Bab 8. On The Way Room 202

Mizyan meraih Dika, mengangkatnya ke udara sehingga anak itu tertawa riang dengan matanya yang terpejam antara senang dan takut. Ia menggendong dan mencium pipi bakpau yang sangat menggemaskan itu.

"Kakeknya mana? Kok Dika main sendiri?" Ia merapihkan rambut Dika yang sedikit berantakan sebab tadi diangkat ke udara.

"Tate agi nelepon nda (kakek lagi nelpon bunda)." Dika menunjuk ke arah kakeknya yang berdiri di dekat air mancur.

"Oke. Kita samperin kakek ya. Dika jangan jauh-jauh mainnya, nanti kakek susah nyarinya."

"Ayah mo pulang?"

Mizyan menatap kedua bola mata bening yang tersirat kerinduan akan sosok ayah. Ia berpikir sejenak. Anak ini masih kecil untuk diberi pengertian jika sang ayah sudah meninggal.

"Hmm, Om rumahnya di sini. Nanti kita ketemu lagi minggu depan ya, boy."

"Dika ke sini lagi sama kakek, okay?"

Dika tidak menjawab. Hanya tangan mungilnya terulur menyentuh rahang Mizyan, menggosok-gosoknya. Mungkin permukaan rahang yang kasar dengan titik-titik hitam itu membuat Dika merasa punya mainan baru.

Mizyan menurunkan Dika tepat di depan Ayah Badru yang baru selesai bertelepon.

"Wah, Dika...Dika. Ngerepotin Om lagi ya." Ayah Badru mengusap-ngusap puncak kepala cucunya itu sambil geleng-geleng kepala

"Nggak apa-apa kok. pak. Saya lihat Dika di halaman masjid menghampiri saya. Katanya kakek sedang menelpon."

"Maaf ya, nak. Saya baru menelpon ibunya dan neneknya. Ternyata belum keluar. Masih betah di atas, katanya," lanjutnya menatap Mizyan dengan sungkan sebab sudah direpotkan oleh ulah Dika yang tidak bisa diam.

Sesudah cukup basa basi, Mizyan pamit terlebih dulu. Tak lupa melakukan high five dengan Dika. Ia menuju paviliun tempat tinggalnya. Tak ada jadwal keluar sampai sore ini. Ia berniat melanjutkan membuat desain rumah 2 lantai type 80 diatas lahan seluas 120 m2. Baru juga membuka laptopnya, pintu paviliun di dorong dari luar. Dado masuk sambil berucap salam.

"A.Iyan, dipanggil Umi. Ditunggu sekarang juga katanya."

Mizyan menutup laptopnya kembali. Jika Umi atau Abah memanggilnya, ia akan meninggalkan pekerjaan apapun yang sedang dilakukannya. Ia masuk ke dalam rumah utama dengan berucap salam. Di ruang tamu sudah duduk Umi, Ratna istrinya Fakhri, dan Azis anak bungsunya Umi. Eits, tunggu. Ada 1 orang lagi yang tidak dikenal Mizyan yang duduk membelakangi arah masuk. Seorang wanita.

"Sini, Yan!" Azis menepuk bantalan kursi di sisinya yang masih kosong.

Mizyan menurut mendudukkan bo kongnya di sisi Azis yang baru saja istrinya melahirkan anak ke dua.

"Mizyan, umi mau ngenalin sama seseorang." Umi menatap Mizyan yang menganggukkan kepala penuh khidmat.

"Ini Violla. Keponakan Umi. Berarti adik sepupunya Fakhri dan Azis."

"Violla baru lulus kuliah di Al- Azhar, Kairo. Kalau orangtuanya tinggal di Bogor."

"Dia akan menjadi staf pengajar di sini. Paling mulainya setelah seminggu pengenalan lingkungan."

Umi beralih menatap gadis cantik berjilbab lebar yang duduk berhadapan dengannya.

"Violla, ini Mizyan yang sudah Uwa ceritakan tadi."

"Mizyan sudah Uwa anggap seperti anak sendiri."

"Uwa berharap kehadiran kalian berdua, ilmu yang kalian punya, menjadi sangat bermanfaat untuk memajukan pesantren."

