Bab 11. Aku Hanya Manusia Biasa

Rahma berkutat di pantry dengan apron warna oren ciri khas toko kuenya, terpasang di badan. Ia berkonsentrasi penuh menghias birthday cake pesanan Rade untuk Nana yang merengek ingin kue ulang tahun seperti yang ditontonnya di youtube. Konsep hiasan yang dipinta adalah tema LOL surprises. Dan Rade sudah mengirimkan gambarnya tadi malam.

"Ultahnya masih dua bulan lagi lho, mbak."

"Tapi Nana keukeuh merajuk pengen kue LOL."

Begitu keluhan Rade diiringi tawa saat menelponnya semalam, membuat ia pun ikut tertawa.

"Tak apa mbak Rade, rejeki buat aku. Jadi double ya entar." balas Rahma masih tetap tertawa renyah.

Dengan dasar kue tart yang dibuat Dewi asistennya, Butter cream warna pink dan biru muda telah membalut rapih cake dua tingkat itu. Ia melukis bentuk pita warna pink di bagian atas. Lalu gambar-gambar kecil bentuk love yang menempel di sisi kiri dan kanan tingkat pertama. Tak lupa menancapkan lima boneka mini karakter LOL dan terakhir menuliskan ucapan 'Happy Birthday Zwastina' serta angka 2 yang menancap paling atas di samping satu tokoh LOL.

Done.

"Mba Rahma, ada Bu Puput." Fitri, salah satu pegawainya muncul di pantri dengan senyum kagum melihat birthday cake yang sudah jadi.

"Kasihkan aja pesanannya, Fit. Bika ambon 10 box." Rahma beralih ke washtafel untuk mencuci tangan sebagai ritual akhir pekerjaannya.

"Pengen ketemu dulu sama mbak Rahma, katanya."

"Oke." Rahma membuka apronnya. Menyuruh Fitri menyimpan kue ulang tahun itu ke showcase sebab baru akan diambil nanti sore.

Rahma menemui Bu Puput, seorang istri purnawirawan TNI AU yang menjadi pelanggan setianya.

"Ibu apa kabar?" Rahma dengan senyum terkembang menyalami seorang ibu bergamis blink-blink yang tampak cantik berkilau dengan wajah awet muda.

"Alhamdulillah, Neng Rahma." Bu Puput balas memeluk hangat dengan binar bahagia sambil menanyakan juga kabar Rahma.

Keduanya duduk di meja paling sisi menghadap kaca yang tembus ke tempat parkir. Dua gelas teh tawar hangat dan sepiring kudapan dihantarkan Fitri dan menyajikannya di atas meja.

"Ibu seneng deh bisa dibuatin lagi bika ambon."

"Huh. Harus sabar nunggu beberapa bulan biar dapet bika buatanmu. Bika buatan pegawai rasanya beda dengan buatan neng Rahma."

"Maaf lho, ibu bicara apa adanya aja."

"Iya bu, nggak apa-apa." Rahma tersenyum melihat antusias bu Puput yang memuji kue buatannya. "Memang saya akui, pegawai belum ada yang bisa membuat sesuai taste saya, padahal udah diajarin," lanjutnya sambil terkekeh.

"Makanya ibu lebih baik nunggu neng Rahma aktif lagi." Bu Puput lalu meraih tangan Rahma. "Yang sabar dan kuat ya. Ibu tahu ini tidak mudah , tapi yakin kamu bisa melaluinya. Karena gusti Allah tidak akan membebani hambaNya di luar batas kemampuan."

Rahma mengangguk dengan mata berkaca. "Aamiin, Bu. Mohon do'anya."

"Wes, jangan sedih-sedihan ah." ujar Bu Puput sambil menyeruput tehnya. "Eh, aku penasaran juga. ini kamu bisa bikin bika yang jos gandos gini, kursus di mana?"

"Jadi aku ndak perlu jauh-jauh ke Medan karena di sini...beuh enak tenan." Bu Puput yang kadang membahasakan dirinya ibu, kadang aku, terus nyerocos penuh ekspresif.

"Kamu kan orang Aceh," lanjutnya menjegal Rahma yang siap membuka mulut untuk menjawab.

Rahma terkekeh sesaat sebelum menjawab. "Ayah asli Aceh, Ibu asli Medan. Jadi belajarnya dari ibu saya."

