarhum suaminya itu.

Beruntung ada Ayah dan Uma yang dengan sabar membantunya melewati hari-hari yang berat. Kedua orangtuanya selalu mengingatkan akan qodo dan qodar.

"Jangan pernah menolak takdir. Sama saja dengan keimanan kita tidak sempurna."

"Karena percaya pada takdir Allah adalah bagian dari rukun iman."

Perkataan Uma membuatnya perlahan belajar mengikhlaskan kepergian sang suami. Belajar ikhlas pula menerima ketetapan jika kini dirinya berstatus janda anak satu.

Ia bahkan pernah mengeluh pada Uma di suatu malam.

"Ikhlas itu susah, Uma. Apalagi bayangan Abang selalu hadir."

"Wajar. Manusiawi."

" Berawal dengan membiasakan dan memaksakan diri, ikhlas akan mengikuti dengan sendirinya."

"Berusahalah ridho dengan takdir Allah karena Allah lebih tahu yang terbaik untuk hambaNya yang beriman."

Rahma menatap pantulan dirinya di cermin. Hari ini masa iddahnya telah berakhir. Selama ini ia tidak melakukan aktifitas apapun di luaran rumah. Bahkan tak ada gairah merawat diri sebab tak ada lagi orang yang akan menggodanya kala ia tampil cantik dan wangi menyambut sang suami pulang kerja.

Untuk pertama kalinya ia kembali menyapukan bedak tipis di wajah dan memoles bibirnya dengan lipstik warna soft agar keseluruhan tampilannya lebih segar tak lagi pucat.

"Uma, hari ini aku mau cek toko." Rahma menggigit roti isi selai kacang sebagai sarapan paginya. Tubuhnya yang ramping tampak lebih kurus sebab ***** makan yang masih kurang.

Uma dan Ayah saling pandang dengan wajah berbinar. Terdengar ucap syukur dari mulut kedua orangtuanya itu.

"Allah telah takdirkan jalan hidupmu seperti ini, Rahma."

"Jadilah wanita yang tegar dan kuat. Ingat, kamu masih punya Mahardika yang butuh kasih sayang dan perhatian ibunya."

"Jangan terus-terusan larut dalam kesedihan. Kamu harus melanjutkan hidup."

"Iya Ayah." Rahma mengangguk setuju dengan nasehat sang ayah. Life must go on.

Rahma belum beranjak keluar dari mobilnya. Ia masih terdiam di balik kemudi sambil menatap ruko dua lantai tempat usahanya. Toko kue Citarasa.

Toko kue citarasa awalnya adalah usaha gabungan Suci, Rahma dan Salma. Namun seiring waktu dengan kesepakatan bersama, toko rintisan di Jakarta menjadi milik Salma dan Rahma membuka mandiri cabang di Bandung. Sementara Suci memiliki saham di keduanya.

Sudah lama sekali Rahma tidak menginjakkan kaki di tokonya itu. Sebab ia berada di Jakarta menemani Malik berobat, ditambah selama masa iddahnya ia sama sekali tak datang ke toko, hanya memantau via telepon dan email untuk mengecek laporan yang dikirim pegawai kepercayaannya.

"Ayo sayang, turun." Rahma membukakan pintu sebelah kiri untuk membuka car seat anaknya. Dengan wajah riang, bocah tampan yang masih polos itu mengayun-ngayunkan tangan sang ibu yang menuntunnya masuk ke dalam toko.

"Mbak Rahma, apa kabar?"

Langkahnya terhenti di ambang pintu kala seseorang yang akan keluar dari toko dengan menenteng goodie bag berlogo Citarasa, menyapanya dengan ramah.

Terpopuler

Comments

werdi kaboel

werdi kaboel

in sya allah Rahma kuat menjalani hidup tanpa Malik.