"Maaf, Umi. Koreksi." Mizyan menyela dengan sopan. "Saya kan masih belajar mendalami Islam. Jangan samakan saya dengan..." Mizyan menoleh ke arah gadis berjilbab biru. "Violla," lanjutnya sedikit ragu.

Umi terkekeh mendengar jawaban Mizyan. "Kamu beneran tidak merasa sudah berjasa untuk pesantren?" Ujarnya dengan mata menyipit.

Mizyan diam menunggu kelanjutan perkataan Umi dengan menautkan kedua alis.

"Kamu tuh membawa berkah, Mizyan."

"Masjid menjadi bagus karya siapa coba. Anak-anak yang mondok makin banyak. Majlis ta'lim makin ramai jamaah. Itu karena kamu rajin beriklan di media sosial."

"Itu sama dengan syiar, Mizyan."

Mizyan terdiam dan tertunduk mendengar penjelasan Umi. Satu sudut hatinya menghangat, sebab hidup barunya mulai memberi manfaat untuk orang banyak. Alhamdulillah.

Usai berkenalan dengan Violla di depan keluarga Umi, Mizyan larut dalam pekerjaannya kembali. Baginya waktu teramat berharga, tak boleh terbuang percuma dengan bermalas-malasan. Jadwal Tahsin Al Qur'an secara privat dibimbing oleh Fakhri akan berlangsung jam 2 siang. Masih ada waktu untuknya membuat sketsa rumah sesuai request pemesan.

****

Mizyan menanggalkan baju koko dan sarungnya di kapstok usai berjamaah shalat isya. Ia melirik ponsel di atas kasur dengan lampu indikator yang berkedip-kedip.

Oji? Ada apa dia telpon?!

Mizyan menatap layar ponsel yang menampilkan 5 miss caled dari nama yang sama. Oji.

Ingatannya melayang pada hobi dance on the floor nya bersama wanita-wanita seksi di club elit sampai dini hari. Oji adalah partner clubingnya. Tapi itu dulu.

Mizyan menggelengkan kepala dan berucap istigfar. Bayangan kelakuan buruknya di masa lalu membuatnya menghembuskan nafas kasar.

Baru juga ia akan menyentuh icon telepon, terdengar notif chat masuk dari Oji :

"Bro, di tunggu di hotel Belibis, 08.00 PM."

"Gue pengen ketemu."

Mizyan baru membacanya, belum membalasnya. Ia sedang mempertimbangkan antara datang atau tidak. Di satu sisi ia sudah lama tidak bertemu Oji, hampir 2 tahun lamanya. Sebab temannya itu bekerja di Singapura. Di sisi lain, ia khawatir Oji mengajaknya untuk clubbing sebab temannya itu tidak tahu kalau ia sudah menjadi mualaf.

"Oke."

Istiqomah. Begitu nasehat Abah yang tiba-tiba ia ingat. Sehingga ia memutuskan menyetujui permintaan teman lamanya itu.

Dengan mengenakan celana chino warna cream dan kaos hitam berbalut jaket kulit, Mizyan bergegas menuju pintu. Masih ada waktu 30 menit menuju hotel. Jika perjalanan normal, ia akan datang tepat waktu. Namun jika macet, tentunya akan menjadi molor.

"Wuahhh, Aa Iyan bade ka mana (mau ke mana)?"

Dado tiba-tiba sudah nampak di depan pintu begitu Mizyan membukanya. Membuat Mizyan menjitak kepala pemuda berkulit sawo matang itu sebab terkaget dengan penampakan dan suara kerasnya.

"Aku pergi dulu, Do. Ada urusan. Seperti biasa jangan tunggu aku pulang. Tidur duluan aja!"

Dado tidak menjawab. Ia malah geleng-geleng kepala dengan mulut menganga menatap dari ujung rambut sampai ujung kaki penampilan Mizyan. Tak nampak pria itu sudah berumur 30 tahun, malah terlihat sangat muda. Ia pun mengendus-ngendus aroma parfum yang sangat wangi. Yang belum pernah ia hirup aromanya kala mencoba-coba di pajangan minimarket.

"Do, denger nggak?!" Mizyan menepuk bahu Dado yang kini tersadar dari keterpukauan sambil tertawa cengengesan.

"Siap atuh boss."

"Aku bilang apa coba?"

