Selepas pelajaran tahsin subuh, Mizyan menyempatkan diri lari pagi seputaran komplek ponpes. Start dari paviliun, ia berlari melewati ruang guru, pondok putra dewasa dan anak, berbelok ke depan gedung dua lantai tempat belajar Tsanawiyah putra (setingkat SMP) lalu berputar melewati gedung satu lantai tempat belajar Ibtidaiyah putra (setingkat SD). Pondok putra dan putri dipisahkan oleh bangunan gedung dakwah dan masjid utama.
Ia sengaja memilih waktu jam 6 pagi untuk berolahraga sebelum suasana komplek pesantren ramai oleh keriuhan anak-anak yang mulai sekolah formal.
"Bang!!" Ia menoleh ke asal suara yang memanggilnya saat berlari melewati lapang. Dengan sigap ia menangkap bola basket yang dilemparkan padanya.
"Kurang satu bang." Teriak salah satu pemuda yang merupakan santri sambil kuliah. Letak ponpes yang berada dijalur strategis berdekatan dengan beberapa kampus membuat banyak mahasiswa yang kuliah sambil mondok.
"Oke." Mizyan menyambut tawaran bermain basket yang kekurangan satu personel.
Permainan yang seru dan menyenangkan. Ia berasa nostalgia jaman kuliah sebab bermain basket menjadi hobinya. Terbukti, jam terbang dan skill yang masih mumpuni membuat shooting yang dilakukan Mizyan selalu tepat masuk ke dalam ring.
"Hah. Legend dilawan nih." teriak pemain lawan yang bolanya berhasil direbut Mizyan.
Membuat Mizyan tertawa lepas lalu melakukan passing kepada kawannya dan ia bergerak mencari ruang yang lebih leluasa dari jegalan lawan. Ia menangkap lemparan bola dari kawannya. Lalu berlari cepat sambil mendribling bola, sepersekian detik ia mengunci target sebelum lawan berhasil menjegal dan merebut bola. And shoot! Ia melakukan tembakan jarak jauh dan bola masuk ke dalam ring. Tambahan 3 poin untuk tim Mizyan dan berhasil memenangkan pertandingan usai bermain 40 menit lamanya.
"Thanks, Bang. Besok main lagi ya. Seru."
"Next time." Mizyan pamit sambil melambaikan tangan kepada 9 mahasiswa yang beristirahat selonjoran di tengah lapang. Ia berjalan kaki menuju paviliun diiringi sorotan hangat sang mentari yang mulai bersinar.
Sudah ada Dado di dalam, tengah bersih-bersih menyapu lantai. Mizyan melenggang masuk sambil membuka kaosnya yang basah dan menyampirkannya di kapstok.
"Wuahh...." Dado melepas sapunya begiti saja. Memilih berjongkok mendekati Mizyan yang bersiap melakukan push up. Dengan sorot penuh kekaguman melihat otot lengan yang menonjol, dada yang bidang, dan perut rata yang keras meski tidak sixpack.
"Hitung, Do!"
Dengan semangat Dado menghitung push up yang dilakukan Mizyan. "47, 48, 49, 50."
Mizyan berdiri usai hitungan ke 50. Ia menarik nafas panjang dan menghirup sebanyak-banyaknya oksigen bebas lalu mengeluarkan perlahan melalui mulut. Meski berwajah bule namun kulitnya mewarisi khas Indonesia, sawo matang. Kilatan keringat di kulitnya semakin menambah seksi dan eksotis. Dado saja sampai senyum-senyum senang melihat penampilan Mizyan yang kini sedang mengelap dengah handuk bagian tubuh atas yang polos itu.
"A Iyan, Dado juga pengen punya badan begini." Dado menusuk-nusuk dada Mizyan dengan telunjuknya lalu berpindah ke bagian perut yang rata dan keras.
"Ah kamu dari dulu cuma pengen doang. Diajak olahraga ada saja alesannya." Mizyan menjitak kening Dado sambil berlalu mengambil air minum.
"A Iyan, kalau Dado pasang tato boleh nggak?" Dado ikut duduk di kursi menghadap Mizyan yang tengah meneguk segelas air putih.
Mizyan menggeleng. "Yang ini jangan dituruti. Tidak baik, Do." Ia menunjuk tato di dada kirinya berupa tulisan latin 'Stay Strong'" sepanjang 10 cm dengan tinggi huruf 2 cm . "Dulu aku pernah nakal, terbawa arus pergaulan yang salah. Dan sekarang menyesal pernah mentato badan. Untung tatonya cuma satu."
"Ingat! Kamu jangan ikut-ikutan hal yang tidak baik. Harus pinter pilih-pilih teman." Lanjut Mizyan menasehati Dado yang tampak manggut-manggut mengerti jika diterangkan dengan perlahan.
****
Mizyan kini berada di rumah Satya untuk memperlihatkan gambar renovasi gedung baru kantor cabang perusahaan Satya hasil akuisisi. Sempat menghampiri dan menggendong Nana yang tengah bermain rumah-rumahan di ruang keluarga ditemani mba pengasuh. Nana mengingatkannya pada Dika anak dari....
Mizyan menyembunyikan senyum di balik punggung Nana yang tengah ia dekap saat seraut wajah jutek melintas di kepalanya.
"Om ke Papa dulu ya." Ia menurunkan Nana usai mencium pipinya dengan gemas.