2024-09-12

1

Mmh dew

Mmh dew

❤🧡💛💚💙💜

2024-08-02

0

maya ummu ihsan

maya ummu ihsan

bintang 5 itu aslinya kata apa kak .kenapa jadi *****

2024-07-19

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Saat Terakhir
2 Bab 2. Mizyan Abdillah
3 Bab 3. Duka Cita
4 Bab 4. Life Must Go On
5 Bab 5. See You Tonight
6 Bab 6. The New You
7 Bab 7. Ayah
8 Bab 8. On The Way Room 202
9 Bab 9. Room 202
10 Bab 10. Nda, Ayah Pulang!
11 Bab 11. Aku Hanya Manusia Biasa
12 Bab 12. Senja Kala
13 Bab 13. Single Mom
14 Bab 14. Tempat Pelarian
15 Bab 15. Tamu Tak Diharapkan
16 Bab 16. Robot Sapi
17 Bab 17. Your Face Distracts My World
18 Bab 18. Banyak Jalan Menuju Roma
19 Bab 19. Kenapa Harus Ketemu Dia Lagi
20 Bab 20. Dia Lagi?
21 Bab 21. Salah Sambung Ya, Bun
22 Bab 22. Selangkah Lebih Maju
23 Bab 23. Sepasang Mata
24 Bab 24. Hujan Malam Minggu
25 Bab 25. Dadah, Om
26 Bab 26. Kenapa Aku Jadi Kepo?
27 Bab 27. Holiday in Bali
28 Bab 28. Holiday in Bali (2)
29 Bab 29. Fokus di Kamu Saja
30 Bab 30. Secercah Asa
31 Bab 31. Secercah Asa (2)
32 32. With a Pleasure
33 Bab 33. Wasiat
34 Bab 34. Merasa Familiar
35 Bab 35. Menghargai Perbedaan
36 Bab 36. Kamu Selalu Hadir di Kala Sulit
37 Bab 37. I Can Make You Love Me
38 Bab 38. Salah Tingkah
39 Bab 39. Hibah
40 Bab 40. Menjelang Kepergian
41 Bab 41. Room Paling Ujung
42 Bab 42. Medan, at The Moment
43 Bab 43. Medan, at The Moment (2)
44 Bab 44. Medan, at The Moment (3)
45 Bab 45. Last Time in Medan
46 Bab 46. Meraba Hati
47 Bab 47. Petunjuk
48 Bab 48. My Son
49 Bab 49. Firasat
50 Bab 50. Mereka Mencemaskanku Nggak Ya?!
51 Bab 51. Malu, Bertalu, dan Bersemu
52 Bab 52. Deadline 2 Bulan
53 Bab 53. Zonk
54 Bab 54. Kejadian Tak Terduga
55 Bab 55. I'm Here For You
56 Bab 56. Have a Good Fight
57 Bab 57. Berharap Cemburu
58 Bab 58. Cara Balas Budi
59 Bab 59. Gegana
60 Bab 60. Surat Berwarna Biru Muda
61 Bab 61. Pounding to Meet You
62 Bab 62. Apa Maunya?
63 Bab 63. Go ahead
64 Bab 64. Meraih Satu Tiket
65 Bab 65. Step by Step
66 Bab 66. Step by Step (2)
67 Bab 67. Step by Step (3)
68 Bab 68. I Love You
69 Bab 69. Nasehat Calon Mertua
70 Bab 70. Counting Down
71 Bab 71. Kupinang Kau Dengan Bismillah
72 Bab 72. You Know What I Mean
73 Bab 73. Test Drive
74 Bab 74. Menjelang Pernikahan
75 Bab 75. Menjelang Pernikahan (2)
76 Bab 76. The New Journey
77 Bab 77. Gas Tipis-Tipis