"Oalah, pantesan. Warisan leluhur toh. pasti ada resep rahasia." Bu Puput mengangguk-angguk sebab kini dirinya faham.

"Ah iya, ke sini selain mau ambil pesanan, juga mau pesan kue lagi untuk bulan depan." Masih berlanjut ternyata obrolan bu Puput.

"Saya mau nikahin anak bungsu. Jadi mau pesan 4 macam kudapan. Bika, pie buah, 2 lagi sak karepmu (terserah kamu)."

"Jumlah tamunya seribu orang. Kudapannya kali dua, jadi dua ribu pcs."

"Nanti disiapkan stand khusus. Neng Rahma siapin satu pegawai buat jaga stand. Seragamnya entar tak kirimin sekalian kirim undangan buat kamu juga."

"Boleh simpan kartu namamu, sekalian promosi gratis tis." Bu Puput mengakhiri penjelasan panjang lebarnya dengan membulatkan jari dan kedipan mata.

Rahma mengusap wajahnya sambil berucap syukur. Rejekinya mengalir melalui perantara Ibu Puput. Lalu ia menghitung berapa nominal rupiah untuk dua ribu pcs kudapan. Dan 50% uang muka pesanan langsung ditransfer ke rekeningnya saat itu juga.

"Yo wes aku tak muleh sek (aku pulang dulu)."

"Jaga kesehatan ya. Ingat, kamu masih punya Dika," Bu Puput yamg asli Madiun itu mengusap-ngusap bahu Rahma begitu akan keluar dari toko usai sopir memasukkan belanjaannya ke dalam mobil.

"Makasih, Bu. Ibu udah perhatian sama saya." Rahma balas menatap haru sebab ia dikelilingi oleh orang-orang baik dan peduli. "Ibu juga jaga kesehatan, bentar lagi mau nambah mantu."

"Ashiaap." Bu Puput memberi tanda hormat dengan gaya jenaka.

"Wah, ibu gaul deh."

Keduanya tertawa lepas sebagai akhir perjumpaan hari ini. Rahma berdiri di ambang pintu sambil melambaikan tangan kala mobil yang ditumpangi Bu Puput perlahan keluar dari parkiran.

Ia berjalan tergesa naik ke lantai 2, menuju kamar tempat sang anak tidur siang. Ia khawatir anaknya terbangun dan menangis sebab pintu dikunci dari luar, sebagai jaga-jaga dari kemungkinan sang anak turun tangga sendirian. Bahaya.

Rahma bernafas lega. Dika masih tidur dengan nyenyak. Ia menghampirinya dan mencium kening Dika berkali-kali sambil lirih berkata "Maafin Bunda, sayang."

Tadi pagi, spontan ia meraih Dika. Membawanya keluar dari kamar tamu menuju kamarnya.

"Sayang, nggak boleh manggil orang lain 'Ayah'!"

"Itu bukan ayah Dika."

"Ayah udah pulang, Nda."

"Atu mau te ayah."

Sikap ngeyel Dika membuatnya emosi. Ia menghalangi Dika yang akan turun dari ranjang. Dan memperlihatkan foto-foto Malik di galeri ponselnya kepada anaknya yang masih polos itu.

"Ini ayahmu, nak."

"Nanti minggu depan Dika ulang tahun. Bunda akan ajak Dika ke tempat ayah."

"Ingat ya. Nggak boleh panggil orang lain ayah."

"Panggil OM!"

"Ayah Dika cuma satu, namanya ayah Malik."

Ia tak sadar sudah berkata dengan nada tinggi. Membuat Dika ketakutan dan menangis keras, tersedu sambil menelungkupkan badan.

"Apa-apan kau ini, Rahma."

"Istigfar!"

Entah sejak kapan Uma berdiri di ambang pintu yang terbuka itu. Ia bahkan terkaget mendengar Uma yang membentaknya.

"Dika masih kecil. Mana ngerti dengan ucapanmu.

"Kayak nasehatin anak SD aja."

"Bukan gitu caranya ngasih pengertian."

"Lembutkan suaramu!"

"Belai rambutnya dan ngomong pelan-pelan!"