"Dado jangan nunggu A Iyan pulang."

"Dado tidur duluan aja."

"Pinter." Mizyan mengacungkan jempolnya.

"Tapi kenapa A Iyan nggak nyuruh Dado tidur di kasur busa?"

Baru juga Mizyan memberikan pujian, kali ini ia harus mengelus dada lagi. "Do, yang itu nggak perlu disuruh lagi. Kamu emang harus terbiasa tidur di kasur busa, jangan di karpet aja. Nanti badan kamu pegal-pegal dan bisa masuk angin. Ngerti DADO?" Ia harus berkata perlahan dengan menekan kejengkelan agar ucapannya difahami Dado yang memiliki IQ dibawah rata-rata.

"Ooohhh, bilang atuh dari tadi." Jawab Dado dengan wajah tanpa dosa.

Mizyan melenggang keluar dari pintu. Ngobrol lama-lama dengan Dado bisa membuatnya darah tinggi. Ia menuju mobil yang terparkir di samping rumah utama. Menyatu dengan tempat terparkirnya mobil keluarga juga mobil operasional pesantren.

"Kak Mizyan."

Mizyan yang sudah berdiri di samping pintu mobilnya, menoleh ke arah suara yang memanggilnya.

"Hai, Violla."

"Panggil Olla aja, kak." Yang dipanggil Violla mendekat sambil mendekap sebuah buku di dadanya.

"Oke. Olla." Ulang Mizyan diiringi anggukkan. Ia melirik jam di tangannya. Waktunya sudah terbuang 5 menit sebab berbicara dengan Dado tadi.

"Kak Mizyan, mau pergi ya?"

"Iya, Olla. Maaf ya, aku buru-buru ada urusan." Mizyan menatap Violla dengan mengatupkan tangan di dada. Ini komunikasi pertama antara dia dan keponakannya Umi itu.

Olla mengangguk sambil mengulas senyum. "Hati-hati, kak. Jangan lupa berdoa!"

"Thanks, Olla." Mizyan melempar senyum dan melambaikan tangan sebelum masuk ke kursi kemudinya.

Notif pesan terdengar kala mobil berhenti di lampu merah. Ia merogoh ponsel di saku jaketnya.

Oji : "Room 202. Lantai 12!"

Terpopuler

Comments

Erna Masliana

Erna Masliana

mencurigakan...ah sok suudzon aku..