78 Bab 78. Malam Pertama
79 Bab 79. Closing Pembalasan Si Pitung
80 Bab 80. Main Course
81 Bab 81. Mulut Tetangga
82 Bab 82. Terima Kasih Cinta
83 Bab 83. Ahli Modus
84 Bab 84. Menganggap Remeh
85 Bab 85. Bersiap Basmi Hama
86 Bab 86. Bogor, We are Coming
87 Bab 87. Hari Pertama di Bogor
88 Bab 88. The Power of Daging Kambing
89 Bab 89. Tenang, Ada Aku
90 Bab 90. Malam Terakhir di Bogor
91 Bab 91. Ruang Hampa Mark Cornelius
92 Bab 92. Kartu As
93 Bab 93. Sehari Tanpamu
94 Bab 94. Hasutan Alex
95 Bab 95. Papa Buye Pulang
96 96. Cerita Yang Terjeda
97 Bab 97. Dua Pemikiran Berbeda
98 Bab 98. Tonight And Every Night
99 Bab 99. Adek dan Akak
100 Bab 100. Siap-Siap Sidang
101 Bab 101. Tensi Mulai Memanas
102 Bab 102. Sehari Dua Misi
103 Bab 103. Serangan Jantung
104 Bab 104. 100 Juta
105 Bab 105. Rahasia yang Terkuak
106 Bab 106. Ada Satpam
107 Bab 107. Birthday Party
108 Bab 108. Honeymoon
109 Bab 109. 60 Juta
110 Bab 110. Misi Percomblangan
111 Bab 111. Level 2
112 Bab 112. Atu Juja
113 Bab 113. Menyimpan Dendam
114 Bab 114. Mendadak Genit
115 Bab 115. Pesona
116 Bab 116. Ima, Berjuta Pesona
117 Bab 117. Bunda, Itu Baju Papa
118 Bab 118. Mood Swing
119 Bab 119. Saturday Night
120 Bab 120. 20 November
121 Bab 121. 20 November (2)
122 Bab 122. 20 November (3)
123 Bab 123. Buka Kartu
124 Bab 124. Paper Bag Marun
125 Bab 125. Theo dan Alex
126 Bab 126. Payung Hitam
127 Bab 127. Gombalan Menjelang Tidur
128 Bab 128. Pertemuan Tak Terduga
129 Bab 129. Bau Amis
130 130. Ada Apa Dengan Botol
131 Bab 131. Burung
132 Bab 132. Misi di Balik Tasyakur
133 Bab 133. Misi di Balik Tasyakur (2)
134 Bab 134. Ungkapan
135 Bab 135. Iman
136 Bab 136. Ada Apa?
137 Bab 137. Berita Viral
138 Bab 138. Kepanikan Mizyan
139 Bab 139. Ini Takdir
140 Bab 140. Tindakan
141 Bab 141. Tindakan (2)
142 Bab 142. Healing
143 Bab 143. Akhir Kasus
144 Bab 144. Batal Lamaran
145 Bab 145. 11 Januari
146 Bab 146. 11 Januari (2)
147 Bab 147. Pergi
148 Bab 148. Dua Tahun
149 Bab 149. Opa Oh Opa
150 Bab 150. Lupa
151 Bab 151. Kado
152 Bab 152. Kado (2)
153 Bab 153. Welcome Baby
154 Bab 154. Akhir Kisah
155 PENGUMUMAN
156 Bab 155. Bonchap 1
157 Bab 156. Bonchap 2
158 Bab 157. Bonchap 3
159 Bab 158. Bonchap 4
160 Bab 159. Bonchap 5
161 Bab 160. Bonchap 6
162 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 162 Episodes