Omelan panjang Uma membuat Rahma terhenyak, tersadar. Ia menyesal sudah membentak Dika. Sungguh, ini di luar kesadarannya. Ia buru-buru meraih Dika ke dalam pelukannya. Menciuminya bertubi-tubi sambil berucap maaf.

Jam 7 pagi ia memutuskan berangkat lebih awal ke toko tanpa sarapan. Memilih membawa bekal untuknya dan Dika yang akan dimakan saat sampai di ruko. Entah apa yang sedang dibahas Ayah bersama dokter Gunawan. Yang ia tahu, saat bersiap berangkat pun, orang yang berada di kamar tamu itu belum juga terbangun.

Maafkan kekhilafan hamba, ya Allah. Aku hanyalah manusia biasa.

"Maafin Bunda, sayang." Rahma mengusap kening yang dipenuhi bulir keringat. Memperhatikn Dika yang mulai menggeliatkan tubuhnya, mengerjapkan mata, lalu menguap panjang.

"Huoam..."

Rahma tersenyum sambil menutupkan tangan ke mulut Dika yang terbuka lebar.

"Nda..." Dika tersenyum. Sungguh cute. Lalu menyusupkan wajah ke dada sang ibu dengan manja. Yang dibalas Rahma dengan mengusap-ngusap punggung jagoan kecilnya itu.

"Bunda sayang Dika. Sangat sayang." Ia mengeratkan pelukannya seolah takut orang lain mengambil buah hatinya itu.

****

Mizyan mengerjapkan mata. Rasa pusing yang berputar di kepala membuatnya mengernyit dan meringis. Ia memilih memejamkan mata lagi sesaat. Perlahan rasa pusing mulai berkurang berganti merasakan kering di tenggorokan. Ia mengedarkan pandangan, memindai seluruh ruangan kamar bercat abu muda yang tampak asing.

Ia beringsut menyandarkan punggung di kepala ranjang dalam posisi setengah duduk. Ia pun terkaget mendapati baju yang dipakainya hanya kaos hitam tanpa jaket kulit. Bertambah kaget kala sadar bagian bawahnya hanya mengenakan ****** ***** yang ditutup selimut sampai ke pinggangnya.

Apa yang terjadi?

Ia berusaha mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Kilasan peristiwa saat di hotel, jalannya yang sempoyongan menuju mobil lalu melajukan mobil sembarang arah tanpa tahu tujuan.

Lamunanya buyar kala melihat handle pintu diputar dari luar. Seseorang masuk dan wajah yang tampak familiar.

"Alhamdulillah. Sudah bangun, nak."

"Bapak...." Mizyan berusaha mengingat-ngingat dengan mata menyipit.

"Kenalkan saya.Badru, kakeknya Dika."

"Kita ketemu di kajian ahad kemarin. Masih ingat?" Pak Badru tersenyum sambil duduk di tepi ranjang memperhatikan keadaan Mizyan.

"Oh ya ya, saya ingat...saya ingat." Mizyan mengangguk-angguk teringat sosok bocah bermata bulat yang duduk di pangkuannya sampai tertidur.

"Nama saya---"

"Bapak sudah tahu." Pak Badru memotong ucapan Mizyan sambil terkekeh. "Mizyan, kan?!"

"Idolanya emak-emak. Nggak mungkin nggak kenal lah," lanjut Ayah Badru sedikit berseloroh.

"Bapak bisa aja."

Kini ia tahu apa yang terjadi semalam usai dirinya terjatuh di depan gerbang sebuah rumah dan baru terbangun jam 9 pagi. Pak Badru dan Uma, begitu istrinya pak Badru minta dipanggil, menceritakan secara detil usai menemaninya makan.

"Dokter bilang harus cek lab, untuk memastikan zat apa yang membuat nak Mizyan tidur panjang.

"Ia meminta ijin untuk mengambil sampel darah, namun bapak tolak. Bapak harus dapat persetujuan nak Mizyan dulu."

Mizyan yang kini lebih segar usai perutnya diisi penuh, tampak menggelengkan kepala.

"Tak usah, pak. Biar saya cek sendiri. Kebetulan ada teman seorang dokter."

Merasa keadaan badan sudah lebih baik, jam 11 siang Mizyan memutuskan untuk pulang. Ia bahkan menulipkan sejumlah uang yang ada di dompetnya saat bersalaman sebagai ucapan terima kasih. Namun Pak Badru menolaknya dengan tegas. Membuatnya tak bisa berbuat apa-apa lagi selain ucapan terima kasih yang bertubi-tubi.