"Sudah final atau ada yang kurang?" Mizyan menunggu respon Satya yang fokus melakukan preview gambar tiga dimensi.
"Ruang musholla perasaan nggak seluas ini." Satya memberikan Tab nya pada Mizyan agar dikaji ulang.
"Ini memang inisiatif aku." Mizyan melakukan zoom pada gambar ruang musholla dengan ornamen minimalis. "Banyak perusahaan terlalu pelit memberikan ruang ibadah, hanya alakadarnya saja. Dan aku nggak bisa protes hanya bisa miris."
"Karena kamu teman aku, makanya aku berani kritik."
"Jangan merasa rugi membangun musholla yang luas dan nyaman. Ini bisa jadi ladang pahala buat kamu karena karyawan nyaman melakukan sholat, bisa jadi yang malas shalat pun jadi tertarik."
"Bukankah ini sebuah investasi yang menguntungkan. Investasi akhirat."
Satya menatap Mizyan dengan tersenyum lebar seolah telah mendapat pencerahan yang membuka pikirannya.
"Kamu benar, bro. Biar bisnis lebih berkah."
"That's right." Mizyan menjentikkan jarinya. Merasa senang kawannya itu menyadari pentingnya keuntungan yang berkah.
"Oke, deal." Satya mengulurkan tinjunya untuk beradu tos.
"Oke. Transfer!" Mizyan menyambut beradu tinju diiringi ucapan yang membuat Satya tertawa.
Rade masuk ke ruang kerja Satya membawa 2 gelas minuman dan kue pukis. Ia mempersilakan Mizyan untuk mencicipi kue yang dibeli online dari toko Citarasa.
Membuat Mizyan teringat akan sesuatu. "De, tunggu dulu!" Ia menahan Rade yang akan berlalu pergi lagi. Seiring berjalannya waktu, ia dapat meraba hati. Perasaan suka terhadap Rade ternyata sebatas rasa suka biasa. Seperti sayangnya seorang kakak terhadap adiknya.
"Menurutmu Rahma gimana?"
Rade menarik kursi untuk duduk di sisi Satya dengan kening mengkerut. "Maksudnya gimana, Kak?! Ambigu nih." Ia menatap Mizyan dengan sorot mata yang bingung.
"Sepertinya aku menyukainya." Tanpa rasa malu ataupun canggung, Mizyan to the point mengungkapkan perasaannya kepada Rade dan Satya sebab yakin keduanya bisa menjadi tempat sharing urusan pribadi.
"Aw aw aw....kakakku ini jatuh cinta sama bundanya Dika?!" Rade membelalakkan mata sambil menangkup kedua pipi. Kaget, senang, campur aduk.
Mizyan menggeleng. "Belum cinta, De. Baru suka."
Rade tersenyum lebar menatap Satya, lalu beralih menatap Mizyan. "Aku dukung, kak Yan. Tapi...."
"Apa?" Mizyan memicingkan mata menatap Rade yang tampak berpikir keras.
"Ini tidak akan mudah. Kak Yan harus extra sabar meluluhkan hatinya."
"Gini ya, aku berbicara sebagai sesama wanita."
"Ditinggal suami tercinta bisa membuat si istri yang sudah punya anak akan kuat bertahan menjadi single mom, bisa sementara bisa selamanya. Dia akan menjadi istri setia yang selalu menjaga hati tetap diisi oleh cinta dan kenangan bersama si suami".
"Prinsip ini tidak berlaku buat semua wanita lho. Tapi jika melihat sikap tegar Rahma, bisa jadi ia pemegang prinsip itu."
"Jangan pesimis." Satya menatap Mizyan yang menyandarkan punggung ke belakang sambil meremas rambut. "Tenang, kita akan jadi suporter."
"Cayo, kak. Be fighter!" Dengan wajah semringah Rade mengepalkan tangannya menyemangati Mizyan.
****
"Olla, teh Sarah, mau ke mana?" Mizyan yang baru turun dari mobilnya menghampiri dua orang wanita yang tengah berdiri di teras.
"Nah ini dia orangnya datang." Sarah tampak senang melihat kehadiran Mizyan yang awalnya akan di telponnya.
"Umi menyuruh membeli brownies yang dulu kamu beliin."
"Kata Umi rasanya enak, lembut."
"Sekarang mau beli banyak buat suguhan. Nanti sore akan ada tamu Abah."
"Belinya di mana, Yan? Teteh mau ke sana sama Olla."
Ucapan teh Sarah bagaikan tiupan angin surga yang menerbangkan asa melambungkan rasa. Yes, banyak jalan menuju Roma.
"Aku antar, teh!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Sandisalbiah
antusias Miyzan buat nganter mereka langsung ke toko rotinya krn niat banget buat lihat si ukhti yg udah menyita sebagian hati TAPI... takutnya si Ola salah faham tuh ke Miyzan.. krn dr romannya si Ola ada hati ke Miyzan 🤔🤔🤔
2024-09-15
1
Mmh dew
❤🧡💛💚💙💜
2024-08-03
0
🖤❣ DeffaSha ❣🖤
moduuuss moduuuusss 😄😄 awas ada yg salah pengertian yan niat ngantermu ntar d kira perhatian yg d tuju padany padahal mah mau liat si dia yg wajahny slalu terbayang ya kan 😁😁
2024-02-10
0