1
Bab 1. Saat Terakhir
2
Bab 2. Mizyan Abdillah
3
Bab 3. Duka Cita
4
Bab 4. Life Must Go On
5
Bab 5. See You Tonight
6
Bab 6. The New You
7
Bab 7. Ayah
8
Bab 8. On The Way Room 202
9
Bab 9. Room 202
10
Bab 10. Nda, Ayah Pulang!
11
Bab 11. Aku Hanya Manusia Biasa
12
Bab 12. Senja Kala
13
Bab 13. Single Mom
14
Bab 14. Tempat Pelarian
15
Bab 15. Tamu Tak Diharapkan
16
Bab 16. Robot Sapi
17
Bab 17. Your Face Distracts My World
18
Bab 18. Banyak Jalan Menuju Roma
19
Bab 19. Kenapa Harus Ketemu Dia Lagi
20
Bab 20. Dia Lagi?
21
Bab 21. Salah Sambung Ya, Bun
22
Bab 22. Selangkah Lebih Maju
23
Bab 23. Sepasang Mata
24
Bab 24. Hujan Malam Minggu
25
Bab 25. Dadah, Om
26
Bab 26. Kenapa Aku Jadi Kepo?
27
Bab 27. Holiday in Bali
28
Bab 28. Holiday in Bali (2)
29
Bab 29. Fokus di Kamu Saja
30
Bab 30. Secercah Asa
31
Bab 31. Secercah Asa (2)
32
32. With a Pleasure
33
Bab 33. Wasiat
34
Bab 34. Merasa Familiar
35
Bab 35. Menghargai Perbedaan
36
Bab 36. Kamu Selalu Hadir di Kala Sulit
37
Bab 37. I Can Make You Love Me
38
Bab 38. Salah Tingkah
39
Bab 39. Hibah
40
Bab 40. Menjelang Kepergian
41
Bab 41. Room Paling Ujung
42
Bab 42. Medan, at The Moment
43
Bab 43. Medan, at The Moment (2)
44
Bab 44. Medan, at The Moment (3)
45
Bab 45. Last Time in Medan
46
Bab 46. Meraba Hati
47
Bab 47. Petunjuk
48
Bab 48. My Son
49
Bab 49. Firasat
50
Bab 50. Mereka Mencemaskanku Nggak Ya?!
51
Bab 51. Malu, Bertalu, dan Bersemu
52
Bab 52. Deadline 2 Bulan
53
Bab 53. Zonk
54
Bab 54. Kejadian Tak Terduga
55
Bab 55. I'm Here For You
56
Bab 56. Have a Good Fight
57
Bab 57. Berharap Cemburu
58
Bab 58. Cara Balas Budi
59
Bab 59. Gegana
60
Bab 60. Surat Berwarna Biru Muda
61
Bab 61. Pounding to Meet You
62
Bab 62. Apa Maunya?
63
Bab 63. Go ahead
64
Bab 64. Meraih Satu Tiket
65
Bab 65. Step by Step
66
Bab 66. Step by Step (2)
67
Bab 67. Step by Step (3)
68
Bab 68. I Love You
69
Bab 69. Nasehat Calon Mertua
70
Bab 70. Counting Down
71
Bab 71. Kupinang Kau Dengan Bismillah
72
Bab 72. You Know What I Mean
73
Bab 73. Test Drive
74
Bab 74. Menjelang Pernikahan
75
Bab 75. Menjelang Pernikahan (2)
76
Bab 76. The New Journey
77
Bab 77. Gas Tipis-Tipis
78
Bab 78. Malam Pertama
79
Bab 79. Closing Pembalasan Si Pitung
80
Bab 80. Main Course
81
Bab 81. Mulut Tetangga
82
Bab 82. Terima Kasih Cinta
83
Bab 83. Ahli Modus
84
Bab 84. Menganggap Remeh
85
Bab 85. Bersiap Basmi Hama
86
Bab 86. Bogor, We are Coming
87
Bab 87. Hari Pertama di Bogor
88
Bab 88. The Power of Daging Kambing
89
Bab 89. Tenang, Ada Aku
90
Bab 90. Malam Terakhir di Bogor
91
Bab 91. Ruang Hampa Mark Cornelius
92
Bab 92. Kartu As
93
Bab 93. Sehari Tanpamu
94
Bab 94. Hasutan Alex
95
Bab 95. Papa Buye Pulang
96
96. Cerita Yang Terjeda
97
Bab 97. Dua Pemikiran Berbeda
98
Bab 98. Tonight And Every Night
99
Bab 99. Adek dan Akak
100
Bab 100. Siap-Siap Sidang
101
Bab 101. Tensi Mulai Memanas
102
Bab 102. Sehari Dua Misi
103
Bab 103. Serangan Jantung
104
Bab 104. 100 Juta
105
Bab 105. Rahasia yang Terkuak
106
Bab 106. Ada Satpam
107
Bab 107. Birthday Party
108
Bab 108. Honeymoon
109
Bab 109. 60 Juta
110
Bab 110. Misi Percomblangan
111
Bab 111. Level 2
112
Bab 112. Atu Juja
113
Bab 113. Menyimpan Dendam
114
Bab 114. Mendadak Genit
115
Bab 115. Pesona
116
Bab 116. Ima, Berjuta Pesona
117
Bab 117. Bunda, Itu Baju Papa
118
Bab 118. Mood Swing
119
Bab 119. Saturday Night
120
Bab 120. 20 November
121
Bab 121. 20 November (2)
122
Bab 122. 20 November (3)
123
Bab 123. Buka Kartu
124
Bab 124. Paper Bag Marun
125
Bab 125. Theo dan Alex
126
Bab 126. Payung Hitam
127
Bab 127. Gombalan Menjelang Tidur
128
Bab 128. Pertemuan Tak Terduga
129
Bab 129. Bau Amis
130
130. Ada Apa Dengan Botol
131
Bab 131. Burung
132
Bab 132. Misi di Balik Tasyakur
133
Bab 133. Misi di Balik Tasyakur (2)
134
Bab 134. Ungkapan
135
Bab 135. Iman
136
Bab 136. Ada Apa?
137
Bab 137. Berita Viral
138
Bab 138. Kepanikan Mizyan
139
Bab 139. Ini Takdir
140
Bab 140. Tindakan
141
Bab 141. Tindakan (2)
142
Bab 142. Healing
143
Bab 143. Akhir Kasus
144
Bab 144. Batal Lamaran
145
Bab 145. 11 Januari
146
Bab 146. 11 Januari (2)
147
Bab 147. Pergi
148
Bab 148. Dua Tahun
149
Bab 149. Opa Oh Opa
150
Bab 150. Lupa
151
Bab 151. Kado
152
Bab 152. Kado (2)
153
Bab 153. Welcome Baby
154
Bab 154. Akhir Kisah
155
PENGUMUMAN
156
Bab 155. Bonchap 1
157
Bab 156. Bonchap 2
158
Bab 157. Bonchap 3
159
Bab 158. Bonchap 4
160
Bab 159. Bonchap 5
161
Bab 160. Bonchap 6
162
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!