"Jaket sama celana panjangnya lagi dicuci. Nanti aja ya Uma bawakan kalau kajian ahad." Uma mengulum senyum memperhatikan Mizyan yang mengenakan celana pendek milik Ayah yang mengatung di atas lutut padahal jika dipakai oleh suaminya pas menutupi lutut.

"Nggak usah, Uma. Jangan repot-repot. Biar saya aja yang ambil ke sini kapan-kapan."

"Yakin kuat nyetir, nak?" Pak Badru memastikan lagi kondisi Mizyan yang tengah memanaskan mobilnya yang kini berada di pekarangan.

"InsyaAllah, Pak. Saya sudah bugar."

Usai pamit dan sekali lagi mengucapkan terima kasih kepada orang tua yang ramah dan baik itu, Mizyan tidak mengarahkan mobilnya ke pesantren melainkan ke apartemen.

Sesungguhnya badannya masih terasa lemas. Namun ia malu jika harus tinggal lebih lama di rumah orang yamg telah menolongnya itu. Ada hal yang harus ia pastikan begitu tiba di apartemen.

****

Assalamualaikum

Aku baru menyapa di bab 11 ini.

Apa kabar readers semua? 😁

Semoga sehat dan tetap semangat mengikuti alur ceritanya ya.

Gimana2 emak, teteh, mbak, akang, mas, abang? udah abis tisu brp lbr nih 😄

Aku kabulkan nih permintaan crazy up. Eh tapi yg mintanya terdeteksi ada yg nggak vote or ngasih hadiah. Hehehe, ayo ngaku 😉

Saling memberi dan menerima pastinya menyenangkan kedua belah pihak, bukan?

Over all, makasih utk semua sedekah dlm berbagai bentuk yg udah diberikan pembaca. Wah, aku terharu banyak KOIN yg othor terima pdhl blm banyak bab.

Seperti biasa, mari selalu jaga IMAN & IMUN!

Imun tinggi, iman lemah, hanya akan menjadikan pribadi yg sombong merasa diri sehat krn usahanya bukan krn pertolongan Allah. So, balancing is good.

Peluk onlen untuk semuanya 😍

Salam

Me Nia

Terpopuler

Comments

zaKIA❤️

zaKIA❤️

ehh jgan2 tetangga nih bu puput🤭🤭 undang q yy bu klo hajatsn😆😆

2024-04-20

0

💞R0$€_22💞

💞R0$€_22💞

kirain puputnya Rama..😁

2022-11-18

0

💕febhy ajah💕

💕febhy ajah💕

sampai sini baru 1 kali komen, bingung harus nulis apa. yg pastinya ceritanya bagus