2024-04-26

0

lacibolalaaaaaa

lacibolalaaaaaa

asik bet dah gaya ngomongnya mizyan

2024-02-03

0

lacibolalaaaaaa

lacibolalaaaaaa

Allahu akbar

2024-02-03

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Saat Terakhir
2 Bab 2. Mizyan Abdillah
3 Bab 3. Duka Cita
4 Bab 4. Life Must Go On
5 Bab 5. See You Tonight
6 Bab 6. The New You
7 Bab 7. Ayah
8 Bab 8. On The Way Room 202
9 Bab 9. Room 202
10 Bab 10. Nda, Ayah Pulang!
11 Bab 11. Aku Hanya Manusia Biasa
12 Bab 12. Senja Kala
13 Bab 13. Single Mom
14 Bab 14. Tempat Pelarian
15 Bab 15. Tamu Tak Diharapkan
16 Bab 16. Robot Sapi
17 Bab 17. Your Face Distracts My World
18 Bab 18. Banyak Jalan Menuju Roma
19 Bab 19. Kenapa Harus Ketemu Dia Lagi
20 Bab 20. Dia Lagi?
21 Bab 21. Salah Sambung Ya, Bun
22 Bab 22. Selangkah Lebih Maju
23 Bab 23. Sepasang Mata
24 Bab 24. Hujan Malam Minggu
25 Bab 25. Dadah, Om
26 Bab 26. Kenapa Aku Jadi Kepo?
27 Bab 27. Holiday in Bali
28 Bab 28. Holiday in Bali (2)
29 Bab 29. Fokus di Kamu Saja
30 Bab 30. Secercah Asa
31 Bab 31. Secercah Asa (2)
32 32. With a Pleasure
33 Bab 33. Wasiat
34 Bab 34. Merasa Familiar
35 Bab 35. Menghargai Perbedaan
36 Bab 36. Kamu Selalu Hadir di Kala Sulit
37 Bab 37. I Can Make You Love Me
38 Bab 38. Salah Tingkah
39 Bab 39. Hibah
40 Bab 40. Menjelang Kepergian
41 Bab 41. Room Paling Ujung
42 Bab 42. Medan, at The Moment
43 Bab 43. Medan, at The Moment (2)
44 Bab 44. Medan, at The Moment (3)
45 Bab 45. Last Time in Medan
46 Bab 46. Meraba Hati
47 Bab 47. Petunjuk
48 Bab 48. My Son
49 Bab 49. Firasat
50 Bab 50. Mereka Mencemaskanku Nggak Ya?!
51 Bab 51. Malu, Bertalu, dan Bersemu
52 Bab 52. Deadline 2 Bulan
53 Bab 53. Zonk
54 Bab 54. Kejadian Tak Terduga
55 Bab 55. I'm Here For You
56 Bab 56. Have a Good Fight
57 Bab 57. Berharap Cemburu
58 Bab 58. Cara Balas Budi
59 Bab 59. Gegana
60 Bab 60. Surat Berwarna Biru Muda
61 Bab 61. Pounding to Meet You
62 Bab 62. Apa Maunya?
63 Bab 63. Go ahead
64 Bab 64. Meraih Satu Tiket
65 Bab 65. Step by Step
66 Bab 66. Step by Step (2)
67 Bab 67. Step by Step (3)
68 Bab 68. I Love You
69 Bab 69. Nasehat Calon Mertua
70 Bab 70. Counting Down
71 Bab 71. Kupinang Kau Dengan Bismillah
72 Bab 72. You Know What I Mean
73 Bab 73. Test Drive
74 Bab 74. Menjelang Pernikahan
75 Bab 75. Menjelang Pernikahan (2)
76 Bab 76. The New Journey
77 Bab 77. Gas Tipis-Tipis