2022-08-16

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Saat Terakhir
2 Bab 2. Mizyan Abdillah
3 Bab 3. Duka Cita
4 Bab 4. Life Must Go On
5 Bab 5. See You Tonight
6 Bab 6. The New You
7 Bab 7. Ayah
8 Bab 8. On The Way Room 202
9 Bab 9. Room 202
10 Bab 10. Nda, Ayah Pulang!
11 Bab 11. Aku Hanya Manusia Biasa
12 Bab 12. Senja Kala
13 Bab 13. Single Mom
14 Bab 14. Tempat Pelarian
15 Bab 15. Tamu Tak Diharapkan
16 Bab 16. Robot Sapi
17 Bab 17. Your Face Distracts My World
18 Bab 18. Banyak Jalan Menuju Roma
19 Bab 19. Kenapa Harus Ketemu Dia Lagi
20 Bab 20. Dia Lagi?
21 Bab 21. Salah Sambung Ya, Bun
22 Bab 22. Selangkah Lebih Maju
23 Bab 23. Sepasang Mata
24 Bab 24. Hujan Malam Minggu
25 Bab 25. Dadah, Om
26 Bab 26. Kenapa Aku Jadi Kepo?
27 Bab 27. Holiday in Bali
28 Bab 28. Holiday in Bali (2)
29 Bab 29. Fokus di Kamu Saja
30 Bab 30. Secercah Asa
31 Bab 31. Secercah Asa (2)
32 32. With a Pleasure
33 Bab 33. Wasiat
34 Bab 34. Merasa Familiar
35 Bab 35. Menghargai Perbedaan
36 Bab 36. Kamu Selalu Hadir di Kala Sulit
37 Bab 37. I Can Make You Love Me
38 Bab 38. Salah Tingkah
39 Bab 39. Hibah
40 Bab 40. Menjelang Kepergian
41 Bab 41. Room Paling Ujung
42 Bab 42. Medan, at The Moment
43 Bab 43. Medan, at The Moment (2)
44 Bab 44. Medan, at The Moment (3)
45 Bab 45. Last Time in Medan
46 Bab 46. Meraba Hati
47 Bab 47. Petunjuk
48 Bab 48. My Son
49 Bab 49. Firasat
50 Bab 50. Mereka Mencemaskanku Nggak Ya?!
51 Bab 51. Malu, Bertalu, dan Bersemu
52 Bab 52. Deadline 2 Bulan
53 Bab 53. Zonk
54 Bab 54. Kejadian Tak Terduga
55 Bab 55. I'm Here For You
56 Bab 56. Have a Good Fight
57 Bab 57. Berharap Cemburu
58 Bab 58. Cara Balas Budi
59 Bab 59. Gegana
60 Bab 60. Surat Berwarna Biru Muda
61 Bab 61. Pounding to Meet You
62 Bab 62. Apa Maunya?
63 Bab 63. Go ahead
64 Bab 64. Meraih Satu Tiket
65 Bab 65. Step by Step
66 Bab 66. Step by Step (2)
67 Bab 67. Step by Step (3)
68 Bab 68. I Love You
69 Bab 69. Nasehat Calon Mertua
70 Bab 70. Counting Down
71 Bab 71. Kupinang Kau Dengan Bismillah
72 Bab 72. You Know What I Mean
73 Bab 73. Test Drive
74 Bab 74. Menjelang Pernikahan
75 Bab 75. Menjelang Pernikahan (2)
76 Bab 76. The New Journey
77 Bab 77. Gas Tipis-Tipis
78 Bab 78. Malam Pertama
79 Bab 79. Closing Pembalasan Si Pitung
80 Bab 80. Main Course
81 Bab 81. Mulut Tetangga
82 Bab 82. Terima Kasih Cinta
83 Bab 83. Ahli Modus
84 Bab 84. Menganggap Remeh
85 Bab 85. Bersiap Basmi Hama
86 Bab 86. Bogor, We are Coming
87 Bab 87. Hari Pertama di Bogor
88 Bab 88. The Power of Daging Kambing
89 Bab 89. Tenang, Ada Aku
90 Bab 90. Malam Terakhir di Bogor
91 Bab 91. Ruang Hampa Mark Cornelius
92 Bab 92. Kartu As
93 Bab 93. Sehari Tanpamu
94 Bab 94. Hasutan Alex
95 Bab 95. Papa Buye Pulang
96 96. Cerita Yang Terjeda
97 Bab 97. Dua Pemikiran Berbeda
98 Bab 98. Tonight And Every Night
99 Bab 99. Adek dan Akak
100 Bab 100. Siap-Siap Sidang
101 Bab 101. Tensi Mulai Memanas
102 Bab 102. Sehari Dua Misi
103 Bab 103. Serangan Jantung
104 Bab 104. 100 Juta
105 Bab 105. Rahasia yang Terkuak
106 Bab 106. Ada Satpam
107 Bab 107. Birthday Party
108 Bab 108. Honeymoon
109 Bab 109. 60 Juta
110 Bab 110. Misi Percomblangan
111 Bab 111. Level 2
112 Bab 112. Atu Juja
113 Bab 113. Menyimpan Dendam
114 Bab 114. Mendadak Genit
115 Bab 115. Pesona
116 Bab 116. Ima, Berjuta Pesona
117 Bab 117. Bunda, Itu Baju Papa
118 Bab 118. Mood Swing
119 Bab 119. Saturday Night
120 Bab 120. 20 November
121 Bab 121. 20 November (2)
122 Bab 122. 20 November (3)
123 Bab 123. Buka Kartu
124 Bab 124. Paper Bag Marun
125 Bab 125. Theo dan Alex
126 Bab 126. Payung Hitam
127 Bab 127. Gombalan Menjelang Tidur
128 Bab 128. Pertemuan Tak Terduga
129 Bab 129. Bau Amis
130 130. Ada Apa Dengan Botol
131 Bab 131. Burung
132 Bab 132. Misi di Balik Tasyakur
133 Bab 133. Misi di Balik Tasyakur (2)
134 Bab 134. Ungkapan
135 Bab 135. Iman
136 Bab 136. Ada Apa?
137 Bab 137. Berita Viral
138 Bab 138. Kepanikan Mizyan
139 Bab 139. Ini Takdir
140 Bab 140. Tindakan
141 Bab 141. Tindakan (2)
142 Bab 142. Healing
143 Bab 143. Akhir Kasus
144 Bab 144. Batal Lamaran
145 Bab 145. 11 Januari
146 Bab 146. 11 Januari (2)
147 Bab 147. Pergi
148 Bab 148. Dua Tahun
149 Bab 149. Opa Oh Opa
150 Bab 150. Lupa
151 Bab 151. Kado
152 Bab 152. Kado (2)
153 Bab 153. Welcome Baby
154 Bab 154. Akhir Kisah
155 PENGUMUMAN
156 Bab 155. Bonchap 1
157 Bab 156. Bonchap 2
158 Bab 157. Bonchap 3
159 Bab 158. Bonchap 4
160 Bab 159. Bonchap 5
161 Bab 160. Bonchap 6
162 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 162 Episodes