78 Bab 78. Malam Pertama
79 Bab 79. Closing Pembalasan Si Pitung
80 Bab 80. Main Course
81 Bab 81. Mulut Tetangga
82 Bab 82. Terima Kasih Cinta
83 Bab 83. Ahli Modus
84 Bab 84. Menganggap Remeh
85 Bab 85. Bersiap Basmi Hama
86 Bab 86. Bogor, We are Coming
87 Bab 87. Hari Pertama di Bogor
88 Bab 88. The Power of Daging Kambing
89 Bab 89. Tenang, Ada Aku
90 Bab 90. Malam Terakhir di Bogor
91 Bab 91. Ruang Hampa Mark Cornelius
92 Bab 92. Kartu As
93 Bab 93. Sehari Tanpamu
94 Bab 94. Hasutan Alex
95 Bab 95. Papa Buye Pulang
96 96. Cerita Yang Terjeda
97 Bab 97. Dua Pemikiran Berbeda
98 Bab 98. Tonight And Every Night
99 Bab 99. Adek dan Akak
100 Bab 100. Siap-Siap Sidang
101 Bab 101. Tensi Mulai Memanas
102 Bab 102. Sehari Dua Misi
103 Bab 103. Serangan Jantung
104 Bab 104. 100 Juta
105 Bab 105. Rahasia yang Terkuak
106 Bab 106. Ada Satpam
107 Bab 107. Birthday Party
108 Bab 108. Honeymoon
109 Bab 109. 60 Juta
110 Bab 110. Misi Percomblangan
111 Bab 111. Level 2
112 Bab 112. Atu Juja
113 Bab 113. Menyimpan Dendam
114 Bab 114. Mendadak Genit
115 Bab 115. Pesona
116 Bab 116. Ima, Berjuta Pesona
117 Bab 117. Bunda, Itu Baju Papa
118 Bab 118. Mood Swing
119 Bab 119. Saturday Night
120 Bab 120. 20 November
121 Bab 121. 20 November (2)
122 Bab 122. 20 November (3)
123 Bab 123. Buka Kartu
124 Bab 124. Paper Bag Marun
125 Bab 125. Theo dan Alex
126 Bab 126. Payung Hitam
127 Bab 127. Gombalan Menjelang Tidur
128 Bab 128. Pertemuan Tak Terduga
129 Bab 129. Bau Amis
130 130. Ada Apa Dengan Botol
131 Bab 131. Burung
132 Bab 132. Misi di Balik Tasyakur
133 Bab 133. Misi di Balik Tasyakur (2)
134 Bab 134. Ungkapan
135 Bab 135. Iman
136 Bab 136. Ada Apa?
137 Bab 137. Berita Viral
138 Bab 138. Kepanikan Mizyan
139 Bab 139. Ini Takdir
140 Bab 140. Tindakan
141 Bab 141. Tindakan (2)
142 Bab 142. Healing
143 Bab 143. Akhir Kasus
144 Bab 144. Batal Lamaran
145 Bab 145. 11 Januari
146 Bab 146. 11 Januari (2)
147 Bab 147. Pergi
148 Bab 148. Dua Tahun
149 Bab 149. Opa Oh Opa
150 Bab 150. Lupa
151 Bab 151. Kado
152 Bab 152. Kado (2)
153 Bab 153. Welcome Baby
154 Bab 154. Akhir Kisah
155 PENGUMUMAN
156 Bab 155. Bonchap 1
157 Bab 156. Bonchap 2
158 Bab 157. Bonchap 3
159 Bab 158. Bonchap 4
160 Bab 159. Bonchap 5
161 Bab 160. Bonchap 6
162 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 162 Episodes