1
Bab 1. Saat Terakhir
2
Bab 2. Mizyan Abdillah
3
Bab 3. Duka Cita
4
Bab 4. Life Must Go On
5
Bab 5. See You Tonight
6
Bab 6. The New You
7
Bab 7. Ayah
8
Bab 8. On The Way Room 202
9
Bab 9. Room 202
10
Bab 10. Nda, Ayah Pulang!
11
Bab 11. Aku Hanya Manusia Biasa
12
Bab 12. Senja Kala
13
Bab 13. Single Mom
14
Bab 14. Tempat Pelarian
15
Bab 15. Tamu Tak Diharapkan
16
Bab 16. Robot Sapi
17
Bab 17. Your Face Distracts My World
18
Bab 18. Banyak Jalan Menuju Roma
19
Bab 19. Kenapa Harus Ketemu Dia Lagi
20
Bab 20. Dia Lagi?
21
Bab 21. Salah Sambung Ya, Bun
22
Bab 22. Selangkah Lebih Maju
23
Bab 23. Sepasang Mata
24
Bab 24. Hujan Malam Minggu
25
Bab 25. Dadah, Om
26
Bab 26. Kenapa Aku Jadi Kepo?
27
Bab 27. Holiday in Bali
28
Bab 28. Holiday in Bali (2)
29
Bab 29. Fokus di Kamu Saja
30
Bab 30. Secercah Asa
31
Bab 31. Secercah Asa (2)
32
32. With a Pleasure
33
Bab 33. Wasiat
34
Bab 34. Merasa Familiar
35
Bab 35. Menghargai Perbedaan
36
Bab 36. Kamu Selalu Hadir di Kala Sulit
37
Bab 37. I Can Make You Love Me
38
Bab 38. Salah Tingkah
39
Bab 39. Hibah
40
Bab 40. Menjelang Kepergian
41
Bab 41. Room Paling Ujung
42
Bab 42. Medan, at The Moment
43
Bab 43. Medan, at The Moment (2)
44
Bab 44. Medan, at The Moment (3)
45
Bab 45. Last Time in Medan
46
Bab 46. Meraba Hati
47
Bab 47. Petunjuk
48
Bab 48. My Son
49
Bab 49. Firasat
50
Bab 50. Mereka Mencemaskanku Nggak Ya?!
51
Bab 51. Malu, Bertalu, dan Bersemu
52
Bab 52. Deadline 2 Bulan
53
Bab 53. Zonk
54
Bab 54. Kejadian Tak Terduga
55
Bab 55. I'm Here For You
56
Bab 56. Have a Good Fight
57
Bab 57. Berharap Cemburu
58
Bab 58. Cara Balas Budi
59
Bab 59. Gegana
60
Bab 60. Surat Berwarna Biru Muda
61
Bab 61. Pounding to Meet You
62
Bab 62. Apa Maunya?
63
Bab 63. Go ahead
64
Bab 64. Meraih Satu Tiket
65
Bab 65. Step by Step
66
Bab 66. Step by Step (2)
67
Bab 67. Step by Step (3)
68
Bab 68. I Love You
69
Bab 69. Nasehat Calon Mertua
70
Bab 70. Counting Down
71
Bab 71. Kupinang Kau Dengan Bismillah
72
Bab 72. You Know What I Mean
73
Bab 73. Test Drive
74
Bab 74. Menjelang Pernikahan
75
Bab 75. Menjelang Pernikahan (2)
76
Bab 76. The New Journey
77
Bab 77. Gas Tipis-Tipis
78
Bab 78. Malam Pertama
79
Bab 79. Closing Pembalasan Si Pitung
80
Bab 80. Main Course
81
Bab 81. Mulut Tetangga
82
Bab 82. Terima Kasih Cinta
83
Bab 83. Ahli Modus
84
Bab 84. Menganggap Remeh
85
Bab 85. Bersiap Basmi Hama
86
Bab 86. Bogor, We are Coming
87
Bab 87. Hari Pertama di Bogor
88
Bab 88. The Power of Daging Kambing
89
Bab 89. Tenang, Ada Aku
90
Bab 90. Malam Terakhir di Bogor
91
Bab 91. Ruang Hampa Mark Cornelius
92
Bab 92. Kartu As
93
Bab 93. Sehari Tanpamu
94
Bab 94. Hasutan Alex
95
Bab 95. Papa Buye Pulang
96
96. Cerita Yang Terjeda
97
Bab 97. Dua Pemikiran Berbeda
98
Bab 98. Tonight And Every Night
99
Bab 99. Adek dan Akak
100
Bab 100. Siap-Siap Sidang
101
Bab 101. Tensi Mulai Memanas
102
Bab 102. Sehari Dua Misi
103
Bab 103. Serangan Jantung
104
Bab 104. 100 Juta
105
Bab 105. Rahasia yang Terkuak
106
Bab 106. Ada Satpam
107
Bab 107. Birthday Party
108
Bab 108. Honeymoon
109
Bab 109. 60 Juta
110
Bab 110. Misi Percomblangan
111
Bab 111. Level 2
112
Bab 112. Atu Juja
113
Bab 113. Menyimpan Dendam
114
Bab 114. Mendadak Genit
115
Bab 115. Pesona
116
Bab 116. Ima, Berjuta Pesona
117
Bab 117. Bunda, Itu Baju Papa
118
Bab 118. Mood Swing
119
Bab 119. Saturday Night
120
Bab 120. 20 November
121
Bab 121. 20 November (2)
122
Bab 122. 20 November (3)
123
Bab 123. Buka Kartu
124
Bab 124. Paper Bag Marun
125
Bab 125. Theo dan Alex
126
Bab 126. Payung Hitam
127
Bab 127. Gombalan Menjelang Tidur
128
Bab 128. Pertemuan Tak Terduga
129
Bab 129. Bau Amis
130
130. Ada Apa Dengan Botol
131
Bab 131. Burung
132
Bab 132. Misi di Balik Tasyakur
133
Bab 133. Misi di Balik Tasyakur (2)
134
Bab 134. Ungkapan
135
Bab 135. Iman
136
Bab 136. Ada Apa?
137
Bab 137. Berita Viral
138
Bab 138. Kepanikan Mizyan
139
Bab 139. Ini Takdir
140
Bab 140. Tindakan
141
Bab 141. Tindakan (2)
142
Bab 142. Healing
143
Bab 143. Akhir Kasus
144
Bab 144. Batal Lamaran
145
Bab 145. 11 Januari
146
Bab 146. 11 Januari (2)
147
Bab 147. Pergi
148
Bab 148. Dua Tahun
149
Bab 149. Opa Oh Opa
150
Bab 150. Lupa
151
Bab 151. Kado
152
Bab 152. Kado (2)
153
Bab 153. Welcome Baby
154
Bab 154. Akhir Kisah
155
PENGUMUMAN
156
Bab 155. Bonchap 1
157
Bab 156. Bonchap 2
158
Bab 157. Bonchap 3
159
Bab 158. Bonchap 4
160
Bab 159. Bonchap 5
161
Bab 160. Bonchap 6
162
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!