1
Bab 1. Saat Terakhir
2
Bab 2. Mizyan Abdillah
3
Bab 3. Duka Cita
4
Bab 4. Life Must Go On
5
Bab 5. See You Tonight
6
Bab 6. The New You
7
Bab 7. Ayah
8
Bab 8. On The Way Room 202
9
Bab 9. Room 202
10
Bab 10. Nda, Ayah Pulang!
11
Bab 11. Aku Hanya Manusia Biasa
12
Bab 12. Senja Kala
13
Bab 13. Single Mom
14
Bab 14. Tempat Pelarian
15
Bab 15. Tamu Tak Diharapkan
16
Bab 16. Robot Sapi
17
Bab 17. Your Face Distracts My World
18
Bab 18. Banyak Jalan Menuju Roma
19
Bab 19. Kenapa Harus Ketemu Dia Lagi
20
Bab 20. Dia Lagi?
21
Bab 21. Salah Sambung Ya, Bun
22
Bab 22. Selangkah Lebih Maju
23
Bab 23. Sepasang Mata
24
Bab 24. Hujan Malam Minggu
25
Bab 25. Dadah, Om
26
Bab 26. Kenapa Aku Jadi Kepo?
27
Bab 27. Holiday in Bali
28
Bab 28. Holiday in Bali (2)
29
Bab 29. Fokus di Kamu Saja
30
Bab 30. Secercah Asa
31
Bab 31. Secercah Asa (2)
32
32. With a Pleasure
33
Bab 33. Wasiat
34
Bab 34. Merasa Familiar
35
Bab 35. Menghargai Perbedaan
36
Bab 36. Kamu Selalu Hadir di Kala Sulit
37
Bab 37. I Can Make You Love Me
38
Bab 38. Salah Tingkah
39
Bab 39. Hibah
40
Bab 40. Menjelang Kepergian
41
Bab 41. Room Paling Ujung
42
Bab 42. Medan, at The Moment
43
Bab 43. Medan, at The Moment (2)
44
Bab 44. Medan, at The Moment (3)
45
Bab 45. Last Time in Medan
46
Bab 46. Meraba Hati
47
Bab 47. Petunjuk
48
Bab 48. My Son
49
Bab 49. Firasat
50
Bab 50. Mereka Mencemaskanku Nggak Ya?!
51
Bab 51. Malu, Bertalu, dan Bersemu
52
Bab 52. Deadline 2 Bulan
53
Bab 53. Zonk
54
Bab 54. Kejadian Tak Terduga
55
Bab 55. I'm Here For You
56
Bab 56. Have a Good Fight
57
Bab 57. Berharap Cemburu
58
Bab 58. Cara Balas Budi
59
Bab 59. Gegana
60
Bab 60. Surat Berwarna Biru Muda
61
Bab 61. Pounding to Meet You
62
Bab 62. Apa Maunya?
63
Bab 63. Go ahead
64
Bab 64. Meraih Satu Tiket
65
Bab 65. Step by Step
66
Bab 66. Step by Step (2)
67
Bab 67. Step by Step (3)
68
Bab 68. I Love You
69
Bab 69. Nasehat Calon Mertua
70
Bab 70. Counting Down
71
Bab 71. Kupinang Kau Dengan Bismillah
72
Bab 72. You Know What I Mean
73
Bab 73. Test Drive
74
Bab 74. Menjelang Pernikahan
75
Bab 75. Menjelang Pernikahan (2)
76
Bab 76. The New Journey
77
Bab 77. Gas Tipis-Tipis
78
Bab 78. Malam Pertama
79
Bab 79. Closing Pembalasan Si Pitung
80
Bab 80. Main Course
81
Bab 81. Mulut Tetangga
82
Bab 82. Terima Kasih Cinta
83
Bab 83. Ahli Modus
84
Bab 84. Menganggap Remeh
85
Bab 85. Bersiap Basmi Hama
86
Bab 86. Bogor, We are Coming
87
Bab 87. Hari Pertama di Bogor
88
Bab 88. The Power of Daging Kambing
89
Bab 89. Tenang, Ada Aku
90
Bab 90. Malam Terakhir di Bogor
91
Bab 91. Ruang Hampa Mark Cornelius
92
Bab 92. Kartu As
93
Bab 93. Sehari Tanpamu
94
Bab 94. Hasutan Alex
95
Bab 95. Papa Buye Pulang
96
96. Cerita Yang Terjeda
97
Bab 97. Dua Pemikiran Berbeda
98
Bab 98. Tonight And Every Night
99
Bab 99. Adek dan Akak
100
Bab 100. Siap-Siap Sidang
101
Bab 101. Tensi Mulai Memanas
102
Bab 102. Sehari Dua Misi
103
Bab 103. Serangan Jantung
104
Bab 104. 100 Juta
105
Bab 105. Rahasia yang Terkuak
106
Bab 106. Ada Satpam
107
Bab 107. Birthday Party
108
Bab 108. Honeymoon
109
Bab 109. 60 Juta
110
Bab 110. Misi Percomblangan
111
Bab 111. Level 2
112
Bab 112. Atu Juja
113
Bab 113. Menyimpan Dendam
114
Bab 114. Mendadak Genit
115
Bab 115. Pesona
116
Bab 116. Ima, Berjuta Pesona
117
Bab 117. Bunda, Itu Baju Papa
118
Bab 118. Mood Swing
119
Bab 119. Saturday Night
120
Bab 120. 20 November
121
Bab 121. 20 November (2)
122
Bab 122. 20 November (3)
123
Bab 123. Buka Kartu
124
Bab 124. Paper Bag Marun
125
Bab 125. Theo dan Alex
126
Bab 126. Payung Hitam
127
Bab 127. Gombalan Menjelang Tidur
128
Bab 128. Pertemuan Tak Terduga
129
Bab 129. Bau Amis
130
130. Ada Apa Dengan Botol
131
Bab 131. Burung
132
Bab 132. Misi di Balik Tasyakur
133
Bab 133. Misi di Balik Tasyakur (2)
134
Bab 134. Ungkapan
135
Bab 135. Iman
136
Bab 136. Ada Apa?
137
Bab 137. Berita Viral
138
Bab 138. Kepanikan Mizyan
139
Bab 139. Ini Takdir
140
Bab 140. Tindakan
141
Bab 141. Tindakan (2)
142
Bab 142. Healing
143
Bab 143. Akhir Kasus
144
Bab 144. Batal Lamaran
145
Bab 145. 11 Januari
146
Bab 146. 11 Januari (2)
147
Bab 147. Pergi
148
Bab 148. Dua Tahun
149
Bab 149. Opa Oh Opa
150
Bab 150. Lupa
151
Bab 151. Kado
152
Bab 152. Kado (2)
153
Bab 153. Welcome Baby
154
Bab 154. Akhir Kisah
155
PENGUMUMAN
156
Bab 155. Bonchap 1
157
Bab 156. Bonchap 2
158
Bab 157. Bonchap 3
159
Bab 158. Bonchap 4
160
Bab 159. Bonchap 5
161
Bab 160. Bonchap 6
162
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!